Hari Ciliwung
Peringati Hari Ciliwung 2021, GCB Luncurkan Ekowisata dan Eduwisata di Sungai Ciliwung
Dengan hadirnya destinasi tersebut, masyarakat dan pelajar dapat berwisata di sungai sambil mempelajari seluk beluk dan sejarah sungai Ciliwung
Lapran wartawan Wartakotalive.com, Ign Agung Nugroho
WARTAKOTALIVE.COM, JAKARTA - Momentum peringatan Hari Ciliwung 2021, Gerakan Ciliwung Bersih (GCB) memperkenalkan Ekowisata dan Eduwisata Ciliwung.
Dengan hadirnya destinasi tersebut, masyarakat dan pelajar dapat berwisata di sungai sambil mempelajari seluk beluk sungai, sejarah sungai Ciliwung, upaya pelestarian sungai, biota sungai dan lainnya.
Peluncuran Ekowisata dan Eduwisata Ciliwung ini, ditandai dengan peresmian Pintu Gerbang Jembatan Pantau di Jalan Penjernihan, Karet Bivak Jakarta Pusat, Sabtu (13/11/2021).
Ketua GCB, Peni Susanti mengatakan, setelah 31 tahun, akhirnya upaya yang mereka lakukan menunjukkan hasil yang sangat positif.
Baca juga: Jaga Lingkungan, Komunitas Anak Muda dari Trash Hero Pungut Sampah di Sungai Ciliwung
Seperti mutu air Sungai Ciliwung telah mencapai level 2, yang artinya layak sebagai air minum, serta memungkinkan berkembangbiaknya biota air seperti ikan, udang, dan lainnya.
Perkembangan ini, juga memotivasi mereka untuk terus meningkatkan animo masyarakat agar peduli pada kelestarian Sungai Ciliwung.
"Inilah saatnya kami kenalkan wajah baru Sungai Ciliwung sebagai alternatif tujuan wisata di Jakarta sambil menimba ilmu tentang sungai, pelestarian sungai dan lingkungan sekitar sungai," kata Peni dalam sambutannya.
Dalam merealisasikan Ekowisata dan Eduwisata Ciliwung ini, GCB didukung sekitar 36 Komunitas Peduli Ciliwung (KPC) dan beberapa perusahaan seperti Indofood, Indonesia Power, PLN dan PAM Jaya.
Baca juga: Jaga Keasrian Sungai Ciliwung, DPC PDIP Jaksel Salurkan Gerobak Motor kepada Para Pegiat Lingkungan
Dukungan banyak pihak tersebut, direalisasikan dengan mempersiapkan Sungai Ciliwung menjadi tempat belajar sekaligus untuk menikmati wisata sungai.
Menurut Peni, visi GCB adalah mewujudkan wisata Sungai Ciliwung, seperti memiliki sekolah sungai yang kompeten dan menjadi lembaga yang memiliki produk serta jasa bernilai tinggi dalam bidang pendidikan dan pelatihan pelestarian sungai melalui Sekolah Sungai.
"Sebagai tujuan ekowisata dan eduwisata, ada beberapa titik lokasi wisata yang bisa dikunjungi masyarakat," ujarnya.
Sedangkan di Sekretariat GCB yang terletak di Jalan Penjernihan, Karet Bivak, masyarakat bisa mempelajari sejarah Sungai Ciliwung di Galeri Sungai Ciliwung.
Baca juga: Pandemi Covid-19 Kondisi Basecamp Komunitas Ciliwung Depok Tampak Sepi, Pengunjung Dibatasi
Selain itu juga, bisa mempelajari pemilahan dan pengolahan sampah sungai dengan TOSS (Teknologi Olah Sampah Sungai) melalui metode peyeumisasi, susur sungai, memanen hasil hidroponik ventikultur sambil menikmati kopi di Kedai pinggir Sungai Ciliwung.
"Kami berharap Ekowisata dan Eduwisata Ciliwung ini dapat mengubah paradigma menjadikan sungai sebagai potensi untuk kehidupan dan penghidupan," kata Peni.
Lalu hal apa saja yang ada Ekowisata dan Eduwisata Ciliwung?
Ketua KPC Pejaten, H. Royani, mengungkapkan, di Sekolah Sungai KPC Pejaten masyarakat bisa melihat hewan purba endemik dan langka yaitu Senggawangan atau Bulus raksasa (Chitra Chitra javanensis).
Baca juga: Wisata Arung Jeram Depok Buka Tapi Dibatasi, Komunitas Ciliwung Fokus untuk Penanganan Banjir
Hewan yang ditemukan pada 11 November 211 itu, memiliki berat 300 kilogram.
"Tidak hanya itu, para pengunjung juga dapat mempelajari budaya masyarakat sepanjang Sungai Ciliwung sekaligus menikmati makanan dan minuman khas betawi seperti dodol dan bir pletok," katanya
Ketua Jawarapeci Condet, Bang Syamsul, menjelaskan tempatnya ada proses pengolahan sampah anorganik seperti bekas botol air mineral dan lainnya yang diubah menjadi produk atau karya seni.
Hal itu, seperti membuat cindera mata, seperti ondel – ondel, tas dan beberapa produk lain.
Ketua Sahabat Sungai Depok, Bang Dayat menambahkan, setiap hari mereka memberikan edukasi tentang water rescue dan menyajikan wisata rafting outbond dan susur sungai agar masyarakat lebih peduli kepada Sungai Ciliwung.
Ketua KPC Lenteng Agung, Sarmili menyampaikan, di lokasi mereka menyajikan kegiatan susur sungai dengan suasana taman.
"Sehingga para pengunjung dari titik awal hingga akhir dapat menikmati pemandangan taman-taman yang bagus dan indah," katanya.
Tidak hanya itu, pengunjung juga bisa belajar tentang kerajinan tangan dan berbagai produk inovatif seperti eco print dan produk kreatif lainnya.
Sedangkan menurut Ketua KPC Bogor, Bang Soeparno, Ketua KPC Bogor, menyatakan, pihaknya setiap minggu melakukan aktivitas membersihkan sampah di sungai, sebagai bagian dari edukasi dan ajakan supaya banyak pemuda yang ikut terjun membantu membersihkan sampah di sungai.
Selain itu, juga ada titik menarik dan bagus, seperti di titik Delta yang masih sangat natural.
"Dengan aktivitas rutin yang dilakukan secara konsisten, kami berharap banyak anggota dari berbagai komunitas mulai dari komunitas Gowes hingga public figure atau artis turut berpartisipasi dalam kegiatan bersih-bersih sampah sungai. Sehingga pelestarian Sungai Ciliwung bisa lebih cepat membuahkan hasil," ujar Bang Soeparno.
GCB didirikan pada tahun 1989 yang kala itu, diinisiasi oleh instansi pemerintah, yakni Gubernur DKI Jakarta, Menteri Lingkungan Hidup, Menteri Pekerjaan Umum, BPLHD DKI Jakarta, Perguruan Tinggi, LSM, WALHI, dan DML.
GCB merupakan Organisasi Sosial yang menggalang kepedulian masyarakat bersama LSM, Perguruan Tinggi, Instansi Pemerintah, Swasta dan Stakeholder.
Misi dari GCB adalah menggalang persatuan dan musyawarah untuk pengembangan perencanaan pemeliharaan serta kebersihan daerah aliran Sungai Ciliwung. (ign).