Berita Jakarta
Kisah Inspiratif, Berkat Doa Orangtua Effendi Koto Sukses Jalani Usaha Atribut Parpol Modal Rp 4.000
Menjadi pengusaha sukses tak hanya berkat usaha kerja keras, melainkan juga karena doa orangtua. Hal itu dialami Effendi Koto, pengusaha atribut.
Kehidupannya saat itu bisa dibilang seperti gembel karena kerap tidur di pasar dan makan satu kali sehari.
Baca juga: Saipul Jamil Tebar Pesona Setelah Bebas dari Penjara, Gus Miftah: Juara Olimpiade?
Kemudian, setelah memiliki ilmu yang cukup, ia memberanikan diri membuka usaha percetakan sendiri.
Effendi mencoba peruntungan pada tahun 1999 dengan membuka CV Harapan Perdana di Pasar Senen, Jakarta Pusat.
Ia merogoh kocek hingga Rp 10 juta untuk menyewa toko dan membeli barang-barang.
Indonesia yang mulai memasuki era demokrasi dengan hiruk pikuk pemilu membuat usaha Effendi moncer.
Baca juga: Polisi Akui Kesulitan Kumpulkan Alat Bukti, Komnas HAM Berharap Pegawai KPI Tak Jadi Korban Dua Kali
Terlebih saat jumlah partai di Indonesia sempat mencapai angka 40 pada tahun 2006.
Sangking mulusnya, Effendi sampai buka 13 toko cabang percetakan atribut politik di kawasan Jakarta.
Musim Pilkada, Pemilu, dan Pilpres yang datang silih berganti membuat Effendi tak pernah sepi orderan di kala itu.
Bahkan ia sampai bisa kenal dengan tokoh-tokoh politik ternama Indonesia karena usahanya.
Baca juga: Lewat Desa Wisata, Sandiaga Uno Yakini Pemulihan Ekonomi Terwujud di Lapisan Akar Rumput
Namun karena terlena dengan kusuksesan itu, Effendi sampai berani mengambil pesanan tanpa down payment (DP) atau pembayaran di awal.
Di tahun 2009, saat Pemilu serentak, Effendi mendapat pesanan atribut partai senilai Rp 30 miliar dari salah satu partai.
Saat itu ia tidak meminta DP dengan alasan pertemanan dan kepercayaan.
Ia pun mengeluarkan modal Rp 3 miliar untuk pembuatan atribut partai.
Nahas, ia tidak mendapatkan bayaran dari atribut partai yang sudah terlanjur dibuatnya.
Baca juga: Waduh, Walau Ditemukan Pelanggaran, Hollywings Kemang Tak Diganjar Sanksi Oleh Aparat Kepolisian
Demi menutupi dan menambal kerugian, Effendi harus menutup 10 cabang tokonya.