Kriminalitas

Cerita Korban Penyekapan Saat Berusaha Kabur dari Komplotan Begundal, Ditolong Sosok Pria Tua

Namun, saat tiba di gerbang, langkahnya sempat terhenti. Pintu pagar bangunan dua lantai itu tak bisa dibuka.

Editor: murtopo
Kompas.com/Intan Afrida Rafni
LOKASI PENYEKAPAN -- Satu mobil tampak dengan plat dinas polri terparkir di lokasi penyekapan dan penyiksaan di Pondok Aren, Tangsel (Intan Afrida Rafni) 

TRIBUNNEWSDEPOK.COM, JAKARTA - Aksi penyekapan komplotan begundal modus jual beli mobil terhadap empat orang di Pondok Aren, Tangerang Selatan akhirnya terkungkap setelah salah seorang korban bisa melarikan diri dan melapor ke polisi. 

Adalah Dessi Juwita, salah seorang korban penyekapan yang berhasil kabur ketika komplotan penjahat yang menyekapnya terlelap tidur.

Dilansir dari Kompas.com, Dessi menceritakan momen pelariannya dari sebuah rumah di Pondok Aren, Tangerang Selatan, Senin (13/10/2025) dini hari. 

Dessi bersama suaminya Indra alias Riky, dan dua rekannya, Nurul alias Ibenk serta Ajit Abdul Majid disekap di sebuah rumah di Pondok Aren sejak Sabtu (11/10/2025) malam.

Peristiwa itu bermula saat empat korban hendak bertemu Nunung di sebuah angkringan di Jagakarsa, Jakarta Selatan pada Sabtu (11/10/2025) pukul 22.30 WIB.

Baca juga: Polisi Temukan Mobil Berpelat Nomor Polisi hingga Airsoft Gun di Rumah Penyekapan Tangsel

Saat itu Dessi dan suaminya serta dua rekannya hendak membeli mobil keluaran tahun 2021. Kemudian Dessy dan suaminya membayar DP (Down Payment) Rp 49 juta dengan cara transfer ke rekening tersangka N.

Saat memesan makanan, Nunung datang bersama pelaku lainnya. Mereka tiba-tiba merampas ponsel dan tas milik para korban.

Tersangka N dan beberapa tersangka lainnya berteriak, ‘kooperatif! kooperatif!”, sambil langsung memasukkan keempat korban ke dalam mobil.

Saat berada di dalam mobil menuju rumah di Pondok Aren, mata para korban ditutup dengan kain hitam.

Setibanya di sebuah rumah kain hitam penutup mata dibuka oleh para pelaku, kemudian mereka dimasukan ke kamar di lantai dua.

Namun, Dessi justru diperintahkan keluar. Dari luar kamar, ia mendengar rintihan suaminya yang seperti sedang dicambuk oleh para pelaku.

Dessi menceritakan, sebelum mendapatkan kesempatan untuk kabur. suasana di rumah penyekapan yang semula mencekam mendadak sunyi.

Dessi mendapayi empat orang yang menjaga Dessi terlelap dalam tidur.

Melihat ada kesempatan, Dessi memberanikan diri untuk kabur.

“Waktu Subuh sekitar jam 04.50 WIB mendapati yang penjaga saya sudah tidur. empat orang, satu cewek, laki-laki ada tiga, sudah terlelap. Saya mengendap-endap untuk keluar pintu rumah,” kata dia kepada wartawan, Kamis (16/10/2025).

Beruntung, pintu kamar tempat Dessi disekap tidak terkunci. Dengan hati-hati, Dessi membuka pintu secara perlahan dan melangkah keluar.

Namun, saat tiba di gerbang, langkahnya sempat terhenti. Pintu pagar bangunan dua lantai itu tak bisa dibuka.

“Lalu saya pindah ke samping rumahnya yang (ada) pagar besi, saya naik dari situ, nekat, lompat sampai celana saya robek,” ucap dia.

Begitu kakinya menjejak tanah di luar pagar, Dessi langsung berlari sekencang-kencangnya tanpa menoleh ke belakang.

Napasnya terengah, kakinya gemetar, tapi tekad untuk menyelamatkan diri jauh lebih kuat dari rasa takutnya.

Di ujung jalan, Dessi bertemu seorang pria tua yang kemudian menolongnya menggunakan sepeda motor.

“Saya tanya, ‘ini daerah apa, Pak?’ Katanya Taman Mangu, Pondok Aren. Dari situ saya dibantu sampai ke jalan raya,” ujar Dessi.

Dewi Fortuna tengah berada di pihaknya. Seorang sopir taksi turut membantu Dessi bertolak dari Pondok Aren menuju kawasan Cibubur, ke rumah ibu mertuanya.

Dari situlah pelarian Dessi menjadi pintu bagi upaya penyelamatan suaminya dan dua rekannya yang masih berada di lokasi penyekapan di Pondok Aren.

“Saya langsung telepon adik saya lewat telepon mamah mertua saya. Terus, (juga) telepon kakak saya yang di Bandung,” ucap Dessi.

Atas saran keluarganya, Dessi hari itu juga mendatangi Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu Polda Metro Jaya.

Laporan polisi (LP) itu juga langsung dilimpahkan ke Unit III Subdit Resmob Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya.

“Itu langsung saya diantar ke TKP. Alhamdulillah, semua lancar, berjalan sangat cepat,” kata dia.

Penangkapan

Sejauh ini, polisi telah menangkap sembilan pelaku yang terdiri delapan laki-laki dan satu perempuan pada Senin (13/10/2025).

Mereka adalah MAM (41), NN (52), VS (33), HJE (25), S (35), APN (25), Z (34), I, dan MA (39).

Dari penangkapan ini juga, Indra, Nurul alias Ibenk dan Ajit Abdul Majid berhasil diselamatkan polisi dari lokasi penyekapan.

Berdasarkan video yang diterima Kompas.com berdurasi tujuh menit dua detik, rekaman mulanya memperlihatkan penangkapan terhadap Nunung dan pelaku pria lainnya.

Keduanya disergap polisi saat berada di dalam mobil di salah satu apartemen kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan.

Polisi pun meminta mereka keluar. Dalam interogasi singkat, polisi meminta pelaku pria memberitahu siapa saja yang menunggu di lokasi penyekapan.

Dua orang itu langsung diikat menggunakan kabel ties berwarna merah lalu di bawa ke tempat kejadian perkara (TKP) penyekapan di Pondok Aren.

Rekaman video berlanjut di lokasi penyekapan di Pondok Aren.

Beberapa polisi langsung memasuki sebuah kamar di lantai satu.

Di dalam kamar tersebut, Nurul alias Ibenk ditemukan sedang tidur di atas kasur dengan selimut berwarna biru.

Saat itu, korban bersama dua pria lain. Polisi langsung menanyakan nama mereka. 
Petugas juga menanyakan keberadaan Indra dan Ajit Abdul Majid yang masih disekap. 

Setelah mendapat jawaban, mereka segera berlari ke lantai atas untuk menyelamatkan korban.

Polisi kemudian mengetuk pintu berwarna cokelat yang terkunci rapat. Dari balik jendela, seseorang tampak membuka tirai.

“Ini ya, dikunci dari luar,” kata seorang petugas sebelum akhirnya mendapatkan kunci kamar tersebut.

Usai terbuka, terdapat Indra dan Ajit Abdul Majid yang tengah ketakutan.

Polisi bertanya nama mereka untuk memastikan informasi yang diterima dari Desi. 

Polisi kemudian meminta keduanya membalikkan badan di atas tempat tidur dan melepaskan baju mereka.

Sejumlah luka dan memar bekas cambukan pun terlihat pada punggung dua korban. “Hei, kau diapakan?” tanya polisi.

“Disiksa, dicambukin, pakai selang, pakai gantungan (hanger),” jawab Ajit.

Polisi meminta kedua korban mengenakan pakaian, kemudian membawa mereka ke lantai bawah untuk selanjutnya dibawa ke Polda Metro Jaya guna pemeriksaan lebih lanjut. 
Keduanya juga diminta agar tidak meninggalkan barang-barang pribadi seperti dompet, ponsel, dan Kartu Tanda Penduduk (KTP).

“Iya, (hanya) kami berdua (di kamar lantai dua), teman saya di bawah,” ujar Ajit. 
Usai menurunkan tangga, terlihat polisi telah menangkap beberapa pelaku lainnya lalu turut membawa mereka ke Polda Metro Jaya.

Di akhir video, tiga korban mengungkapkan apa yang mereka alami selama dua hari terakhir sejak disekap pada Sabtu (11/10/2025) malam.

“Saya dipukul, pakai cambuk,” kata Nurul alias Ibenk.

“Saya dipukul kepala, belakang habis (dicambuk) pakai kabel, pakai selang, dijejek, dipukul sampai patah gigi juga,” ucap Indra sambil menunjukkan gigi.

“Saya juga sama, dipukulin, ditendang, terus pakai cambuk, pakai hanger saya. Pakai rokok disundutin. Ah pokoknya sakit,” tutur Ajit. 

 

Artikel ini sudah tayang di Kompas.com

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved