Demo Ojol

Komunitas Ojol di Dekat Stasiun Palmerah Tak Ikut Demo, Tapi Sepakat Matikan Aplikasi

Editor: murtopo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

DRIVER OJOL DI PALMERAH -- Suasana trotoar dekat JPO Stasiun Palmerah yang nampak sepi sehubungan dengan demo ojol. Hanya ada 3 ojol yang nampak beristirahat dan mematikan aplikasi untuk mendukung unjuk rasa hari ini.

Laporan Wartawan Wartakotalive.com, Nuri Yatul Hikmah

TRIBUNNEWSDEPOK.COM, PALMERAH — Bertepatan dengan aksi unjuk rasa yang dilakukan pengemudi ojek online (ojol) di depan Kantor Kementerian Perhubungan (Kemenhub) RI, area trotoar dekat jembatan penyeberangan orang (JPO) Stasiun Palmerah, Jakarta Barat, nampak sepi.

Padahal, kawasan tersebut biasanya sangat ramai dengan pengemudi ojol yang menunggu penumpangnya atau istirahat sembari menyantap makan siang bersama. 

Pantuan di lokasi sekira pukul 12.00 WIB, nampak hanya ada 3 pengemudi ojek online yang duduk di trotoar.

Mereka nampak bermain handphone sembari merokok santai. Tidak nampak atribut ojol dikenakan di tubuh mereka. 

Ketiganya mengaku sengaja mematikan aplikasi untuk mendukung aksi unjuk rasa di depan Kemenhub siang ini. 

Baca juga: Demo Ojol, Massa Tertahan di Patung Kuda, Masih Belum Bisa Tembus ke Kemenhub dan Istana 

Motor mereka pun diparkir di area trotoar, sementara atributnya di gantungkan pada spionnya. 

Hanya ada 1 hingga 2 ojol yang nampak berhenti di pinggir jalan untuk mengecek aplikasinya dan menurunkan penumpang.

Sisanya, para ojol hanya menghabiskan waktu untuk berbincang sembari menonton siaran langsung demo ojol melalui kanal YouTube media. 

"Matiin (aplikasi), saling menghargai lah walaupun kami enggak ikut, tapi tetap kami menghargai," kata pengemudi ojol bernama Egi (34) saat ditemui di lokasi, Selasa.

Menurutnya, aplikasi ojol sempat ia buka pada pagi hari sekira pukul 08.00 WIB, namun tatkala unjuk rasa sudah dimulai, Egi memutuskan untuk stop beroperasi.

Baca juga: Tarif Hemat Mencekik, Driver Ojol di Depok Iwe: Enggak Masuk Akal Jarak 2 Km Rp5 Ribu 

"Enggak tahu (pelanggan kesusahan atau tidak mencari driver), cuma nanti kalau demonya berlanjut, katanya kan sampai malam, paling di jam jam pulang kerja (nyalain aplikasi lagi)," ujar Egi.

Egi menyebut, dirinya sangat mendukung aksi unjuk rasa yang dilakukan ojol.

Pasalnya, dia mengalami banyak penurunan pendapatan hingga besaran potongan yang tak masuk akal dan kerap membingungkan.

Pada saat lebaran Idul Fitri misalnya, ia hanya mendapatkan bantuan hari raya (BHR) sebesar Rp 100.000 dari yang dijanjikan Rp 1 juta oleh Presiden RI, Prabowo Subianto

Baca juga: Driver Ojol di Depok Pilih Tak Ikut Demo, Takut Kena Sanksi Putus Mitra dari Aplikator

"Nominalnya beda-beda, paling kecil Rp 50.000, enggak tahu ngitungnya gimana, tiba-tiba masuk notif aja," jelasnya.

Kendati demikian, Egi menyebut bahwa yang paling berdampak pada penurunan pendapatan adalag soal potongan.

Menurutnya, potongan argo per-perjalanan hanyalah 20 persen, tetapi kenyataannya lebih dari itu.

"Potongannya bisa sampai goceng (Rp 5.000), padahal kan harusnya 20 persen aja. (Misalkan) Rp 25.000 dapatnya belasan ribu deh," tutur dia.

Pria yang sudah menjadi pengemudi ojek online sejak 2016 itu berharap, adanya unjuk rasa ini bisa membuat sistem kembali seperti di awal, saat potongan hanya 20 persen.

Baca juga: Driver Ojol di Depok Pilih Tak Ikut Demo, Takut Kena Sanksi Putus Mitra dari Aplikator

Pasalnya dahulu, Egi bisa mendapatkan Rp 700.000 sehari dari hasil menarik mulai pukul 06.00 WIB sampai 20.00 WIB.

Saat ini, pendapatan Egi hanya berkisar Rp 200.000 per hari.

"Pengen normal seperti dulu, ada namanya argo Rp 5.000 ya aceng, terus juga slot ilangin lah, kita normal aja, kita enggak minta naik tambahan biaya enggak, yang penting potongan kami enggak besar," pinta Egi.

Selain Egi, pengemudi ojol lain bernama Eki (55) juga merasakan hal yang sama. Eki memilih mematikan aplikasi untuk menghargai dan berpartisipasi perjuangan ojol demi mendapatkan kesejahteraan.

"Matiin dulu lah. Cuma kalau nanti ada yang kesusahan (nyari driver) ya bantu kasihan. Kayak kan ada penumpang turun stasiun ke rumah orangtuanya atau apa," kata Eki saat ditemui di lokasi.

Kendati demikian, Eki tak menampik jika area trotoar Palmerah sepi oleh ojol lantaran kebanyakan memilih pulang ke rumah dan tak bekerja. Sisanya, melakukan unjuk rasa. 

"Ada yang pulang ke rumah enggak narik, ada yang juga ikut demo," katanya.

Eki sendiri memang berprinsip untuk "jalanin aja" apapun yang didapatkan dari pengembang aplikasi yang sudah menghidupi dirinya sejak 2015 lalu. 

Namun, Eki berharap aksi unjuk rasa ini bisa menghasilkan kebijakan yang menguntungkan kedua belah pihak. (m40)