TRIBUNNEWSDEPOK.COM, JAKARTA - Pulau Untung Jawa kini mengambil langkah besar menuju ketahanan pangan keluarga dengan pendekatan pertanian urban yang berkelanjutan.
Hal tersebut dilaksanakan lewat kolaborasi dengan Klaster Riset Studi Islam, Psikologi, Pendidikan, dan Sosial Budaya (SI2PSB) dari Sekolah Kajian Strategis dan Global Universitas Indonesia (SKSG UI).
Kolaborasi tersebut dilaksanakan melalui program Pengabdian Masyarakat bertema Pertanian Tangguh Berketahanan Iklim, serta Ketahanan Pangan Keluarga dan Produktivitas Hijau, 2–3 Desember 2024.
Kegiatan berupa sumbangsih sosial kepada masyarakat ini mendapat dukungan dari Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta.
Baca juga: Guru Besar FIK UI Ungkap Gangguan Kesehatan Jiwa Meningkat di Indonesia, Jumlah Psikiater Kurang
Mereka menawarkan solusi inovatif untuk mengatasi tantangan lahan terbatas, sekaligus memberdayakan masyarakat, terutama pemuda.
Lewat pelatihan intensif, para peserta diajarkan cara memanfaatkan barang bekas, seperti galon dan
botol plastik, guna keperluan bercocok tanam.
Pada kesempatan tersebut diperkenalkan jenis tanaman cepat panen yang belum banyak dimanfaatkan orang, seperti bayam brazil, okra, dan pegagan.
Semua jenis tanaman tersebut dikenal kaya nutrisi, juga ekonomis.
Selain bercocok tanam, para peserta mendapat penjelasan tentang cara mengolah hasil panen menjadi produk yang bernilai tambah.
“Program ini bukan sekadar pelatihan, tetapi sebuah gerakan untuk menciptakan ketahanan pangan
keluarga di Pulau Untung Jawa,” kata Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, M.Si, M.M., Psikolog, Ketua
Klaster Riset SI2PSB SKSG UI.
Baca juga: Dibidik Jadi Pusat Sains dan Teknologi Nasional, UI Resmikan Gedung Science Techno Park
Para pengabdi berbagi pengetahuan kepada partisipan di pelatihan itu. Dr. Prisca Delima, misalnya,
menyampaikan tentang pentingnya produktivitas hijau, sedangkan R.B. Sutarno memandu praktik
pertanian tangguh.
Yuliana Sujirah melengkapi pelatihan dengan demo pengolahan hasil panen.
Program ini mendapat respons positif dari warga setempat. Hasil panen dan olahan yang dibagikan,
ditanggapi langsung dengan pesanan melalui WAG.
“Ini pengalaman baru bagi kami. Bukan hanya belajar bertani, tapi kami juga mendapat ide usaha baru,” ujar salah seorang peserta dengan antusias.
Baca juga: Meningkat Kebutuhan Konseling Mahasiswa, UI Luncurkan Program Konseling 100 Psikolog, Gratis 1 Tahun
Dengan teknologi sederhana seperti tong kompos dan pupuk cair, pelatihan ini membuka jalan bagi
pertanian mandiri yang tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga menopang perekonomian keluarga.