Berita UI

Ketua Guru Besar UI Sebut Isu Ketahanan Pangan dan Perbaikan Gizi Jadi Persoalan Krusial

Penulis: dodi hasanuddin
Editor: dodi hasanuddin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Guru Besar UI Sebut Isu Ketahanan Pangan dan Perbaikan Gizi Jadi Persoalan Krusial

TRIBUNNEWSDEPOK.COM, JAKARTA - Ketua Guru Besar UI sebut isu ketahanan pangan dan perbaikan gizi jadi persoalan krusial.

Ketua Dewan Guru Besar (DGB) Universitas Indonesia (UI), Prof. Harkristuti Harkrisnowo, S.H., M.A., Ph.D., mengatakan, isu ketahanan pangan dan perbaikan gizi menjadi persoalan krusial karena berkaitan dengan upaya meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia.

“Indonesia nampaknya harus belajar dari negara-negara tetangga kita untuk bisa menyediakan lahan
pertanian produktif, infrastruktur pertanian yang memadai, serta memastikan distribusi pangan yang
merata, terutama saat terjadi permasalahan global. Seperti perang Rusia dan Ukraina yang
memengaruhi ketahanan pangan Indonesia,” ujar Prof. Harkristuti saat menyampaikan sambutan pada
acara webinar yang diselenggarakan oleh Komisi IV (Pengembangan Peran Universitas Indonesia di
Masyarakat) DGB UI.

Webinar bertema “Quo Vadis Ketahanan Pangan, Gizi, dan Budaya Konsumsi?” tersebut dihadiri juga
oleh Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
(Kemdikbudristek), Hilmar Farid, Ph.D.

Ia menyoroti permasalahan food waste dan foodless yang tinggi dan kualitas pangan yang rendah di Indonesia.

Menurut Hilmar, konsep pangan bijak mulai dari sektor produksi hingga pengelolaan limbah merupakan hal penting.

Konsep ini memerlukan penguatan kebijakan dalam pengelolaan sistem pangan secara keseluruhan.

Baca juga: Awali UTBK-SNBT 2023, Sebanyak 3.854 Peserta Ikuti Ujian di Kampus UI Depok dan Salemba

Dari sisi produksi, Indonesia mengalami homogenisasi bahan pangan pokok yang 50 persen berpusat pada empat jenis bahan pangan, yakni padi, gandum, jagung, dan kentang.

Di sisi lain, tingkat konsumsi memiliki homogenisasi selera. Selama 30 tahun terakhir, pangan yang beragam sekarang terpusat ke beras.

Ada catatan bahwa konsumsi gandum mengalahkan konsumsi beras, padahal kita tidak memproduksi gandum.

“Masalah muncul ketika kita bergantung pada pangan tersebut,” ujar Hilmar.

Guna mengatasi hal ini, ia menilai perlu desentralisasi pangan berdasarkan diversifikasi pangan di
Indonesia melalui penguatan pengetahuan dan kebudayaan lokal.

“Perguruan tinggi berperan sangat sentral bersama masyarakat di tingkat akar rumput untuk keperluan pangan. Oleh karena itu, perlu adanya pengenalan kembali produk-produk lokal, serta kolaborasi antara produsen pangan dan ahli gastronomi untuk menghasilkan karya yang dapat diterapkan di komunitas lokal,” ujar Hilmar.

Pada acara tersebut, hadir pula tiga narasumber yang membahas seputar ketahanan pangan, budaya
konsumsi, dan gizi masyarakat.

Baca juga: UI Sebagai Partner Country, Pamerkan Beragam Produk Inovasi Diajang Hannover Messe 2023

Narasumber tersebut adalah Rektor Institut Pertanian Bogor, Prof. Dr. Arif Satria, S.P., M.Si, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UI, Prof. Dr. Semiarto Aji Purwanto, serta Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat UI, Prof. Dr. drg. Sandra Fikawati, MPH.

Halaman
123