Berita Universitas Indonesia
Waspada Gangguan Pendengaran, Dokter FK UI Bagikan Tips Aman Gunakan Headset Sehari-hari
Data dari badan kesehatan dunia WHO mencatat sekitar 1,1 miliar remaja di seluruh dunia berisiko mengalami gangguan pendengaran akibat paparan bising.
Penulis: M. Rifqi Ibnumasy | Editor: murtopo
Laporan wartawan TribunnewsDepok.com, M Rifqi Ibnumasy
TRIBUNNEWSDEPOK.COM, BEJI - Gaya hidup modern masyarakat saat ini sangat akrab dengan penggunaan Personal Listening Device (PLD) atau alat dengar pribadi, seperti headset dan earbuds.
Sayangnya, kesadaran masyarakat akan risiko gangguan pendengaran akibat penggunaan alat ini masih rendah.
Paparan suara keras dari perangkat yang digunakan berjam-jam setiap hari dapat menjadi ancaman bagi siapa pun yang terbiasa menikmati audio dengan volume tinggi.
Data dari badan kesehatan dunia WHO mencatat sekitar 1,1 miliar remaja di seluruh dunia berisiko mengalami gangguan pendengaran akibat paparan bising.
Baca juga: Periset UI Temukan Manfaat Daun Beluntas, Bisa Hambat Protein Virus HIV
Penelitian terbaru pada 2023 bahkan menunjukkan risiko gangguan pendengaran akibat penggunaan headset mencapai 23,8 persen, atau setara dengan 1 dari 4 pengguna.
Staf pengajar Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia (UI) dari Departemen Telinga, Hidung, Tenggorok, Bedah Kepala Leher (THT-KL), Dr. dr. Fikri Mirza Putranto, Sp.THT-KL, menjelaskan bahwa tuli akibat bising kini menjadi ancaman baru di era modern.
“Kita justru menikmati bising setiap hari, seperti konser, tempat musik, atau tempat bermain yang memiliki pengeras suara bervolume tinggi,” kata Fikri dalam keterangannya, dikutip Senin (14/7/2025).
Menurutnya, tuli akibat bising kini tidak hanya mengancam para pekerja pabrik atau sopir bajaj seperti di masa lalu, tetapi juga masyarakat luas melalui perangkat pribadi seperti headset yang kerap diabaikan.
Baca juga: Bikin Bangga, 2 Mahasiswa UI Raih Predikat Terbaik Ajang Pilmapres LLDIKTI Wilayah III 2025
“Orang yang mengalami cedera bising memiliki gejala awal telinga berdenging dan terasa tertutup seperti kemeng,” ungkapnya.
“Gejala ini sering kali dianggap sepele karena dapat hilang dalam waktu 24 jam. Namun, justru karena sering diabaikan dan berulang, lama-kelamaan bisa menimbulkan gangguan permanen,” sambungnya.
Selain menimbulkan gangguan telinga, cedera bising kronik juga dapat berdampak besar terhadap kualitas hidup, mulai dari kesulitan berkomunikasi di lingkungan ramai, gangguan konsentrasi, hingga gangguan sosial dan percepatan penuaan pada jalur pendengaran.
Menurut Fikri, PLD yang beredar saat ini memiliki banyak jenis, seperti earbuds, headphone over-ear (dengan atau tanpa noise cancelling), hingga bone conduction headset.
Baca juga: Mahasiswa UI Teliti Ketahanan Koperasi saat Hadapi Krisis, Ini Hasil Temuannya
Jenis over-ear dengan fitur Active Noise Cancelling (ANC) dianggap menjadi pilihan yang relatif lebih aman karena mampu meredam kebisingan tanpa harus menaikkan volume secara berlebihan.
Akan tetapi, PLD jenis ini tidak disarankan digunakan sambil berjalan atau berlari karena mengurangi kewaspadaan terhadap lingkungan.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.