Berita Universitas Indonesia

Periset UI Temukan Manfaat Daun Beluntas, Bisa Hambat Protein Virus HIV

Dalam penelitiannya, ia memilih daun beluntas karena mengandung senyawa fenolik tinggi dan telah lama dimanfaatkan dalam pengobatan tradisional. 

Penulis: M. Rifqi Ibnumasy | Editor: murtopo
Dok: Humas UI
RISET UI - Mahasiswa Program Doktor Fakultas Farmasi (FF) UI, Ni Putu Ermi Hikmawanti memaparkan penelitiannya tentang manfaat daun beluntas untuk menghambat protein virus HIV. (Dok: Humas UI) 

Laporan wartawan TribunnewsDepok.com, M Rifqi Ibnumasy 

TRIBUNNEWSDEPOK.COM, BEJI - Proses ekstraksi senyawa aktif dari tanaman obat merupakan tahap krusial dalam pengolahan bahan baku di dalam industri farmasi. 

Problemnya, metode konvensional yang banyak digunakan masih bergantung pada pelarut organik, seperti etanol dan metanol, yang berisiko toksik serta berdampak buruk bagi lingkungan. 

Menjawab tantangan ini, pelarut alami berbasis bahan hayati, yakni Natural Deep Eutectic Solvent (NADES), mulai dikembangkan sebagai alternatif yang lebih aman dan berkelanjutan.

Salah satu riset yang menyoroti potensi NADES dilakukan oleh Ni Putu Ermi Hikmawanti, M.Farm., mahasiswa Program Doktor Fakultas Farmasi (FF) Universitas Indonesia (UI). 

Baca juga: Bikin Bangga, 2 Mahasiswa UI Raih Predikat Terbaik Ajang Pilmapres LLDIKTI Wilayah III 2025

Dalam disertasinya yang berjudul “Pemanfaatan NADES sebagai Pelarut Ekstraksi Daun Beluntas (Pluchea indica L.) dan Pemisahan Asam Dikafeoilquinat serta Aktivitas Antioksidan dan Antiretroviralnya”. 

Dia membedah dan mengkaji efektivitas NADES dalam mengekstraksi senyawa bioaktif dari tanaman lokal Indonesia.

Dalam penelitiannya, ia memilih daun beluntas karena mengandung senyawa fenolik tinggi dan telah lama dimanfaatkan dalam pengobatan tradisional. 

“Beluntas ini mudah dijumpai di Indonesia, bahkan sering tumbuh di pekarangan rumah. Beluntas merupakan sumber herbal potensial untuk dikembangkan,” ujar Ermi. 

Baca juga: Mahasiswa UI Teliti Ketahanan Koperasi saat Hadapi Krisis, Ini Hasil Temuannya

Melalui serangkaian uji laboratorium, ditemukan bahwa kombinasi glisin dan asam laktat dengan rasio molar 1:3 serta penambahan air sebesar 50 persen merupakan formulasi NADES paling optimal. 

Dari hasil ekstraksi tersebut, ia berhasil memisahkan salah satu senyawa utama, yakni 3,5-dikafeoilquinat (3,5-DCQA), yang kemudian diteliti lebih lanjut.

Ekstrak NADES dan fraksi kaya 3,5-DCQA yang diteliti menunjukkan aktivitas antioksidan dan antiretroviral secara in vitro. 

Studi in silico menunjukkan bahwa 3,5-DCQA berpotensi menghambat protein gp120 HIV-1, yang merupakan target penting dalam fase awal infeksi HIV.

Baca juga: Hakim MK Perempuan Pertama Maria Farida Indrati Dapat Penghormatan dari UI, Ini Sosok dan Kiprahnya

Temuan Ermi membuka peluang pengembangan 3,5-DCQA sebagai kandidat bahan aktif dalam formulasi obat herbal antiretroviral berbasis bahan alam Indonesia. 

Capaian ini turut memperkuat posisi risetnya sebagai rujukan penting dalam pemanfaatan NADES, sekaligus menegaskan potensi besar sumber daya hayati Indonesia dalam pengembangan fitofarmaka yang berdaya saing global.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved