Kriminalitas

Seorang Pelajar SDN di Pondok Gede Diduga Dibully di Ruangan Kelas Hingga Tulang Pundak Bergeser

Ibu korban, Amelia (35) mengatakan, Z mengalami pergeseran tulang di bagian pundak usai diduga menjadi korban bullying tersebut.

Penulis: Rendy Rutama | Editor: murtopo
istimewa
AKSI BULLYING - Ilustrasi bully. Seorang pelajar di sebuah Sekolah Dasar Negeri (SDN) kawasan Kecamatan Pondok Gede, Kota Bekasi berinisial Z yang mengalami pergeseran tulang akibat diduga aksi perundungan atau bullying oleh rekannya, Sabtu (7/6/2025). (IST) 

Usai itu, Amelia langsung meminta Z untuk tidak lagi bermain dengan para terduga anak pembully tersebut.

Amelia juga berpesan kepada Z untuk tidak lagi memberikan uang jika para pelaku memintanya.

"Besoknya itu anak saya melakukan hal saya minta, tapi pada Jumat (16/5/2025) anak saya (Z) dipukulin lagi istirahat sekolah dan tidak ada guru di kelas," ucapnya.

Baca juga: Perundungan Siswa Berkebutuhan Khusus di Depok, Orang Tua Korban Polisikan Kepala Sekolah

Sebelum dipukul, Amelia menegaskan Z itu sempat menolak ajakan untuk bertemu para terduga pelaku.

Ketika menolak, Z justru diduga ditampar oleh tersangka.

Hingga selanjutnya Z mengikuti kemauan tersangka untuk menuju ke lantai atas ruangan kelas.

"Udah di tempat itu anak saya ikut ke atas dan habis itu anak saya itu dikunci sama empat orang tersangka, menurut keterangan dua orang yang ada di situ dalam hal ini yang ngunciin anak saya (J dan R) itu disuruh sama D," tegasnya.

Amelia mengaku ketika berada di ruang kelas, diduga aksi bullying dengan pemukulan pun terjadi.

"TAnak itu itu yang nampar (Belum diketahui siapa) mukul lagi di bagian pinggang belakang, terus kaki ditendang di bagian paha, lalu pundaknya ditonjok, tersangkanya ada dua orang yang mukul di kelas itu," ujarnya. 

Baca juga: Lagi Perundungan Terjadi di Depok, Siswi Kelas 6 SD di Pancoran Mas Dikeroyok 3 Siswi SMP

Amelia mengungkapkan pasca kejadian itu, dirinya menilai pihak sekolah melalui Kepala Sekolah (Kepsek) sudah berupaya melakukan mediasi antara keluarga korban dan tersangka.

Kemudian mediasi tersebut menghasilkan keputusan untuk diselesaikan secara kekeluargaan dengan upaya keluarga terduga pelaku memberikan biaya pengobatan hingga pulih.

Namun upaya itu dinilai Amelia hanya berlangsung beberapa saat, dan selanjutnya biaya pengobatan justru ditanggung keluarga Z.

Hal itu dikarenakan keluarga terduga pelaku mengaku kepada Amelia sudah tidak sanggup membayar biaya pengobatan.

"Belum terbayar itu sekitar Rp 400 - 500 ribu dan itu belum biaya ortopedi, kebetulan saya belum ke ortopedi dan saya kan juga pengen tahu tanggung jawab itu seperti apa, Kalau kemarin dia merasa ke rumah sakit ini mahal banget, sampak saya ajak ya udah kalau misalnya keluarga pelaku mau ikut ke rumah sakit gimana," ungkapnya.

Meskipun terduga pelaku sudah tidak lagi menjadi siswa di sekolah tersebut alias pindah, Amelia berharap tanggung jawab oleh keluarga terduga pelaku dapat diselesaikan.

"Keluarga terduga pelaku mau bawa anak saya itu ke ahli patah tulang di Kawasan Jakarta Timur namanya guru singa, saya tidak setuju karena anak saya tidak patah tulang dari dokter, hanya perlu terapi biar tulangnya itu balik ke semula lagi karena dia masih kecil kan, intinya mau ada tanggung jawab," tutupnya. (m37)

Sumber: Tribun bekasi
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved