Berita UI

Kebangkitan Nasional, Peneliti FIB UI Ungkap Tantangan Besar Anak Muda Saat Ini

Kebangkitan Nasional, Peneliti FIB UI Ungkap Tantangan Besar Anak Muda Saat Ini

Editor: dodi hasanuddin
Universitas Indonesia
TANTANGAN KEBANGKITAN NASIONAL - Dosen dan peneliti di Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) Universitas Indonesia (UI) Teuku Reza Fadeli, Ph.D. menyamapiakan tantangan besar generasi muda saat ini adalah memanfaatkan teknologi untuk memperkuat nilai-nilai kebangsaan dan kemanusiaan. 

TRIBUNNEWSDEPOK.COM, BEJI - Kebangkitan Nasional diperingati setiap tanggal 20 Mei.

Kebangkitan Nasional sebuah konsep yang lahir pada awal abad ke-20, kini menghadapi tantangan dan peluang baru di era digital.

Hal itu disampaikan dosen dan peneliti di Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) Universitas Indonesia (UI) Teuku Reza Fadeli, Ph.D.

Teuku Reza mengatakan, semangat kebangkitan ini selain tentang kesadaran berbangsa, tetapi juga bagaimana generasi muda memanfaatkan teknologi untuk memperkuat nilai-nilai kebangsaan dan kemanusiaan.

Baca juga: Perkuat UI sebagai Universitas Riset Dunia, Rektor UI Jajak Kolaborasi Strategis dengan UCLA Amerika

Di masa lalu, Kebangkitan Nasional ditandai oleh pergerakan organisasi seperti misalnya Budi Utomo (yang meskipun didominasi oleh etnik Jawa) tetapi menjadi upaya awal dalam mempersatukan masyarakat dari berbagai daerah melalui pendidikan dan kemajuan sosial ekonomi.

Kini, di era digital, semangat tersebut berevolusi menjadi kemampuan warga, khususnya generasi muda, untuk menggunakan teknologi dalam menyebarkan pengetahuan sejarah, membangun akuntabilitas, dan menciptakan solidaritas lintas daerah.

Reza mengatakan, media sosial dan platform digital menjadi alat strategis untuk memperluas pemahaman nasionalisme secara partisipatif, di mana konten kreatif berbasis bukti dapat menjangkau jutaan orang dalam waktu yang sangat singkat.

Namun, di balik peluang tersebut, tantangan besar juga menghadang.

Baca juga: UI Pastikan Tak Ada Kenaikan Biaya UKT dan IPI, Kesulitan Biaya Mahasiswa Ajukan Bantuan ke Rektor

Banjir informasi palsu (hoaks) kerap mengaburkan fakta, sementara algoritma media sosial justru memperkuat ruang gema (echo chambers) yang memicu polarisasi ataupun kebencian.

Selain itu, kesenjangan akses internet di daerah tertinggal turut menghambat partisipasi warga dalam berbagai diskusi.

Reza menekankan bahwa literasi digital menjadi salah satu kunci untuk mengatasi masalah ini, agar generasi muda mampu berpikir kritis dan memilah informasi dengan benar.

Menurut Reza, generasi muda dapat mengambil peran aktif dengan memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan nilai-nilai kebangsaan dan kemanusiaan.

Baca juga: Didukung Government Agency Jepang, UI Kembangkan Penelitian dan Inovasi Alat Kesehatan Berbasis AI

Pendekatan aktif ini dapat meliputi pembuatan konten visual yang menarik, kolaborasi dengan kreator lintas disiplin, serta kampanye kolaboratif bersama berbagai institusi. 

Sikap kritis dalam bermedia sosial, seperti melakukan verifikasi informasi sebelum membagikannya akan menciptakan lingkungan digital yang sehat dan bebas dari disinformasi.

Hal ini perlu dijalankan dengan mengedepankan etika yang berlandaskan kemanusiaan, inklusivitas, serta demokrasi, sehingga nasionalisme dapat diwujudkan dengan adil dan beradab.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved