Guru Besar UI

Guru Besar UI Sebut Jumlah Penderita Kanker di Indonesia Bakal Melonjak 63 Persen di Tahun 2040

Guru Besar UI Sebut Jumlah Penderita Kanker di Indonesia Bakal Melonjak 63 Persen di Tahun 2040

Editor: dodi hasanuddin
Humas dan KIP UI
Guru Besar UI Sebut Jumlah Penderita Kanker di Indonesia Bakal Melonjak 63 Persen di Tahun 2040 

TRIBUNNEWSDEPOK.COM, BEJI - Universitas Indonesia (UI) kembali menambah jajaran Guru Besar dengan mengukuhkan tiga akademisi unggul dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA).

Mereka adalah Prof. Supriyanto Ardjo Pawiro, M.Si., Ph.D, Prof. Dra. Ariadne Lakshmidevi, M.Eng., Ph.D, dan dan Prof. Dr. rer. nat. Hendri Murfi, S.Si., M.Kom.

Acara pengukuhan berlangsung di Balai Sidang UI, Kampus Depok, Rabu (8/1/2025).

Prof. Supriyanto ditetapkan sebagai Guru Besar Tetap Bidang Ilmu Fisika Radioterapi.

Baca juga: UI Kolaborasi dengan University of Warwick, Mahasiswa Bisa Kuliah di Inggris

Melalui orasi ilmiah berjudul "Audit Dosimetri untuk Peningkatan Mutu Layanan Radioterapi Eksterna," ia menyoroti tantangan besar yang dihadapi Indonesia terkait pengelolaan kasus kanker dan layanan terapi kanker.

Berdasarkan data Global Cancer Observatory (Globocan), pada 2022 Indonesia mencatat lebih dari
408.661 kasus kanker baru dengan 242.099 kematian.

Tanpa intervensi signifikan, jumlah ini diperkirakan melonjak hingga 63 persen pada 2040.

"Layanan radioterapi memegang peranan penting, baik dalam penanganan kanker kuratif maupun paliatif, dengan kontribusi mencapai 50 persen," ujar Prof. Supriyanto.

Namun, ia menegaskan bahwa radioterapi juga memiliki risiko yang harus ditangani dengan
perencanaan matang.

Baca juga: Guru Besar FMIPA UI: Jawab Kebutuhan Industri dan Bisnis, Kurikulum Pendidikan Harus Disesuaikan

Dalam hal ini, audit dosimetri menjadi elemen kunci untuk memastikan akurasi dan keselamatan dalam pelayanan radioterapi.

"Audit dosimetri dapat menjamin bahwa dosis radiasi yang diterima pasien sesuai dengan perencanaan, sekaligus meminimalkan risiko kesalahan dalam terapi," tuturnya.

Lebih lanjut, Prof. Supriyanto menyerukan pentingnya peran Fisikawan Medik dalam mengelola
kendali mutu alat radioterapi, baik melalui audit internal maupun eksternal.

"Pemerintah melalui Badan Pengawas Tenaga Nuklir perlu mengamandemen peraturan agar fungsi ini dijalankan secara optimal. Sinergi antara pemerintah, rumah sakit, dan laboratorium dosimetri akan sangat menentukan kualitas layanan radioterapi di Indonesia," katanya.

Baca juga: Ini Alasan UI Bangun Gedung Baru FIA di Kampus Depok

Dengan berbagai penelitian sebelumnya, termasuk yang berfokus pada kalibrasi dosimetri dan standar internasional, Prof. Supriyanto terus mendorong peningkatan kualitas layanan radioterapi di tanah air.

Acara pengukuhan ini dihadiri sejumlah tokoh penting, termasuk jajaran Badan Pengawas Tenaga
Nuklir (BAPETEN), Ketua Konsil Kesehatan Indonesia Kemenkes RI, dan para Guru Besar UI
lainnya.

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved