Berita UI

Buat Generasi Sandwich, Ini Tips dari Psikolog UI Hadapi Kenyataan Hidup di Tahun 2024

Tips dari Psikolog UI hadapi kenyataan hidup di tahun 2024 terutama bagi generasi sandwich yang berada di usia 25-45 tahun.

Editor: dodi hasanuddin
Humas dan KIP UI
Buat Generasi Sandwich, Ini Tips dari Psikolog UI Hadapi Kenyataan Hidup di Tahun 2024 

TRIBUNNEWSDEPOK.COM, BEJI - Tahun baru 2024 merupakan momentum bagi banyak orang untuk mengubah jalan hidup.

Beban hidup menjadikan generasi produktif harus mempunyai strategi agar tujuan hidup bisa tercapai.

Terutama tujuan bagi sebagian masyarakat Indonesia adalah merawat anak dan orangtua dengan baik.

Baca juga: Mahasiswa Vokasi UI Targetkan 5 Medali Emas Sepatu Roda di PON XXI 2024

Sebuah survei yang dilakukan CBNC Indonesia pada 2021 menunjukkan sebanyak 48,7 persen masyarakat produktif (25–45 tahun) Indonesia merupakan generasi sandwich.

Generasi ini memiliki tanggung jawab untuk menghidupi diri sendiri, orangtua, dan anaknya dalam
waktu bersamaan.

Bagi mereka yang tidak siap dan kuat secara finansial maupun mental, kondisi ini akan menjadi tekanan yang rentan menurunkan kesejahteraan psikologis.

Baca juga: Pertama di Indonesia, Mahasiswa UI Temukan Bakteri yang Dapat Membunuh Sel Kanker Serviks

Lathifah Hanum, M.Psi., dosen Fakultas Psikologi (FPsi.) Universitas Indonesia (UI), menyebut peran
generasi sandwich tidaklah mudah, karena perlu mempertimbangkan perbedaan dua generasi.

Sebab itu, ada hal-hal yang harus diperhatikan agar generasi sandwich bisa sukses.

Merawat anak-anak dan remaja tentu berbeda dengan merawat lansia.

Anak-anak dan remaja memerlukan arahan dari orangtua untuk mengembangkan dan mendewasakan diri.

Sedangkan lansia memerlukan pendampingan dalam menjalani aktivitas harian.

Situasi ini bisa bertambah kompleks apabila lansia yang dirawat memiliki kondisi kesehatan yang memprihatinkan.

Sehingga generasi sandwich perlu memberikan perhatian yang lebih kepada mereka.

"Banyak tantangan yang dihadapi oleh generasi sandwich, di antaranya mereka rentan mengalami stres
dan burnout jika tidak memiliki rencana yang matang untuk memenuhi tanggungjawab," kata Lathifah.

Persiapan yang Matang

Menurut Lathifah, lokasi tinggal juga membawa dampak yang berbeda.

Mereka yang tinggal bersama dengan dua generasi lainnya memiliki tanggungjawab harian yang lebih besar.

Seperti harus menyiapkan makanan yang bergizi, menjadi teman bicara bagi kedua generasi, serta mengerjakan rutinitas dan tanggungjawab pribadi.

Baca juga: Tercatat Kasus Infeksi di Indonesia Tinggi, UI Ungkap Penerapan Ilmu Mikrobiologi Jadi Solusi

Namun, jika generasi sandwich tinggal terpisah dari orangtuanya, mereka harus mengirimkan uang
lebih besar sebagai bentuk kompensasi atas ketidakhadirannya.

Lathifah menjelaskan, untuk dapat menjalankan peran sebagai generasi sandwich, individu harus
melakukan persiapan yang matang.

Secara ekonomi, mereka perlu memiliki sumber keuangan yang stabil dan cukup.

Pastikan bahwa kebutuhan keluarga inti sudah terpenuhi sebelum memutuskan untuk berkontribusi terhadap kebutuhan keluarga besar.

Secara mental, individu juga harus menyiapkan diri dalam menjalankan perannya, terutama dalam menyesuaikan harapan di berbagai situasi.

Hal penting lainnya yang perlu diperhatikan oleh generasi sandwich adalah kualitas relasi yang baik
dengan orang tua maupun anak.

Generasi sandwich harus membangun relasi yang positif dengan kedua generasi tersebut. Mereka harus mampu berkomunikasi secara terbuka.

Sehingga berbagai kendala dapat dibicarakan bersama dan ditemukan solusinya.

Selain itu, biasakan untuk mendiskusikan berbagai kendala agar masing-masing generasi memiliki kesempatan untuk berkontribusi terhadap penyelesaian masalah.

Studi Generasi Sandwich

Intergenerational relationship atau hubungan antargenerasi sebenarnya memiliki banyak manfaat.

Pada beberapa penelitian disebutkan bahwa masing-masing generasi memiliki kontribusi terhadap urusan rumah tangga.

Generasi sandwich bisa jadi sangat terbantu dengan kehadiran orangtua di rumah, karena dapat membantu mengurus rumah tangga dan mengawasi anak-anak, saat mereka bekerja.

Beberapa studi di Asia Timur bahkan menunjukkan bahwa generasi sandwich lebih memilih untuk meninggalkan anak-anaknya dengan orangtua mereka agar mendapatkan pendidikan yang baik.

Terutama mengenai nilai-nilai dan budaya di dalam keluarga.

Sementara itu, penelitian di Eropa dan Asia Tenggara menunjukkan bahwa generasi sandwich
mendapatkan bantuan, terutama dalam hal finansial dari orangtua.

Sebagai timbal balik, generasi sandwich menjadi pendamping bagi orangtua dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.

Fakta ini menunjukkan bahwa generasi sandwich tidak akan mengalami hal buruk selama ia menjalankan
perannya dengan penuh persiapan dan pengelolaan yang baik.

Justru dengan adanya komunikasi antara tiga generasi ini, akan terjalin kedekatan keluarga dan nilai-nilai kebaikan dapat diajarkan secara turuntemurun.

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved