Penelitian UI
Ciptakan Jahe Jadi Obat Baru Penyakit Jantung dan Diabetes, Mahasiswi Doktor FKUI Raih IPK Cumlaude
dr. Shirly meraih gelar doktor Ilmu Biomedik di FKUI dengan IPK cumlaude 3,99 setekah ciptakan jahe dai obat jantung dan diabetes.
TRIBUNNEWSDEPOK.COM, JAKARTA - Ciptakan jahe jadi obat baru penyakit Jantung dan diabetes, mahasiswi doktor FKUI raih IPK Cumlaude.
Selama ini, jahe dikenal sebagai tanaman obat yang memiliki keunggulan sebagai antioksidan, antiinflamasi, antiobesitas, antidiabetes, antimikroba, antikanker, neuroproteksi, proteksi kardiovaskuler, dan proteksi terhadap gangguan saluran napas.
Baca juga: 25 Tahun Reformasi, UI Kaji Keterwakilan Perempuan dalam Perpolitikan Indonesia
Baca juga: Inilah 7 Inovasi Mahasiswa FIA UI yang Dapat Bantuan Dana Kewirausahawan dari Kemendikbudristek
Melihat manfaat ini, mahasiswa Program Doktor Ilmu Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), dr. Shirly Gunawan, Sp.FK, mengembangkan penelitian mengenai efek kandungan senyawa pada jahe sebagai bahan alam dalam pengobatan Sindrom Metabolik (MetS).
MetS merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang berkaitan erat dengan peningkatan risiko
penyakit jantung dan diabetes melitus tipe 2 (DMT2).
Seseorang dikatakan menderita MetS apabila mengalami sedikitnya tiga dari lima kondisi, yaitu tekanan darah tinggi (hipertensi), abnormalitas kadar lemak dalam darah (dislipidemia), kadar trigliserida tinggi (hipertrigliseridemia), kadar gula darah tinggi (hiperglikemia), dan obesitas dengan penumpukan lemak di perut.
Menurut dr. Shirly, prevalensi MetS secara global kian meningkat.
Berdasarkan data dari National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES), dari 35 persen populasi dewasa di Amerika Serikat, sebanyak 50–60 persen mengalami MetS.
Di Cina, MetS dialami oleh sekitar 58,1 persen dari populasi berusia >60 tahun. Sementara itu, di Indonesia, prevalensi MetS mencapai angka 23 persen.
Baca juga: Kembanglkan Wawasan Secara Global, Vokasi UI Kolaborasi dengan IMI dan SFUVET SWISS
Namun, tingginya angka prevalensi MetS tidak diimbangi dengan pengobatan yang adekuat.
“Hingga saat ini, belum ada obat tunggal untuk mengatasi MetS. Pada umumnya, pasien dengan MetS
mendapat pengobatan yang bersifat polifarmasi (penggunaan beberapa obat secara bersamaan)
sehingga memengaruhi kepatuhan (compliance) pasien dalam berobat," ujar dr. Shirly dalam sidang promosi doktornya, pada Rabu (14/6/2023), di Ruang Teaching Theatre, Gedung IMERI, FKUI Salemba.
"Hal inilah yang kemudian mendorong kami untuk menganalisis efek modulasi salah satu senyawa aktif yang terkandung dalam jahe, yaitu 6-gingerol, terhadap MetS dengan fokus pada jalur endoplasmic reticulum stress atau ER stress,” tambahnya.
dr. Shirly menilai jalur ER stress berperan penting terhadap terjadinya MetS.
Baca juga: SKSG UI Lakukan Ini ke Pelaku UMKM Perkampungan Budaya Betawi, Setu Babakan agar Dapat Bertahan
ER stress adalah kondisi akumulasi unfolded atau misfolded protein pada lumen retikulum endoplasma (RE).
Kondisi ini akan mengaktivasi jalur sinyal Unfolded Protein Response (UPR) dengan target utama pada organ hati, jaringan lemak, usus, dan otot rangka.
UPR mampu meredakan ER stress, menjaga keseimbangan RE, serta meningkatkan kemampuan adaptasi dan daya tahan sel.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.