Lahir dari Keluarga Miskin, Salinem Sekolahkan Anak Sampai Jadi Bidan dan TNI Berkat Jualan Ayam

Salinem merupakan salah satu pedagang yang mendapatkan bantuan dari Presiden Joko Widodo berupa sembako dan uang tunai sebesar Rp 1,2 juta

Warta Kota/Nuri Yatul Hikmah
Salinem (60) salah satu pedagang ayam potong yang disalami, diberi uang, serta sembako oleh presiden Joko Widodo di Pasar Palmerah, Jakarta Pusat.  

TRIBUNNEWSDEPOK.COM, PALMERAH - Salinem (60) salah seorang pedagang ayam potong yang disambangi Presiden Joko Widodo di Pasar Palmerah, Tanah Abang, Jakarta Pusat, menyebut bahwa dahulu ia merupakan anak yang terlahir dari keluarga miskin.

Saking miskinnya, dirinya bahkan tak pernah merasakan hangatnya bangku sekolah dasar (SD).
Masa kecilnya, ia habiskan untuk membantu kedua orang tua di Solo, Jawa Tengah. 
Bahkan, Salinem sampai tak bisa membaca dan menulis. Bahkan, bagaimana membubuhkan tanda tangan pun Salinem tak mengerti caranya.
Namun, perjalanan hidup merantau ke Jakarta kemudian bertemu sang suami dan memiliki tiga orang anak, lambat laun mengubah hidupnya. 
"Iya dulu memang saya orang miskin, orang enggak punya apa-apa, terus jualan ayam buat nyekolahin anak," ujar Salinem saat ditemui Warta Kota di Pasar Palmerah, Jakarta Pusat, Senin (26/6/2023).
"Enggak punya apa-apa, saya orang miskin aku aja enggak tahu tulisan suruh tanda tangan, aku enggak bisa," imbuh dia. 
Kendati begitu, Salinem tak mau tiga anaknya mengalami nasib serupa seperti dirinya. 
Oleh karena itu, lanjut dia, setiap hari dirinya banting tulang berangkat ke Pasar Palmerah bersama sang suami untuk berjualan ayam potong.
Ia bahkan rela berangkat dari sebelum matahari terbit, demi bisa mendapat lapak dan pelanggan. 
Dirinya bertekad untuk bisa memasukkan anak ke pesantren hingga kemudian bisa berkuliah dan meraih mimpi-mimpinya.
Bahkan, Salinem mengaku pernah pinjam uang hingga Rp 300 juta untuk kebutuhan sekolah anak-anak.
"Dulu aku sekolahin anak-anak sampai ngutang ke bank sampai Rp 300 juta," katanya.
Namun, berkat kerja kerasnya menjadi pedagang ayam potong tiap hari bersama suami, dirinya berhasil menuntaskan utang tersebut.
Kini anak-anak Salinem sudah mendapatkan pekerjaan terpandang. Mereka menjadi pengusaha bengkel, Bidan, dan Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat (AD).
"Alhamdulillah anakku pintar-pintar. Anak tiga, yang pertama bengkel di Depok, yang kedua bidan, yang bontot TNI," kata dia.
"Kemarin tugas di Papua udah pulang, kalau misalnya di sini di Majalengka (tugasnya) yang bontot," jelas dia.
Meski ketiga anaknya sudah sukses, namun dirinya tetap menjadi tukang ayam potong untuk menyambung hidup dan menghabiskan hari tua bersama suami tercinta.
Dia mengaku tak mau merepotkan anak-anaknya.
Oleh karena itu, melonjaknya harga ayam hari ini membuat dirinya sedikit kelimpungan.
Kerap kali, Salinem melepas harga rugi untuk sekadar mempertahankan pelanggannya. 
"Saya kan sekarang tinggal berdua sama suami aja, jadi penghasilan cukup buat makan sehari-hari aja," kata Salinem. 
"Karena harga ayam gimana ya waduh harga-harga Ya Allah ayam ini kan modalnya Rp 45 ribu, dijual itu cuman Rp 43-Rp 44 ribu," imbuh dia.
Meski begitu, Salinem mengaku tak begitu rugi banyak lantaran masih ada pemasukan lain yang bisa saling mentupi.
Dirinya mengaku, uang hasil penjualannya itu digunakan untuk makan sehari-hari dan bekal untuk menghabiskan hari tua di kampung halamannya.
"Ya enggak rugi banget nombokin ayam modalnya Rp 33 ribu (misalnya), Rp 31 ribu dikasih demi langganan," jelasnya.
"Buat modal kalau pulang kampung," pungkasnya. 
Diberitakan sebelumnya, Salinem merupakan salah satu pedagang yang mendapatkan bantuan dari Presiden Joko Widodo berupa sembako dan uang tunai sebesar Rp 1,2 juta, di Pasar Palmerah, Jakarta Pusat.
Bukan hanya sembako dan uang, Salinem juga berkesempatan berbincang dengan orang nomor satu di Indonesia itu. (m40)
Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved