Berita UI

Guru Besar FMIPA UI Sebut Indonesia Kaya Bahan Kimia, Tapi Tak Didukung IPTEK dan SDM Berkualitas

Prof. Dr. rer.nat. Budiawan Guru besar FMIPA UI sebut Indonesia kaya bahan kimia, tapi tak didukung IPTEK dan SDM berkualitas.

Penulis: dodi hasanuddin | Editor: dodi hasanuddin
Humas dan KIP UI
Guru Besar FMIPA UI Sebut Indonesia Kaya Bahan Kimia, Tapi Tak Didukung IPTEK dan SDM Berkualitas 

TRIBUNNEWSDEPOK.COM, BEJI - Guru besar FMIPA UI sebut Indonesia kaya bahan kimia, tapi tak didukung IPTEK dan SDM berkualitas.

Prof. Dr. rer.nat. Budiawan dikukuhkan sebagai guru besar Fakultas Matematika dan Ilmu Pegetahuan Alam Universitas Indonesia (FMIPA UI) di Balai Sidang, Kampus UI Depok, Rabu (8/3/2023).

Pada kesempatan tersebut, ia memaparkan kajiannya terkait dengan risiko serta manfaat dari bahan kimia secara presisi untuk perlindungan kesehatan dan lingkungan.

Baca juga: Unit Kerja Khusus Universitas Indonesia Buka Program Pelatihan para Pemimpin di Indonesia

Prof. Budiawan yang juga merupakan Wakil Dekan Bidang Pendidikan, Penelitian dan Kemahasiswaan FMIPA UI menyampaikan bahwa Indonesia adalah negara yang kaya dengan bahan kimia yang bersumber dari alam.

Di antaranya, sektor pertambangan, minyak bumi, batubara, dan sumber daya alam lain yang berbasis bahan kimia alami lainnya.

Namun, sangat disayangkan jangkauan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dan juga kemampuan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dalam mengkaji dan mengelola risiko pemanfaatan bahan kimia secara presisi, cerdas, cermat, terukur baik, dan benar masih sangat lemah.

“Bahan kimia secara alamiah memiliki sifat bahaya inheren dan berisiko bagi kesehatan serta lingkungan bila pemanfaatannya tidak secara presisi, yakni cerdas, cermat, terukur, benar dan aman)," kata ujar Prof. Budiawan.

"Kejadian misuse and abuse atau penyalahgunaan dan penggunaan yang salah bahan kimia selama ini, seperti penggunaan bahan peledak oleh teroris, kasus kopi bersianida, formalin atau boraks dalam makanan serta kasus Etilen Glikol dan Dietilen Glikol dalam obat batuk sirup anak yang menimbulkan korban kematian menjadi lesson learn atau pelajaran bagi kita,” tambahnya.

Oleh karena itu, lanjut Prof. Bidawan, pengelolaan risiko bahan kimia dalam peraturan atau kebijakannya harus terintegrasi (tidak sektoral) dan harmonis selaras dengan kebijakan internasional, namun tetap memperhatikan keutamaan kepentingan nasional.

Kajian risiko bahan kimia merupakan suatu konsep berbasis riset dan data ilmiah dengan luaran data hasil yang dilakukan melalui suatu proses untuk pengkajian risiko dan manfaat bahan kimia.

Tujuannya adalah untuk melindungi masyarakat dan lingkungan dari kemungkinan efek yang merugikan dari suatu aktivitas atau penggunaan bahan kimia disepanjang daur hidupnya (chemical life cycle).

Dalam riset yang dilakukan Prof. Budiawan dan timnya, secara spesifik berfokus pada riset dan studi bioakumulasi senyawa kimia secara in situ dan in vivo.

Selain untuk melindungi masyarakat dan lingkungan, kajian risiko ini bertujuan memaksimalkan pemanfaatan bahan kimia untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan perlindungan masyarakat sebagaimana tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs).

“Peningkatan nilai tambah manfaat bahan kimia melalui hilirisasi sumber daya alam yang kita miliki seharusnya dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran Bangsa sebagaimana Amanah UUD’45,” tuturnya.

Baca juga: Universitas Indonesia Gelar UI Zona Integritas Award 2023 dalam Wujudkan Good Governance

Prosesi pengukuhan guru besar dipimpin langsung oleh Rektor UI, Prof. Ari Kuncoro, SE, MA, Ph.D., dan disiarkan secara virtual melalui kanal Youtube Universitas Indonesia dan UI Teve.

“Hasil kajian toksikologi ini sangat diperlukan dan membantu dalam pengambilan keputusan secara bijak antara risiko manfaat bahan kimia secara presisi selain faktor parameter toksik penting lain untuk dikaji, sehingga pengelolaan risiko bahan kimia aman bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan,” ujar Prof. Ari.

Turut hadir dalam prosesi tersebut, Sekretaris Kabinet RI 2010-2014, Dr. Dipo Alam dan Dirjen Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, Rasio Rido Sani.

Profil Prof. Budiawan

Prof. Budiawan menjalani pendidikan sarjananya di Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Padjajaran dan lulus pada 1987.

Kemudian, ia melanjutkan pendidikan magister Dipl. Chem di Departemen Kimia, Fakultas Kimia dan Farmasi Universitas Würzburg, Jerman (1994).

Masih di kampus yang sama, ia meraih gelar Doktors der Naturwissenschaften (Dr. rer. nat.) Institute for Toxicology, pada 1998.

Beberapa karya ilmiahnya dalam beberapa tahun terakhir, di antaranya The Effect of Zinc Speciation and Its Concentration on Bioaccumulation in Pomfret (Colossoma macropomum) and Sepat Fish (Trichogaster Trichopterus) yang terbit pada 2023.

Kemudian In-Vitro Study of Acrylamide and TBHQ Compounds on The Generation of DNA Adduct 8-Hydroxy-2’-Deoxyguanosine as Biomarker of Oxidative DNA Damage (2022), Bioaccumulation and retention kinetics of trace elements in the horse mussels Modiolus micropterus exposed to different environmental conditions (2021), dan Detection of DNA adduct 8-hydroxy-2'-deoxyguanosine (8-OHdG) as a toxicity bioindicator to the effects of nickel on Ni-Cr alloy prosthesis users (2020).

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved