Berita Universitas Indonesia
Panel Surya PARASOL Buatan 3 Mahasiswa Universitas Indonesia Bisa Saingi Panel Surya konvensional
PARASOL buatan mahasiswa UI memiliki cara kerja yang mirip seperti panel surya silikon pada umumnya, yaitu memanfaatkan sinar matahari
Penulis: Cahya Nugraha | Editor: murtopo
Laporan wartawan wartakotalive.com, Cahya Nugraha
TRIBUNNEWSDEPOK.COM, DEPOK - Yosep Dhimas Sinaga menjelaskan masa pakai dari Printable Alternative Solar Roll (PARASOL) yang berhasil ia gagas bersama dengan kedua rekannya, yakni Afra Moedya Abadi dan Tiffany Liuvinia.
Perlu diketahui bahwa PARASOL merupakan Panel surya roll dengan memanfaatkan limbah plastik sebagai salah satu komponennya yang mereka buat lebih fleksibel dalam penggunaannya.
Penggunaannya memanfaatkan prinsip perovskite solar cell dengan nilai efisiensi yang mampu bersaing dengan panel surya konvensional.
"Efisiensinya itu bisa menyaingi dengan panel surya konvensional tapi berdasarkan hasil penelitian kita tidak bisa bilang bahwa milik kita ini mengalahkan. Sebab, ini merupakan teknologi baru yang perlu dikembangkan lebih lagi," ungkap Yosep.
Ketika disinggung terkait dengan masa pakainya, Yosep menjelaskan bahwa PARASOL terbukti bisa menyaingi panel surya biasa hingga 15-20 tahun.
"Berdasarkan hasil teoritis ini terbukti bisa menyaingi panel surya biasa hingga 15-20 tahun," jelasnya.
PARASOL memiliki cara kerja yang mirip seperti panel surya silikon pada umumnya, yaitu memanfaatkan sinar matahari. Ia memiliki bentuk yang praktis dan dapat bekerja pada kondisi minim cahaya matahari.
Manufakturnya yang lebih sederhana membuat PARASOL memiliki harga jauh lebih terjangkau dibandingkan panel surya konvensional.
Baca juga: 3 Mahasiswa Universitas Indonesia Kalahkan 230 Tim di Kompetisi ESG Symposium 2022
Selain itu, PARASOL merupakan panel surya yang lebih ramah lingkungan karena memanfaatkan limbah plastik Polyethylene Terephthalate (PET) sebagai salah satu komponennya.
Tiffany Liuvinia, menjelaskan bahwa limbah plastik PET, adalah yang paling mudah ditemukan serta didaur ulang dengan biaya yang tidak terlalu tinggi.
Baca juga: Tiga Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Indonesia Buat Inovasi Panel Surya dari Limbah Plastik
"Bahwa sampah PET merupakan sumber pencemaran tertinggi dari semua jenis sampah plastik. Maka, potensi untuk dimanfaatkan kembali menjadi lebih besar," ungkapnya.
Sementara itu, Afra Moedya Abadi berharap agar PARASOL bisa terwujud untuk masyarakat Indonesia agar dapat mengakses energi bersih dan terjangkau.
"Karena ada beberapa daerah yang masih belum bisa mengakses energi dan hadirnya PARASOL semoga bisa mengurangi emisi gas rumah kaca,"tutupnya.