Kisah Romli Porter di Terminal Pulo Gebang, Bekerja 12 Jam untuk Menghidupi 5 Anaknya
Lelaki yang mengenakan topi hitam tersebut mengaku pendapatan menjadi seorang Porter saja dirasa kurang.
Laporan Wartawan Wartakotalive.com, Rendy Rutama Putra
TRIBUNNEWSDEPOK.COM, JAKARTA - "Apa aja saya kerjain, yang penting usaha, dan halal," kata Romli, pria berumur 45 tahun yang bekerja sebagai porter di terminal terpadu Pulo Gebang Jakarta Timur tiga tahun terakhir.
Pendapatan Romli tidak menentu. Dari sana ia belajar bagaimana mengatur kebutuhan berdasarkan prioritas yakni keluarga.
"Sehari paling Rp 75.000, tidak menentu," ujarnya saat ditemui sedang beristirahat di pintu timur terminal terpadu Pulo Gebang Jakarta Timur, Jumat (22/4/2022).
Lelaki yang mengenakan topi hitam tersebut mengaku pendapatan menjadi seorang Porter saja dirasa kurang.
Baca juga: Tiket Bus untuk Mudik Lebaran di Terminal Pulogebang Tetap Dipesan Meski Tarifnya Naik 2 Kali Lipat
Sehingga ia menyatakan perlu pendapatan tambahan dari ranah selain porter.
"Kalau ada yang lain lebih besar ya saya kesampingkan Porter," ujarnya kepada Wartakotalive.com.
Pria asal Madura itu bekerja untuk menghidupi keluarganya yang bertempat tinggal di Klender, Jakarta Timur.
Kerap menerima kesulitan ekonomi, hingga harus meminjam uang ke orang lain dirasanya sudah menjadi hal biasa dalam kehidupannya.
Baca juga: Terminal Pulogebang, Kampung Rambutan, Kalideres & Tanjung Priok Jadi Terminal Utama Vaksin Booster
Romli juga menceritakan pernah mendengar kabar rekan anaknya yang kerap memiliki barang berupa gadget baru.
Lalu, anaknya meminta kepadanya untuk dibelikan barang yang serupa.
Mengingat kembali kondisi ekonomi yang kurang, Romli mengatakan hanya bisa mengajarkan anaknya untuk bersabar.
"Saya ajarkan untuk bersabar, biarkan mereka (rekan anaknya) punya barang itu, kalau papah punya duit, nanti dibelikan, tapi tidak serupa dengan punya temanmu," ungkapnya dengan terlihat matanya yang berkaca-kaca.
Baca juga: Momen Mudik Lebaran, Harga Tiket Bus di Terminal Pulogebang Diprediksi Akan Naik
Cerita lain terjadi saat kondisi kasus pandemi Covid-19 yang meningkat sekira tahun 2021, pemerintah membuat kebijakan proses belajar mengajar sekolah diharuskan melalui daring.
Sebab hal itu, ia menyatakan dibuat berpikir ekstra mencari solusi karena terkendala tidak memiliki uang untuk membeli telepon genggam untuk aktifitas belajar anaknya di sekolah.