Berita UI
Daewoong Ingin Mengangkat Indonesia Sebagai Pusat Bioteknologi, Ini Kata Rektor UI Prof. Ari Kuncoro
UI ingin wujudkan Entrepreneurial University atau kemandirian universitas. Daewoong ingin angkat Indonesia pusat Bioteknologi, Ini Kata Rektor UI.
Penulis: dodi hasanuddin | Editor: dodi hasanuddin
Pusat Bioteknologi
Sebagai perusahaan di bidang kesehatan, Daewoong ingin mengangkat Indonesia sebagai pusat Bioteknologi dengan mengedepankan obat biologis regenerative.
Jeon Seung Ho mengatakan, Daewoong berkontribusi dalam perkembangan pelayanan kesehatan di Indonesia dengan memberikan solusi perawatan terbaik dalam bidang kedokteran regenerative berbasis teknologi biologis yang maju dan berdaya saing secara global melalui promosi layanan kesehatan digital.
“Daewoong ingin mengembangkan Indonesia sebagai pusat penelitian, pengembangan dan produksi Daewoong Group yang akan menjadi pusat biofarmasi dengan daya saing global. Untuk tujuan ini, kami mendirikan lembaga penelitian biofarmasi di Universitas Indonesia pada tahun 2018 dan berencana untuk mendirikan pusat bio-analysis pada tahun 2020,” ujar Jeon.
Pada kesempatan yang sama, Managing Partner Kejora Ventura Eri Rekso mengatakan, sSebagai investor tentunya ingin melihat dana yang diinvestasikan kepada para start up ini akan menghasilkan imbal hasil yang baik di kemudian hari.
Untuk itu diperlukan pemahaman mengenai monitoring dari investment ini. Setelah monitoring harus dipastikan juga investasi tersebut akan berlipat ganda nilainya atau value creation yang menjadi tujuan utama dari para investor.”
Ia menambahkan, para founders harus memahami pentingnya pelaksanaan atau implementasi dari tata kelola karena value creation hanya bisa dicapai apabila perusahaan berhasil mempunyai kredibilitas yang baik di mata investor.
Eri memberikan beberapa contoh bentuk dari tata kelola yang harus ditekankan.
Baca juga: UI Tak Tergoyahkan No 1 di Indonesia versi SCImago Institutions Rankings, Kedokteran Gigi ke-3 ASEAN
Pertama, harus dipastikan tidak adanya conflict of interest, sehingga keputusan bisnis apapun yang dilakukan harus berdasarkan pertimbangan komersial.
Kedua, sebagai Co-Founders harus mempunyai tanggung jawab kepada pemegang saham yang telah menanamkan dananya.
Ketiga, Protocol of Corporate Actions yaitu setiap aksi korporasi harus melewati prosedur yang benar.
Keempat, Business Process dan yang terakhir adalah Establishment of Supervisory.
Baca juga: Luhut Pandjaitan Bicara Penanganan Pandemi dan Pembentukan Karakter di UI, Ini Kunci Kepemimpinan
Sementara itu, CEO BRI Ventures Niko Widjaja memaparkan mengenai BRI Ventures dan mekanisme dalam pengembangan start up.
Ia mengatakan, BRI Ventures didirikan untuk mempercepat inovasi dengan berinvestasi pada perusahaan yang tumbuh tinggi dengan pemberdayaan ekosistem digital yang kuat dan pada akhirnya mendorong ekonomi digital di Indonesia.
Selain itu, ia menyampaikan salah satu yang menjadi pertimbangan investor adalah fundamental aspect. “Yang dilihat investor tentunya adalah founders-nya.
"Apakah dia mampu menavigasi rintangan yang ada. Hal ini adalah yang paling penting dan bahkan lebih penting dari pada business model. Karena business model yang dimiliki adalah sebuah asumsi yang perlu di validasi dengan market,” ujar Niko.