SPPSI Jakarta Ungkap Kenaikan Harga Pertamax Bikin Konsumen Beralih ke Pertalite
Secara perlahan masyarakat mulai beralih menggunakan BBM Pertalite menyusul kenaikan harga Pertamax dari Rp 9.000 per liter menjadi Rp 12.500
Dalam kesempatan itu, Anis juga mendesak Badan Pengatur Hilir (BPH) Minyak dan Gas Bumi (Migas) untuk memperketat pengawasan penyaluran BBM bersubsidi.
Pasalnya, tidak sedikit oknum masyarakat yang melakukan penimbunan di tengah tingginya harga minyak dunia.
“Kami itu, Pertamina bertugas menyediakan agar pasokan BBM itu aman. Dalam hal ini, tugas BPH Migas harus diperkuat lagi pengawasannya, sebab disparitas harga keekonomian BBM dengan BBM bersubsidi cukup jauh, rawan ada penimbunan dan lainnya,” imbuhnya.
Menurut dia, kenaikan harga BBM non subsidi RON 92 sudah sepantasnya dilakukan pemerintah karena harga minyak dunia sudah mencapai US$ 114,23 per barel.
Terlebih, ungkapnya, permintaan BBM non subsidi ini hanya sekitar 13 persen dari jumlah total konsumsi BBM Nasional.
“Pastikan BBM dan LPG Subsidi ini dipergunakan oleh masyarakat yang berhak. Karena masih ada mobil-mobil kelas menengah ke atas yang beli BBM Subsidi (Pertalite / Biosolar). Ada juga masyarakat yang beli pake dirijen untuk mereka jual kembali di pengecer dengan harga lebih tinggi,” katanya. (faf)