Wawancara Eksklusif
Sebelum Covid-19 Mewabah, FKUI Temukan Penyakit Aneh
Untuk kasus Covid-19 pertama kali diidap oleh warga Kota Depok, Ari mengatakan sebelumnya pihaknya telah ‘mencium’ adanya penyakit aneh.
Penulis: Vini Rizki Amelia | Editor: murtopo
Data tersebut didapat FKUI dari jaringan-jaringan yang dimilikinya di beberapa rumah sakit. Juga adanya dokter alumni FKUI yang bekerja di beberapa rumah sakit, yang menemukan hal-hal atau gejala-gejala umum terhadap suatu penyakit.
“Artinya pasien datang dengan demam, batuk, sesak, tahu-tahu paru-parunya putih, itu kita sudah menemukan juga sebelum kasus Depok itu (ditemukan). Artinya, untuk kepastian itu kan harus dites dengan PCR, saat itu PCR masih dilakukan di Litbangkes tapi memang hasil PCR saat itu menyatakan negatif,” katanya.
Baca juga: FKUI Sebut Panik Omicron Bikin Imun Turun, Ini Tips Hindari Rasa Panik agar Terhindari dari Kematian
“Jadi, tidak mendukung karena untuk memastikan orang ini terinfeksi dengan PCR tapi akhirnya ada juga yang di Depok, ternyata PCRnya ketemu tapi sebelumnya kita lihat juga ada kasus-kasus aneh dan mencurigakan cuma memang pada saat itu hasil PCRnya negatif,” akunya.
Akan tetapi, meski gejala sudah ditemukan sebelum adanya kasus di Kota Depok, Ari menegaskan bahwa untuk melakukan diagnosis Covid-19 dan memastikan gejala tersebut adalah Covid-19 atau bukan, harus dilakukan sampel dengan Swab PCR.
Maka dari itu, ketika Virus Corona ditemukan di Wuhan pada Desember 2019 dan ditemukannya penyakit aneh tersebut, Ari mengaku pihaknya pada awal Januari 2020 telah melakukan simposium alias woro-woro kepada pemerintah untuk mengingatkan kemungkinan virus tersebut masuk ke tanah air.
Baca juga: 2 Dosen FKUI, Prof. Rinawati Rohsiswatmo dan dr. Robert Sinto Raih Penghargaan ASN Inspiratif 2021
Padahal ketika itu, tutur Ari, masyarakat bahkan beberapa pejabat ada yang berpendapat bahwa Virus Corona tak akan masuk ke Indonesia karena beriklim tropis sehingga dianggap virus Corona tak dapat hidup atau berkembang.
Simposium itu pun dilakukan oleh sejumlah pakar yang dimiliki FKUI, untuk memberikan peringatakan kepada pemerintah perihal ledakan virus Corona di Wuhan.
“Bahkan tim bio informatika kita melakukan penelitian untuk melihat apa sih yang cocok untuk pencegahannya, sampai dulu muncul jambu biji untuk mencegah tetapi memang riset selanjutnya tidak seefektif yang kita harapkan di awal tapi secara bio informatika kalau kita cocok-cocokan itu, virus dengan jambu biji efektif,” ujarnya.
Kemudian, kata dia, tim dari kimia kedokteran dan juga farmasi FKUI membuat hand sanitizer. Pihaknya juga berdiskusi kepada pemerintah mengenai apa yang bisa dilakukan FKUI untuk membantu.
Salah satunya FKUI membantu dengan laboratorium mikrobiologi klinik, Swab PCR pun dikatakan Ari merupakan kegiatan yang rutin dilakukan FKUI.
Hanya saja ketika itu virus yang diteliti untuk Swab PCR merupakan virus influensa.
Itu sebabnya, FKUI memutuskan untuk membantu pemerintah melakukan Swab PCR untuk kepastian penyakit tersebut.
“Jadi saya sudah sampaikan juga kami sudah siap nih, kami punya PCR nya, SDMnya. Makanya akhir Maret (2020) kami dilibatkan pemerintah. Sampai saat ini kami juga masih membantu khususnya Pemerintah Daerah DKI (Jakarta) untuk mengerjakan PCR secara gratis, memang ada juga yang berbayar,” paparnya.