Wawancara Eksklusif

FKUI Konsisten Kembangkan Vaksin Merah Putih

Berbicara soal vaksin, Prof. Ari memaparkan bahwa saat ini FKUI masih terus melakukan pengembangan vaksin Merah Putih.

Penulis: Vini Rizki Amelia | Editor: murtopo

Laporan Wartawan TribunnewsDepok.com, Vini Rizki Amelia

TRIBUNNEWSDEPOK.COM, SALEMBA - Kebijakan pemerintah dalam mengendalikan penyebaran Covid-19 di Indonesia tidak lepas dari peran akademisi. Salah satunya adalah Universitas Indonesia.

Termasuk diantaranya Fakuktas Kedokteran (FK) UI mengusulkan kepada pemerintah untuk melakukan pengetatan aktivitas masyarakat guna mencegah meluasnya penularan Covid-19.

“Para guru besar kami memberikan surat kepada pemerintah bahwa harus ada pengetatan karena masyarakat dalam tanda petik masih bebas lah, maka akhirnya keluar lah (kebijakan) PSBB. Sebenarnya PPKM yang kedua pun desakan kami juga,” kata Dekan FKUI Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam dalam Podcast Yellow Jacket bersama TribunnewsDepok.com beberapa waktu lalu.

Termasuk diantaranya mengenai pelaksanaan vaksinasi Covid-19, untuk pemberian vaksinasi Covid-19 bagi lanjut usia (Lansia), dikatakan Prof. Ari merupakan hasil dorongan para FKUI, yang menjadikan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) sebagai lokasi kick off vaksinasi Covid-19 bagi lansia.

Baca juga: Sebelum Covid-19 Mewabah, FKUI Temukan Penyakit Aneh

“(Vaksin) Booster juga kami yang pertama mengusulkan. Jadi, pada episode-episode penting (Covid-19) di Indonesia, kami yang pertama,” paparnya. 

Pada saat gelombang kedua muncul pada Juni-Juli 2021, banyak dokter-dokter alumni FKUI yang meninggal akibat terinfeksi Covid-19. Tak tanggung-tanggung, dari total 120-130 alumni yang meninggal akibat Covid-19, 30 persen di antaranya meninggal pada periode Juni-Juli. 

Dalam menjaga ketahanan kesehatan di Indonesia, Prof. Ari mengaku pihaknya terus melakukan pengembangan-pengembangan dalam membantu pemerintah utamanya masyarakat.

Terlebih saat ini Universitas Indonesia berubah menjadi Universitas Enterprenuer yakni memikirkan produk-produk yang memang bisa di hilirisasi atau dirasakan oleh masyarakat.

Baca juga: Ungguli 38 Universitas dari 14 Negara, Mahasiswa FKUI Juara Physiology Quiz Jepang 2022

Ke depannya, FKUI akan bekerjasama melakukan pengembangan melalui triple helix yakni akademisi, pemerintah dan industri.

“Nah, kami terlibat dengan uji-uji klinik misalnya pengembangan vaksin dengan Bio Farma, MRNA vaksin. Jadi memang vaksin dari situ (negara asal) tapi dikembangkan di sini (Indonesia) dan kami terlibat untuk uji-uji klinik tersebut,”paparnya.

“Kami juga konsisten untuk pengembangan vaksin Merah Putih tapi memang ada kendala-kendala yang harusnya bisa diatasi. Kemudian juga kami ada pengembangan herbal kerjasama dengan industri jamu dalam negeri,” katanya.

Ada juga, kata Prof. Ari, Kerjasama yang dijalin FKUI dengan Kementerian Pertanian untuk melakukan riset terhadap minyak kayu putih.

Baca juga: Mahasiswa FKUI Juara AMSA Internasional, Ini Penjelasan Dekan Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam

Hal ini dijelaskan Prof. Ari membuktikan konsistensi FKUI dalam membantu pemerintah, seperti mengantisipasi adanya varian-varian baru atau tidak dari Omicron.

Di sisi lain dalam membantu pemerintah, FKUI juga turut berpikir untuk menghasilkan produk-produk inovatif.

Belum lagi produk-produk aplikasi massal, termasuk diantaranya mengenai Corona yang dikembangkan oleh mahasiswa.

“Kami juga mengembangkan untuk isolasi mandiri,” ujarnya. 

Berbicara soal vaksin, Prof. Ari memaparkan bahwa saat ini FKUI masih terus melakukan pengembangan vaksin Merah Putih.

Baca juga: Riset Pertama di Indonesia, FKUI Ungkap Faktor Prognostik Bikin Kematian Covid Indonesia Ke-3 Dunia

Hanya saja, pihaknya masih terkendala dengan kapasitas yang dimiliki FKUI khususnya mengenai laboratorium yang akan digunakan dalam produksi massal vaksin Merah Putih. Sebab, laboratorium yang dimiliki FKUI selama ini masih standar.

Sejauh ini, penggunaan dan juga pengetesan vaksin tersebut terhadap binatang sudah bisa digunakan.

“Tetapi ketika ini mau ke pabrikan, kami perlu sarana yang lebih besar lagi. Artinya, lab yang lebih besar lagi, ini kita dari awal tidak memersiapkan untuk itu (produksi massal), karena setting lab kami untuk riset,” katanya.

“Sedangkan bicara vaksin Merah Putih bicara lab, yang dibutuhkan untuk produksi massal perlu kerjasama yang baik dengan industri untuk mengembangkan,” tambahnya.

Selama ini, vaksin yang dipakai di Indonesia tidaklah datang dan langsung bisa digunakan atau disuntikan kepada masyarakat, tetapi harus lebih dulu diproduksi sebelum akhirnya disuntikan.

Baca juga: Program CAPITA FKUI Berupaya Hilangkan Stigma dan Diskriminasi Pasien TB

“Tetapi memang rumusnya memang dari dia (negara asal vaksin) tapi pengerjaannya akan dikembangkan di sini termasuk vaksin MRNA. Jadi, itulah ke depan pemerintah harus mendukung riset-riset seperti ini, harus mendukung dan juga harus di attach dengan industri,” imbuhnya.

Bila nantinya hal ini bisa diterapkan di Indonesia, Prof. Ari berharap ke depannya jika pun terjadi pandemi baru lagi, Indonesia tidak akan memerlukan waktu lama dalam menyediakan vaksin sendiri.

Oleh karenanya, diperlukan adanya kerjasama yang harus didukung oleh industri. Sebab, kata Prof. Ari, saat ini kapasitas laboratorium di universitas hanya untuk riset dan membuat prototipe.

“Selanjutnya, pengembangannya ada di industri karena industri yang punya kapasitas untuk menggandakan, pengembangan pabriknya tetap ada di industri,” cetusnya.

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved