Berita Depok
Jatuh Cinta dengan Barang Bekas Sejak Kecil, Nurcholis Agi Sukses Bangun Mal dan Wisata Rongsok
Nurcholis Agi: Jurangan Barang Bekas di Kota Depok, Dirikan Mal dan Wisata Rongsok. Berikut Kisahnya
Penulis: Alex Suban | Editor: Dwi Rizki
TRIBUNNEWSDEPOK.COM, DEPOK - Nurcholis Agi, pria kelahiran Banyuwangi, Jawa Timur, ini bisa dibilang sebagai juragan barang bekas di Kota Depok.
Pasalnya, Agi memiliki dua lapak barang bekas di Kota Depok.
Pertama yakni Mal Rongsok yang terletak di Jalan Bungur Raya, Kukusan, Beji.
Lokasi kedua juga terletak di Kecamatan Beji, tepatnya di Jalan Kukusan Raya No 139.
Tempat yang disebutkan terakhir diberi nama Wisata Rongsok.
Adapun Mall Rongsok merupakan bangunan tiga lantai yang menyimpan beragam barang bekas dan lawas Mulai dari barang elektronik, buku, perlengkapan rumah, patung hingga piringan hitam ada di sini. Tentu, dengan kondisi barang bekas.
Mal Rongsok didirikan oleh Nurcholis Agi sejak tahun 2007 silam.
Namun, nama 'Mal Rongsok' baru disematkan pada tahun 2010.
Sementara Wisata Rongsok merupakan tempat yang difungsikan untuk mengolah barang yang tak kunjung laku di Mal Rongsok.
Barang yang didatangkan dari Mal Rongsok seperti kulkas bekas, televisi, DVD Player, mesin fotokopi dan alat elektronik bekas lainnya akan dikirim ke Wisata Rongsok untuk dicacah dan dipisahkan dari bagian-bagian penting seperti tembaga, besi dan alumunium.
"Barang yang sudah tidak bisa laku di Mal Rongsok saya pilah dan dikirim ke Wisata Rongsok. Di sana digeprek, jeroannya seperti tembaga, besi, alumunium itu dijual ketengan," kata Agi saat ditemui di Mal Rongsok pada Sabtu (19/2/2022), siang.
Baca juga: Mengenal Mal Rongsok: Toserba Bekas di Kota Depok yang Berdiri Sejak 2007 Silam
Baca juga: Tak Menyeluruh Keruk Kali Mampang, Anies Dinilai Pilih Kasih hingga Akhirnya Digugat Warga
Pria yang lahir 55 tahun silam ini menambahkan, Mal Rongsok lahir lebih dulu ketimbang Wisata Rongsok.
Awalnya, Wisata Rongsok dibangun di Kabupaten Bogor.
Namun, hal itu hanya bertahan empat tahun karena lokasi yang tidak kondusif.
"Wisata Rongsok ini juga mimpi saya. Bagaimana bikin wisata rongsok di Bogor trus gak kondusif cuma empat tahun, padahal barang-barang tak simpan di sana yang buat wisata," kenang Agi.
Selang beberapa tahun, Agi mendapat tawaran untuk mendirikan Wisata Rongsok di Jalan Kukusan Raya No 139.
Awal Mula Suka Barang Bekas
Kecintaannya akan barang bekas bermula saat Agi berusia 11 tahun.
Saat itu, pada tahun 1977, dirinya mulai mencari barang bekas di sebuah tempat pembuangan sampah di daerah Kukusan, Beji.
"Ada sampah dari Jakarta dateng dan dipakai untuk pupuk kebun. Nah itu saya cari kadang-kadang dapat besi, tembaga, kabel, alumunium. Saya kumpulkan lalu saya kilo untuk beli roti," kenang Agi.
Saat usia baru menginjak 11 tahun, barang bekas bukan barang baru bagi Agi.
Pasalnya, ayahnya pernah menjadi pengepul dan membuka lapak besi tua di daerah Banyuwangi, Jawa Timur di tahun 1976.
Agi bersama kedua orangtuanya pindah ke Kota Depok saat usianya baru menginjak delapan tahun.
"Saya sejak kecil bersama orang tua memang pengepul barang bekas di Banyuwangi. Tahun 1976 ayah saya buka lapak besi tua tapi gak berhasil," paparnya.
Selain menjadi tempat buangan dari Mal Rongsok, Wisata rongsok juga menjadi tempat jual-beli tanaman bekas.
Sesuai namanya, Wisata Rongsok juga menyediakan fasilitas wisata dan cafe bagi para pengunjung.
Di sana, pengunjung dapat menikmati makanan dan minuman dengan suasana cafe barang bekas.
"Di sana (Wisata Rongsok) komplit. Ada jual beli tanaman, ada cafe dan tempat makan serta bermain musik," ujar Agi.
Sebelum menjadi juragan barang bekas, Agi pernah menjajaki sejumlah peruntungan seperti membuka jasa bengkel motor, jasa servis komputer, jasa bengkel mobil, renovasi rumah, dan studi musik.
"Saya usaha bengkel motor tahun 1993, trus buka bengkel mobil, bengkel handphone, kemudian buka renovasi rumah lalu studio musik, trus usaha pengobatan. Itu berurutan dari tahun 1993,1994, 1995, dan 1996," jelasnya.
Dari sejumlah usaha yang disebutkan di atas.
Ada beberapa yang masih aktif hingga saat ini. Salah duanya yakni jasa bengkel motor dan jual-beli barang rongsok.
Asal muasal barang bekas
Agi mengatakan, saat ini pasokan barang bekas miliknya berasal dari instansi pemerintah, rumah sakit, sekolah, kantor, dan rumah tangga yang pindah rumah.
Dari beragam barang yang tersedia, Agi memberi harga dari Rp 1.000 hingga Rp 15 juta.
Adapun barang seharga Rp 15 juta yang dimaksud Agi yakni satu set ban Range Rover dan genset.
Di lantai 1, para pengunjung akan melihat koleksi barang bekas yang bisa dibawa sendiri. Mayoritas berupa barang-barang kecil seperti buku, piringan hitam, playstation, kamera hingga mesin tik dan printer jadul.
"Kalau barang antik sudah saya jual semua. Ada sebagian di rumah tapi gak dijual buat koleksi," ucapnya.
Kemudian di lantai 2, tersedia barang-barang seperti kursi, meja kayu, maneken, rak hingga kulkas. Sementara di lantai 3, terjejer sejumlah sofa, koper, dan alat-alat musik seperti gitar, drum dan keyboard.
"Sekalian di lantai 3 ada live musik 3 kali dalam seminggu untuk para seniman dan warga umum. Sudah saya sudah siapkan cemilan dan makanan, semua free," paparnya.
Perihal penentuan harga barang, para pembeli menyepakatinya dengan sistem tawar menawar.
"Kalau jualan barang bekas itu harganya gelap. Kalau kita gak punya duit, kita jual semurah-murahnya. Tapi kalau ada duit kita tahan aja. Gitu," kata Agi, dengan tawa.
Dalam sehari, ujar Agis, Mal Rongsok bisa memperoleh omset sebesar Rp 3 juta per hari.
Keuntungan itu diperoleh tergantung dari nilai barang yang dijual.
"Misal harga barang Rp 1 juta, kami ambil untung 20 persen dari harga beli Gitu aja sih. Kalau barang ini nilainya tinggi bisa jual 30 persen dari harga beli," pungkasnya.