Universitas Indonesia

Mampu Hasilkan Listrik Hingga 234 KWh, Begini Cara Kerja PLTSa Hasil Inovasi Universitas Indonesia

Mampu Hasilkan Listrik Hingga 234 KWh, Begini Cara Kerja PLTSa Hasil Inovasi Universitas Indonesia. Berikut Selengkapnya

Penulis: Alex Suban | Editor: Dwi Rizki
Warta Kota
Direktur Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat Universitas Indonesia (UI), Agung Waluyo menunjukkan mesin PLTSa di Laboratorium Parangtopo UI, Depok pada Senin (03/1/2022). 

TRIBUNNEWSDEPOK.COM, DEPOK - Universitas Indonesia (UI) telah meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) pada 1 Desember 2021 lalu.

PLTSa tersebut berada di Laboratorium Parangtopo Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA).

Adapun perangkat PLTSa tersebut terdiri dari mesin pencacah sampah, delapan unit biodegester, empat buah kolam penampung, dua tabung penampungan gas, satu unit generator yang mengubah gas menjadi listrik, dan sejumlah aki sebagai tempat penyimpanan energi listrik.

Diperkirakan, PLTSa ini mampu menghasilkan listrik sebesar 234 KWh.

Menurut Direktur Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat UI, Agung Waluyo bahan dasar yang digunakan untuk menghasilkan gas adalah sampah rumah tangga, sampah daun dan ranting, serta kotoran sapi.

Sebelum dimasukkan di biodegester, sampah berupa daun dan ranting akan dicacah terlebih dahulu menjadi serbuk kayu.

"Tiap jenis sampah takarannya sepertiga. Setelah semua sudah dicacah dalam bentuk halus, maka dia akan dicampur dengan air dan dimasukkan dalam tabung biodegester," jelas Agung di Laboratorium Parangtopo UI pada Senin (3/1/2022).

"Dalam tabung biodegester itulah komposisi kekentalan dari sampah yang sudah dicampur tadi sehingga dia terus menerus terjaga sehingga tidak mengeras dan tidak mengendap," paparnya.

Baca juga: Kembangkan Sumber Listrik di Luar PLN, Ini Cara Kerja PLTSa Milik UI

Baca juga: VIDEO UI dan PT Paiton Energy Siap Bantu Komunitas Maupun Warga Permukiman yang Ingin Dirikan PLTSa

Selanjutnya, untuk meningkatkan kualitas gas, sampah-sampah itu diberikan semacam enzim yang dikembangkan oleh Tim Peneliti departemen Biologi FMIPA.

Setelah terjadi proses pembusukan yang dibantu dengan pencampuran enzim bakteri, maka gas yang dihasilkan akan langsung dialirkan ke tempat penampungan gas.

Setelahnya, gas akan dialirkan ke generator untuk diubah menjadi listrik yang untuk selanjutnya disimpan di dalam aki.

Daya listrik yang tersimpan di dalam aki akan digunakan untuk menghidupkan generator pengubah gas ke listrik.

"Sebenarnya generator itu menggunakan solar, tetapi dengan adanya produksi gas, maka penggunaan solarnya itu dikurangi dan kerja dari generatornya itu menjadi lebih bagus karena memang menggunakan energi yang lebih ramah lingkungan," ungkap Agung.

"Ini membuat penggunaan bahan bakar fosilnya menjadi lebih sedikit karena dicampur dengan gas metan tadi," sambungnya.

Baca juga: Jadi Alternatif Energi, UI dan PT Paiton Energy Minta Warga Ajukan Permohonan PLTSa

Baca juga: Produksi Listrik dari PLTSa UI Diklaim Mampu Jadi Penerangan Pos Kamling dan Posyandu Warga

Agung mengatakan, daya listrik yang dihasilkan juga digunakan untuk mengisi kebutuhan listrik di Laboratorium Parangtopo.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved