Menparekraf Ingin Bangun Kereta Gantung Menuju PBB Setu Babakan untuk Tarik Minat Wisatawan
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, mengapresiasi perkembangan Desa Wisata PBB Setu Babakan.
Laporan Wartawan Wartakotalive.com, Ramadhan L Q
TRIBUNNEWSDEPOK.COM, JAGAKARSA - Eksistensi Perkampungan Budaya Betawi (PBB) Setu Babakan masih tetap bertahan hingga saat ini.
Terbaru, perkampungan yang berada di Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan tersebut masuk 50 besar Desa Wisata Terbaik.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, mengapresiasi perkembangan Desa Wisata PBB Setu Babakan.
“Ini berdampak kepada masyarakat secara langsung, karena destinasi wisata dan sentra ekonomi kreatif ini membuka lapangan kerja seluas-luasnya,” ujarnya, Jumat (3/9/2021).
Baca juga: Mohammad Idris Sebut Mutasi dan Pergeseran Jabatan di Pemkot Depok Akan Terjadi dalam Waktu Dekat
Baca juga: Percepat Herd Immunity, 1.000 Warga Perumahan Pura Tajurhalang Antusias Ikut Vaksinasi Massal
Baca juga: Gebyar Vaksinasi di Kecamatan Bojongsari, 62 Warga Gagal Divaksin Covid-19, Ini Penyebabnya
“Kita lihat tadi, seputar daerah Setu Babakan ini ekonominya hidup, dan ada beberapa ide menarik yang bisa kita kolaborasikan,” lanjut Sandiaga yang mengenakan masker ganda itu.
Ia mengatakan pihaknya mengusulkan pembangunan kereta gantung atau cable car menuju PBB Setu Babakan.
Hal tersebut, lanjut Sandiaga, akan menarik minat wisatawan berkunjung ke perkampungan yang didirikan pada 2000 itu.
“Misalnya cable car (kereta gantung), jadi akan sangat menarik untuk masyarakat Jakarta lebih menghargai (budaya Betawi),” katanya.
Baca juga: Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan Masuk 50 Desa Wisata Terbaik
Sandiaga menyebut, total pengelolaan kawasan Perkampungan Budaya Betawi (PBB) Setu Babakan sekira 100 hektar lebih.
Dengan adanya transportasi itu, ia berharap dapat menggerakkan ekonomi serta membuka lapangan pekerjaan.
“Total dari pengelolaan kawasan ini 100 hektar lebih, jadi ini satu kawasan bisa menggerakan ekonomi dan membuka lapngan kerja,” ujarnya.
50 besar Desa Wisata Terbaik di Indonesia
Perkampungan Budaya Betawi (PBB) Setu Babakan masuk 50 besar Desa Wisata Terbaik di Indonesia pada 2021.
Perkampungan tersebut menjadi satu-satunya perwakilan dari Jakarta Selatan yang terpilih oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).
Plt Wali Kota Jakarta Selatan, Isnawa Adji mengapresiasi sekaligus mengucapkan terima kasih karena PBB Setu Babakan masuk dalam 50 besar Desa Wisata Terbaik.
“Ini, kan, jadi ikon budaya Betawi, di mana di DKI Jakarta cuma ada satu, di sini saja,” ujar Isnawa saat hadir di PBB Setu Babakan, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Jumat (3/9/2021).
Baca juga: Prakiraan Cuaca Depok Hari Ini Sabtu 4 September, BMKG: Cuaca Cerah Berawan, Siang Suhu Udara Panas
“Harapan kita ke depan semakin dikembangkan. Misalnya pak menteri (Sandiaga Uno) tadi menyinggung misal ke depan ada cable car, lalu menambah lagi zona wisata di sini,” tambahnya.
Diketahui, Menparekraf Sandiaga Uno mengusulkan pembangunan kereta gantung atau cable car menuju PBB Setu Babakan.
Hal tersebut, lanjut Sandiaga, akan menarik minat wisatawan berkunjung ke perkampungan yang didirikan pada 2000 itu.
Lebih lanjut, Isnawa mendukung ide Mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta tersebut untuk membangun kereta gantung.
Baca juga: Menhub Budi Ingin PT KCI Bantu Percepatan Program Vaksinasi Melalui Stasiun-Stasiun di Jabodetabek
“Bahkan Kepala Dinas Kebudayaan menarik juga tadi misalnya, menawarkan ada kegiatan urban farming yang bisa dikembangkan di lahan-lahan yang belum dikerjakan,” kata Isnawa.
“Artinya kita kerjasamakan program-program di kementerian dengan program-program yang ada di Setu Babakan, sehingga bisa dimanfaatkan warga Jakarta dan warga Indonesia untuk lebih tahu budaya Betawi,” lanjutnya.
Setu Rawa Besar dan Setu Cilodong
Sementara itu di Depok, jauh sebelumnya di tahun 2019 Wali Kota Depok Mohammad Idris Abdul Shomad mengusulkan Setu Rawa Besar dan Setu Cilodong diusulkan menjadi lokasi wisata seperti Setu Babakan di Jakarta Selatan.
Kota Depok memiliki beberapa danau atau setu yang selama ini berperan sebagai daerah resapan untuk mencegah banjir.
Sayangnya, dari sekian setu, tidak ada satu pun yang dioptimalkan menjadi lokasi wisata.
Setu Rawa Besar di Kecamatan Pancoran Mas, misalnya, punya banyak potensi untuk jadi tempat wisata mirip Setu Babakan di Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Baca juga: Ganjil Genap di Puncak Mulai Berlaku Sore ini, Polisi Lakukan Penyekatan di Belanova Sentul City
Air danau Setu Rawa Besar cenderung bersih, tempatnya sejuk karena dikelilingi banyak pepohonan.
Hanya saja, jarak antara bibir danau dengan pemukiman amat dekat, rata-rata lima meter. Ini membuat wisatawan sukar menikmati suasana danau karena jarak setu dengan rumah warga sangat dekat.
Setu Rawa Besar merupakan satu dari dua danau yang diusulkan Wali Kota Depok Mohammad Idris Abdul Shomad, menjadi kawasan wisata. Satu lagi adalah Setu Cilodong di Kecamatan Cilodong.
Namun, Idris mengatakan, mereka tak bisa sembarangan mengelola daerah resapan menjadi tempat wisata, karena yang berwenang adalah pemerintah pusat.
Mereka hanya dapat mengelola dengan seizin pemerintah pusat. Tahun 2018 yang lewat, Kementerian PUPR mengeluarkan surat keputusan (SK) kewenangan pengelolaan setu kepada provinsi Jaw Barat.
Baca juga: Disdik Kota Depok Terus Mantapkan Sejumlah Persiapan Jelang PTM Oktober Mendatang
"Kalau pengelolaannya boleh diserahkan ke provinsi atau ke daerah. Makanya kemaren Pak Gubernur (Jabar, Ridwan Kamil) menantang saya, ada enggak setu yang diusulkan sebagai tempat wisata. Yang kita ajukan dua kemarin, yaitu Setu Rawa Besar dan Setu Cilodong, relatif (mudah) walaupun sulit juga nih," kata Idris di Balai Kota Depok, belum lama ini.
Dikatakan Idris, kesulitannya cuma satu, yaitu tempat tinggal yang melanggar garis sempadan setu karena sudah puluhan tahun berdiri. Masalahnya, warga rata-rata punya sertifikat dalam pendirian rumah itu.
"Sebenarnya kalau dikejar sih bisa, ini sertifikat dari mana, kok bisa. Setu Cilodong misalnya berkurangnya sampai 7 hektar," ungkap Idris.
"Yang jadi masalah sekarang GSS. Rata-rata lima meter dari bibir setu. Padahal aturannya 50 meter. Kalau ini ditertibkan, resistensinya sangat tinggi, harus ada uang biaya kerohiman. Biaya kerohiman tidak boleh dari APBD, harus dari swasta. Ini jadi masalah. Sehingga kita ajukan dua alternatif perencanaan, yaitu penertiban dan pemanfaatan lahan existing atau yang tersedia," katanya.
Idris menyampaikan, sebenarnya pihaknya telah beberapa kali melakukan penertiban bangunan liar di bibir setu, namun bangunan liar terus saja muncul.
Untuk itu, dia memiliki dua alternatif rencana yang akan dilakukan untuk memenuhi permintaan Kang Emil akan adanya danau wisata.
Rencana pertama adalah penertiban bangunan, dan rencana kedua pemanfaatan lahan yang ada.
"Yang paling ringan memang melakukan penataan existing, kita rapikan gerbangnya dengan view danau, kita tempatkan UMKM. Mudah-mudahan disetujui oleh Pak Gubernur," jelasnya.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/depok/foto/bank/originals/Menteri-Pariwisata-dan-Ekonomi-Kreatif-Sandiaga-Uno-saat-hadir-di-Perkampungan-Budaya-Betawi.jpg)