Lingkungan Hidup

Viral Macan Tutul Masuk ke Hotel di Bandung, Ini Kata Pakar Ekologi Satwaliar IPB University

Peristiwa masuknya macan tutul ke lingkungan salah satu hotel di Bandung baru-baru ini menarik perhatian publik.

Penulis: Hironimus Rama | Editor: Hironimus Rama
Istimewa
MACAN MASUK HOTEL - Macan tutul terpantau masuk ke lingkungan salah satu hotel di kawasan Bandung pada Senin (6/10/2025). Satwa liar ini diduga berasal dari Lembang Zoo yang sempat lepas sebulan lalu. 

TRIBUNNEWSDEPOK.COM, BOGOR - Warga Kota Bandung dikejutkan dengan peristiwa masuknya macan tutul ke lingkungan salah satu hotel di kawasan ini pada Senin (6/10/2025). Peristiwa ini menarik perhatian publik setelah viral di media sosial.

Satwa liar yang masuk ke hotel tersebut diduga merupakan macan tutul yang lepas dari Lembang Zoo sekitar sebulan lalu.

Penjaga hotel mendapati sang macan turun dari tangga. Macan ini sempat mondar-mandir di dalam hotel yang sedang tutup tersebut.

Baca juga: Kamera Trap Rekam 19 Macan Tutul Jawa-Kumbang Melintas di Gunung Sanggabuana Karawang

Petugas hotel kemudian menyelamatkan diri dengan cara keluar dari hotel dan menghubungi petugas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Bandung.

Setelah petugas datang ke lokasi, macan kembali naik ke lantai dua hotel. Setelah tiga jam proses evakuasi, akhirnya macan berhasil ditangkap.

Terkait hal itu, Pakar Ekologi Satwaliar IPB University yang juga dosen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Dr Abdul Haris Mustari, mengatakan kejadian ini menunjukkan bahwa predator tersebut masih mampu bertahan hidup di alam selama beberapa minggu setelah lepas dari kandangnya.

“Peristiwa ini menegaskan perlunya kehati-hatian pengelola kebun binatang atau taman margasatwa. Kandang harus benar-benar representatif, dengan bahan yang kuat dan menciptakan rasa nyaman bagi satwa di dalamnya,” jelas Dr Mustari dalam keterangan tertulis pada Rabu (8/10/2025).

Menurutnya, macan tutul merupakan satwa liar yang habitat alaminya berada di kawasan hutan. Macan tutul jawa memiliki dua tipe morfologis, yaitu macan tutul dan macan kumbang. Meski demikian, keduanya masih termasuk dalam satu spesies yang sama, yakni Panthera pardus melas.

"Di alam, hewan ini memangsa berbagai satwa seperti babi hutan, kancil, muncak, anak banteng, hingga primata seperti monyet ekor panjang, lutung, surili, dan kukang jawa. Selain itu, macan tutul juga berburu burung seperti ayam hutan dan merak, serta reptil seperti biawak," je;as Dr Mustari.

Sebagai top predator di Pulau Jawa setelah punahnya harimau jawa, macan tutul dikenal sangat ahli memanjat pohon dan sering beristirahat di dahan pohon besar.

“Dari karakter tersebut, jelas bahwa macan tutul adalah satwa yang tidak cocok hidup dalam kandang, apalagi jika kandang itu tidak memenuhi syarat kesejahteraan satwa,” ujar Dr Mustari.

Ia menjelaskan, ada lima indikator utama kesejahteraan satwa dalam penangkaran, yaitu bebas dari rasa lapar dan haus, bebas dari ketidaknyamanan lingkungan fisik, bebas dari rasa sakit dan penyakit, bebas dari rasa takut dan tekanan, serta bebas mengekspresikan perilaku alaminya.

“Meskipun satwa diberi makan setiap hari, kebutuhan mereka untuk mengekspresikan perilaku alami seperti berburu dan berinteraksi sosial tidak bisa digantikan,” tambahnya.

Kondisi tertekan di dalam kandang sering menjadi alasan satwa berusaha keluar, termasuk macan tutul yang akhirnya muncul di area hotel tersebut.

Dr Mustari juga menegaskan bahwa satwa yang sudah lama dikandangkan dan terbiasa diberi makan oleh manusia akan memiliki ketergantungan pada suplai makanan tersebut.

Sumber: Tribun depok
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved