Pengmas UI Rumpun Kesehatan

FKUI Kolaborasi dengan Dinkes DKI Jakarta Edukasi Kader Puskesmas Soal Perawatan Pasien Paliatif

Editor: dodi hasanuddin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

FKUI Kolaborasi dengan Dinkes DKI Jakarta Edukasi Kader Puskesmas Soal Perawatan Pasien Paliatif

TRIBUNNEWSDEPOK.COM, JAKARTA - Dalam upaya mengatasi tantangan keterbatasan tenaga medis dan kebutuhan masyarakat terhadap layanan rehabilitasi medik, Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia (UI) melalui Program Studi Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi (IKFR) melakukan kolaborasi dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi DKI Jakarta.

Kerja sama ini dilaksanakan guna memperkuat kolaborasi Rehabilitasi Bersumber Daya Masyarakat (RBM) bagi pasien dengan kondisi paliatif.

Ketua Program Studi IKFR FKUI sekaligus Ketua Tim Pengabdian Masyarakat (Pengmas) FKUI Prof.
Dr. dr. Widjajalaksmi Kusumaningsih, Sp.K.F.R., N.M. (K), M.Sc menjelaskan, perawatan paliatif adalah perawatan pada seorang pasien dan keluarganya yang memiliki penyakit yang tidak dapat disembuhkan.

Baca juga: UI Buka Lowongan Jadi Dekan dan Direktur Sekolah 2025-2030, Ini Persyaratannya

Sehingga, perlu untuk memaksimalkan kualitas hidup pasien serta mengurangi gejala yang mengganggu.

Seperti melalui pengurangan nyeri dengan memperhatikan aspek psikologis dan spiritual pasien maupun keluarga. 

Lebih lanjut ia mengatakan, pelayanan RBM di Puskesmas bertujuan menjangkau pasien yang
memerlukan manajemen rehabilitasi.

Tetapi menghadapi kendala untuk bertemu dokter spesialis, dikarenakan keterbatasan tenaga dan distribusi dokter spesialis.

"Bertepatan dengan ini, tim pengabdian masyarakat FKUI saat ini juga melibatkan para Dokter Residen IKFR FKUI,” kata Prof. Widjajalaksmi.

Baca juga: Guru Besar FISP UI Beberkan Tantangan Pemanfaatan Teknologi Nanopartikel dalam Kehidupan Sosial

Adapun, program RBM menyediakan pelatihan mengenai dekondisi, mobilisasi, latihan peregangan,
dan perawatan nutrisi.

Pelatihan ini ditujukan untuk petugas kesehatan dan kader dengan menggunakan alat evaluasi, seperti Indeks Barthel dan EQ5D.

Selama dua tahun terakhir, program ini telah bekerja sama dengan berbagai Puskesmas di wilayah Jakarta.

Pada tahun ini, RBM menjangkau 10 Puskesmas di Jakarta Timur dengan melibatkan total 185 peserta yang terdiri dari tenaga kesehatan, kader, pelaku rawat, dan sudah melayani total 51 pasien paliatif yang dilaksanakan sejak Maret hingga Desember 2024.

Program ini bertujuan meningkatkan kualitas hidup penyandang disabilitas di Jakarta melalui kegiatan berkelanjutan.

Baca juga: UI dan Alibaba Cloud Dirikan Skill Center Pertama di Indonesia, Perkuat Inovasi Teknologi Digital

Pendekatan berbasis hasil ini diharapkan menyelesaikan tantangan penanganan disabilitas baik lokal, nasional, maupun global.

"Misi utama adalah menciptakan lingkungan yang inklusif dan ramah bagi semua individu tanpa diskriminasi,” ujar Prof. Widjajalaksmi.

Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur dr. Herwin Meifendy, MPH.,
mengungkapkan alasan pentingnya kegiatan ini untuk masyarakat.

”Pasien paliatif tersebar di berbagai Kecamatan yang ada di wilayah Jakarta Timur, sehingga dengan adanya program ini diharapkan mampu mendorong kemandirian pasien dan pelaku rawat. RBM mengemban peran untuk fokus pada edukasi perawatan jangka panjang pada pasien paliatif," tuturnya.

Ia menambahkan bahwa rehabilitasi paliatif merupakan upaya rehabilitasi yang dilakukan pada tahap akhir suatu penyakit, yang jika tidak ditangani pada akhirnya pasien paliatif akan mengalami penurunan kualitas hidup di akhir sisa perjalan hidupnya.

Program yang diusung adalah memfokuskan pada pemberian support dan kenyamanan untuk memaksimalkan kemandirian, melalui pelatihan yang diberikan pada kader puskesmas dan pelaku rawat. dr. Herwin berharap, pada kolaborasi ini dapat mengimplementasikan perawatan yang sesuai pada pasien paliatif.

Baca juga: Kalahkan Ribuan Peserta, Startup Binaan UI Raih Juara 1 The Gade Sociopreneurship Challenge 2024

Nila, salah seorang peserta pelatihan mengungkapkan rasa terima kasih atas program rehabilitasi ini.

Nila mengatakan, sebagai kader dari Puskesmas, ia sangat senang mendapatkan pelatihan dan ilmu
baru dari dokter yang mudah diajak berdiskusi.

Adapun, analisis data kesehatan dari Puskesmas yang terlibat menunjukkan peningkatan dari segi kemandirian dalam perawatan diri, aktivitas harian dan mobilisasi berdasarkan Barthel Index.

Temuan ini berasal dari evaluasi menyeluruh pelaksanaan program sebelumnya yang dirancang untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan bagi pasien paliatif.

Kolaborasi antara FKUI dan Dinkes DKI Jakarta sebelumnya telah menghasilkan “Buku Saku Pelaku
Rawat untuk Perawatan Paliatif” yang dirancang sebagai panduan praktis bagi petugas kesehatan di
Puskesmas.

Baca juga: Dies Natalis Ke-64 FMIPA UI, Ukir Berbagai Prestasi, Ini Penjelasan Rektor Prof Heri Hermansyah

Buku ini telah terbukti bermanfaat dalam memperkuat kapasitas tenaga kesehatan dalam memberikan perawatan yang lebih terarah dan berkualitas kepada pasien paliatif, sekaligus mendukung keberlanjutan program RBM.

“Untuk meningkatkan kualitas dan keberlanjutan program RBM, FKUI bersama Dinkes DKI Jakarta
berencana menyusun Perjanjian Kerja Sama (PKS). Langkah ini diharapkan dapat memperkokoh
fondasi kerja sama, sehingga kegiatan pelayanan dan pengabdian masyarakat seperti RBM dapat terus berjalan,” ujar Prof. Widjajalaksmi.

Bersama dengan Prof. Widjajalaksmi, Tim Pengmas FKUI terdiri atas Dr. dr. Luh Karunia Wahyuni,
SP.KFR., Ped. (K), dr. Ira Mistivani, SP.KFR., N.M.(K). dan dr. Melinda Harini, SP.KFR., Ger(K).

Kemudian dr. Peggy, SP.KFR., K.R(K).; dr. Bintang Pratiwi, dr. Bunga S. Nurmansyah, dr. Fiona Lestari, dr.Fitriana Rohmatunnisa, dr. Indira K. Nasution, dr. Johanes Putra, dan dr. Johanna Tania Halim.

Selanjutnya dr. Marcherly Wardi, dr. Meryta Ulfa, dr. Nana Qoriana, dr. Rahmi Sesaria, dr. Siti Aminah Candra Kasih, dr. Ananda Dinta Humaira, dan dr. Audrey Witari.

Lalu, dr. Elsie Dyana Pretty Stephanie,  dr. Maria Agustina Dwiarti Kartika Harinaningtyas, dr. Preciella Chandra, dr. Rizkina Inayya; Dr. Rusfanisa, dan dr. Sofi Wardati.