TRIBUNNEWSDEPOK.COM, JAKARTA - Rektor Universitas Indonesia (UI) mengukuhkan Prof. Ir. Purnomo Sidi Priambodo, M.Sc., Ph.D., sebagai Guru Besar tetap dalam bidang Optoelektroteknik Biomedik.
Pengukuhan tersebut dilakukan Fakultas Teknik UI, Rabu (6/11/2024).
Prof. Purnomo menyampaikan pidato pengukuhan bertajuk “Pengembangan Teknik Tomografi Infrared dengan Metoda Invers Matriks untuk Dekomposisi Citra Biomedis,” di mana ia memaparkan inovasi teknologi tomografi infrared yang dapat menjadi solusi aman dalam analisis medis.
Baca juga: UI Kolaborasi Riset dan Pendidikan, Dihadiri 15 Universitas dari Hungaria dan 15 Kampus di Indonesia
Teknologi diagnostik medis saat ini, katanya, seperti X-ray, CT scan, SPECT, PET, dan MRI,
menggunakan media energi tinggi yang jika dosisnya berlebihan dapat berdampak buruk bagi
kesehatan.
"Instrumen pencitraan medis resolusi tinggi yang canggih saat ini mahal dan berbasis pada media berenergi tinggi. Media tersebut memiliki daya tembus yang cukup besar dan mampu menghasilkan gambar transmitansi berkualitas tinggi, namun semuanya berisiko bagi kesehatan," ujar Prof. Purnomo.
Dengan latar belakang itu, ia dan tim merancang teknik tomografi infrared berbasis metoda invers
matrix yang lebih aman dan hemat energi, menggunakan media infrared atau near infrared (NIR) yang relatif rendah energi.
Baca juga: Rekor, 5 Tahun Berturut-turut UI Tak Tergoyahkan Sebagai Universitas Nomor Satu di Indonesia
Menurutnya, teknologi ini memiliki daya tembus yang cukup baik dalam tubuh manusia dan lebih aman dibandingkan teknologi sinar-X.
“Selain mempunyai daya tembus yang cukup baik pada tubuh manusia, media infrared ini relatif aman. Dengan penggunaan media infrared, kebutuhan energi untuk instrumen medis lebih rendah, teknologi yang tersedia di pasar, dan memungkinkan produk yang lebih ekonomis," tuturnya.
Keunggulan lainnya, lanjut Prof. Purnomo, adalah kemampuan teknologi ini untuk mendekomposisi
citra menjadi lapisan jaringan biologis penyusun.
Teknologi sinar-X saat ini hanya menghasilkan satu citra gabungan dari seluruh jaringan biologis.
"Diharapkan di masa mendatang, dekomposisi citra biologis menjadi citra jaringan penyusun akan membantu dokter dalam mendiagnosis penyakit yang hanya memengaruhi satu jaringan tertentu," katanya.
Baca juga: Refleksi 100 Tahun Pendidikan Tinggi Hukum Indonesia, IcLave UI Deklarasi 8 Ashta Dharma
Inovasi ini memungkinkan visualisasi ketebalan masing-masing jaringan melalui dekomposisi citra,
yang diambil dengan kamera infrared.
“Jadi dengan metoda dekomposisi citra ini, diharapkan bisa memberikan kemudahan visualisasi bagi petugas kesehatan tentang distribusi ketebalan dari masingmasing layer material biologis penyusun dalam suatu obyek kesatuan biologis,” kata Prof. Purnomo.
Selain itu, ia menyampaikan bahwa penggunaan machine learning juga dioptimalkan dalam proses
dekomposisi untuk meningkatkan akurasi gambar yang diambil dalam far-infrared wavelength.
Teknologi ini nantinya akan dikembangkan hingga mampu melakukan dekomposisi citra 3D, yang
diharapkan lebih bermanfaat untuk analisis medis mendalam.