Maka dari itu, lanjutnya, kata Nusantara dalam penamaan komunitas seni ini akan lebih baik jika diganti dengan Borobudur karena masyarakat dunia dapat langsung memahami asal kesenian tersebut.
Baca juga: Srikandi BUMN Goes To Campus, UI dan BNI Siapkan Mahasiswa ke Dunia Kerja dan Magang
Ia juga mengimbau agar masyarakat dapat memanfaatkan sosial media untuk mempromosikan permainan tradisional yang ada di Magelang.
“Jangan hanya memposting foto-foto permainan tradisional, tetapi kita juga harus menunjukkan bagaimana cara memainkannya. Dengan menampilkan video tutorial dan video testimoni, orang tentu akan lebih tertarik datang ke sini untuk mencoba pengalaman bermain permainan tradisional,” kata Yusuf menambahkan.
Selain memberikan pemahaman tentang pentingnya melakukan branding dan promosi, salah seorang
narasumber yang juga merupakan pelaku seni, Reno Sarah, memberi edukasi tentang hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam menyelenggarakan sebuah event.
Tak hanya memberikan teori, Sarah juga memberi pengalaman secara langsung kepada para pelaku seni daerah untuk menyelenggarakan pentas seni dan budaya di pelataran Kampoeng Dolanan Nusantara.
Bekerja sama dengan berbagai mitra seperti Channel Z Indonesia, Akar Insula, Ki Sodong Rumah Budaya,
serta BLK Kesenian Cokrokertopati Borobudur, MAC UI dan Kampoeng Dolanan Nusantara mengadakan
pesta rakyat, pada Jumat malam (15/9).
Pesta rakyat ini menampilkan berbagai kesenian daerah, antara lain Kesenian Rakyat Kubro Siswo Tsani Siswo, Kesenian Jaran Kepang Krida Budaya, Kesenian Gejul Bocah Sanggar Wonosari, Kesenian Gejog Lesung Nglasar Ati, dan Kesenian Musik Angklung.
Dr. Al-Zastrouw mengatakan bahwa penyelenggaraan pesta rakyat ini bertujuan untuk mengajak masyarakat turut serta dalam melestarikan kebudayaan nusantara. “Budaya dan kesenian adalah akar dari bangsa dan masyarakat.
Sebagaimana sebuah pohon, jika akarnya tercerabut, tentu pohon itu akan tumbang saat luapan
air datang.
Hal ini sama dengan bangsa kita. Jika kesenian dan tradisi budaya kita lepas, identitas bangsa kita
akan ikut hilang digerus budaya asing yang masuk.
Oleh karena itu, mari kita kuatkan dan kokohkan akar kesenian kita, agar anak cucu kita tetap bisa mempertahankan identitas bangsa kita,” ujar Dr. Al-Zastrouw.
Tak hanya mengadakan pelatihan dan menggelar pesta rakyat, pada program pendampingan ini juga
dilaksanakan kegiatan penanaman pohon sebagai upaya membangun ketahanan pangan masyarakat
Magelang.
Edukasi tentang ketahanan pangan ini juga disampaikan oleh Tim MAC UI kepada masyarakat
melalui Pagelaran Kesenian Wayang Kulit Purwa Merti Bumi Nusantara, pada Sabtu malam (16/9/2023).
Pendiri Kampoeng Dolanan Nusantara, Abbet Nugroho, menilai bahwa program pendampingan yang
dilakukan UI sangat luar biasa dan membumi.
“Ini adalah program yang kami tunggu-tunggu. Saat ini, bukan zamannya kita berjalan sendiri-sendiri. Masyarakat, akademisi, dan pemerintah tidak bisa berjalan sendiri.
Butuh sinergitas dari seluruh pihak untuk membuat program yang manfaatnya dapat dirasakan secara
langsung oleh masyarakat. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada UI dan seluruh pihak
yang telah turut serta dalam program pendampingan ini,” kata Abbet.