Berita UI

Lestarikan Kearifan Lokal Masyarakat Baduy, UI dan TIKA Dirikan Kebun Tanaman Obat di Leuwidamar

Lestarikan Kearifan Lokal Masyarakat Baduy, UI dan TIKA Dirikan Kebun Tanaman Obat di Dua Desa

Editor: dodi hasanuddin
Istimewa
KEBUN OBAT BADUY - Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (FF UI) bersama Turkish Cooperation and Coordination Agency (TİKA) meresmikan kebun tanaman obat Suku Baduy, pada Selasa (25/2/2025). Kebun Obat itu ada di dua desa di Kecamatan Leuwidamar, yakni Desa Kanekes dan Desa Bojong Menteng. 

TRIBUNNEWSDEPOK.COM, BANTENUniversitas Indonesia (UI) melalui Fakultas Farmasi (FF) bersama Turkish Cooperation and Coordination Agency (TİKA) meresmikan kebun tanaman obat Suku Baduy, pada Selasa (25/2/2025),

Peresmian itu sebagai bentuk implementasi perjanjian kerja sama yang ditandatangani Juli 2024 lalu.

Kebun yang ditujukan untuk mendukung peningkatan sumber daya alam lokal ini dibangun di atas lahan wakaf Yayasan Spirit Membangun Ukhuwah Islamiyah (YASMUI).

Baca juga: UI Lakukan Perbaikan dan Peningkatan Mutu dan Tata Kelola SKSG, Prof Sigit Pranowo Sampaikan Ini

Wakil Dekan Bidang Pendidikan, Penelitian, dan Kemahasiswaan FFUI, Prof. Dr. apt. Fadlina Chany Saputri, M.Si., yang hadir mewakili Dekan FFUI, mengatakan, program ini tidak hanya meningkatkan kesehatan masyarakat Baduy, tetapi juga memberdayakan keterampilan dalam mengelola sumber daya alam sekitar.

“Kolaborasi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi masyarakat, terutama dalam mengembangkan ekonomi lokal melalui produk-produk alami yang bernilai tinggi,” ujarnya.
 
Menurut Ketua Program Pengmas FFUI, Prof. Dr. apt. Berna Elya, M.Si., inisiatif pendirian kebun tanaman obat muncul karena masyarakat Suku Baduy lebih memilih pengobatan alami dibandingkan pengobatan kimia.

Baca juga: UI Jadi Kampus Terbaik ke-4 di Asia Tenggara versi EduRank 2025, Ini Pesan Prof Hery Hermansyah

Pada pelaksanaannya, masyarakat Baduy dilibatkan dalam penanaman tanaman obat tradisional yang terdiri atas sereh, kunyit, temulawak, kumis kucing, daun sirih, kelor, dan katuk.
 
Prof Berna mengatakan, inisiasi kebun tanaman obat ini mendukung masyarakat Baduy yang sejak lama bergantung pada pengobatan alami.

"Kami berharap program ini dapat meningkatkan kesehatan masyarakat, menciptakan peluang ekonomi, dan memberikan manfaat berkelanjutan bagi masyarakat Baduy," ujarnya.
 
Kebun tanaman obat dibangun di dua desa di Kecamatan Leuwidamar, yakni Desa Kanekes dan Desa Bojong Menteng.

Di Desa Kanekes, area sekitar green hous yang berfungsi untuk menanam dan memproduksi bibit tanamaan ditanami hanjeli dan tujuh tanaman obat lainnya.

Baca juga: Rektor UI Tegaskan Bahlil Belum Lulus Doktor, Disertasi Harus Direvisi dan Tambah Publikasi Ilmiah

Lahan yang berdampingan dengan rumah warga juga dimanfaatkan untuk menanam tanaman tersebut. Sementara di Desa Bojong Menteng, kebun khusus ditanami dengan tanaman hanjeli.
 
Pada budi daya tersebut, hanjeli yang merupakan makanan pokok suku Baduy menjadi tanaman yang paling banyak ditanam.

Tanaman ini mengandung karbohidrat rendah glikemik yang baik untuk penderita diabetes.

Ia berfungsi membantu melancarkan saluran kemih dan mengurangi pembengkakan. Saat ini, pengolahan hanjeli masih terbatas dengan metode tradisional.

Untuk itu, Tim Pengabdi menyerahkan mesin penggilingan otomatis agar hanjeli dapat diolah menjadi makanan pokok serta produk dengan nilai jual tinggi.
 
Ke depannya, FFUI dan TİKA akan terus bersinergi mengembangkan kebun tanaman obat khas Baduy untuk meningkatkan kesehatan dan perekonomian masyarakat setempat.

Vice President TİKA, Dr. Ümit Naci Yorulmaz, berharap kolaborasi FFUI dan TİKA dapat diperluas ke berbagai program dan kegiatan, sehingga inisiatif yang dilahirkan berdampak langsung bagi masyarakat Baduy.

 

 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved