Kriminalitas

Kriminolog UI Menduga Remaja yang Bunuh Ayah-Neneknya di Lebak Bulus Alami Psikotik Paranoid

Adrianus menduga sang anak mengalami gangguan psikotik, yaitu gangguan kesehatan mental serius yang memengaruhi cara berpikir penderitanya.

Penulis: Ramadhan LQ | Editor: murtopo
Istimewa
Kriminolog Universitas Indonesia (UI), Adrianus Meliala mengatakan apa yang dilakukan sang anak yang tega membunuh ayah dan neneknya di Lebak Bulus akibat bad parenting atau pengasuhan yang buruk. 

Laporan Wartawan Wartakotalive.com, Ramadhan L Q

TRIBUNNEWSDEPOK.COM, CILANDAK - Kasus pembunuhan yang dilakukan remaja 14 tahun di Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan, menyita perhatian publik.

Pelaku pembunuhan inisial MAS (14) membunuh ayah APW (40) dan neneknya RM (69), sedangkan ibu kandungnya AP (40) alami luka berat hingga masih dirawat di RS Fatmawati.

MAS menusuk para korban menggunakan sebilah pisau.

Menanggapi kasus tersebut, Kriminolog Universitas Indonesia (UI), Adrianus Meliala mengatakan apa yang dilakukan sang anak akibat bad parenting atau pengasuhan yang buruk.

"Saya beranggapan bahwa anak itu memang akibat dari bad parenting ya, atau parenting yang buruk," ucap Adrianus, kepada Wartakotalive.com, Senin (2/12/2024).

Baca juga: Remaja Bunuh Ayah-Neneknya di Lebak Bulus Tetap Ikut Ujian Sekolah Meski Sedang Hadapi Proses Hukum

"Ketika ada orang tua yang tidak memberikan nilai pada anaknya, memberikan kelonggaran luar biasa, maka kemudian keluarga mengatur, melarang,  menghukum, lalu kemudian anak melawan dengan erotik dengan agresif. Dan ini sudah pernah terjadi di beberapa waktu sebelumnya," sambungnya.

Ia lalu merespons pengakuan remaja yang diungkap kepolisian bahwa tidak bisa tidur sebelum membunuh ayah dan neneknya dan juga mengaku mendapatkan bisikan-bisikan.

Adrianus menduga sang anak mengalami gangguan psikotik, yaitu gangguan kesehatan mental serius yang memengaruhi cara berpikir penderitanya.

"Maka lalu saya mulai masuk pada anggapan yang lain bahwa jangan-jangan memang ada gangguan dan gangguan tersebut bisa saja berasal dari tiga hal yang kemudian lalu mengakibatkan halusinasi pada diri seseorang," kata dia.

Baca juga: Remaja Bunuh Bapak dan Nenek di Lebak Bulus, Jaksel Akhirnya Angkat Bicara, Begini Pengakuannya

"Yang pertama adalah ketika seseorang itu mengonsumsi narkotika, ada narkotika yang memang menjadikan penggunanya atau yang memakainya sebagainya orang yang agresif ya," lanjutnya.

Berikutnya ia menduga ada salah satu sifat psikopatik yang dimiliki remaja inisial MAS, yakni kurangnya empati pada orang lain.

"Lalu yang kedua adalah orang yang kita katakan sebagai psikopatik, yang kemudian dari kepribadiannya itu juga cenderung bodo amat, egosentrisme, maunya sendiri, maunya untuk kepentingan sendiri, tidak peduli orang lain, manipulative, pemarah lalu juga berkecendurungan untuk menipu," tutur Adrianus.

"Nah masalahnya karena anak ini masih belasan tahun, maka belum bisa terlihat apakah yang bersangkutan tersebut psikopat atau tidak, sebab biasanya psikopatik itu keluar atau kelihatan betul pada saat orang berusia 25 tahun, saat sudah mulai memiliki peran. Peran sebagai pelajar, sebagai suami, sebagai istri, sebagai karyawan, yang lalu kekita dia tidak mampu menjalankannya maka dapat diduga bahwa dia psikopat. Tapi kelihatannya yang ini tidak," lanjutnya.

Baca juga: Remaja yang Bunuh Ayah dan Neneknya di Lebak Bulus Tidak Ditahan di Polres Jakarta Selatan

Terkait gangguan psikotik, Adrianus membaginya menjadi dua, yakni psikotik paranoid dan psikotik skizofrenia.

"Nah maka yang memungkinkan itu yang ketiga, yang bersangkutan mengalami psikotik, karena psikotik memang umumnya melahirkan tadi suara-suara tadi. Psikotik sendiri sebetulnya dapat dibagi dua. Psikotik yang bersifat paranoid dan yang kedua skizofrenia, keduanya sama yakni sebetulnya jiwa yang sakit atau jiwa yang terbelah," ucap dia.

"Di mana kalau pada skizofrenik ditandai dengan adanya waham halusinasi atau bisa juga kepribadian ganda , di mana satu pihak dari elemen kepribadian tersebut tidak dapat mengontrol elemen kepribadian yang lain, yang sudah pecah atau sudah patah," sambung Adrianus.

Dengan demikian, Adrianus menuturkan bahwa apabila remaja MAS terbukti mengalami psikotik paranoid, tidak bisa dipidana.

"Sementara paranoid itu ditandai dengan waham curiga atau dengan kata lain waham di mana orang yang berbisik-bisik, orang yang menyuruh-nyuruh dia untuk membantai, orang yang mengatakan bahwa yang di depan itu ada musuh atau di depan mu itu ada kucing yang bisa disembelih. Maka ada kemungkinan si pelaku tidak tahan," katanya.

"Dan kemudian mengikuti ajakan tersebut dan terjadilah situasi yang mungkin dihadapi oleh kasus di Jakarta Selatan ini. Nah yang juga menarik adalah bahwa, kenapa kok kemudian tidak ditangani, maka ada kemungkinan karena anak ini masih kecil masih belasan tahun, maka orang tua juga belum aware, belum sadar bahwa anaknya mengalami situasi ODGJ itu atau orang dengan gangguan jiwa khususnya psikotik yang ternyata cukup berbahaya," lanjut dia. (m31)
 

--

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved