Pengmas UI Rumpun Sosial Humaniora

Dosen FEB UI Kembangkan Sekolah Budaya Jawa di Lereng Merapi dan Merbabu, Pesertanya Mancanegara

Dengan demikian, masyarakat setempat masih dapat melakukan komunikasi dan bimbingan untuk mengembangkan UMKM seni miliknya

|
TribunnewsDepok.com/M. Rifqi Ibnumasy
Dosen Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Widhyasmaramurti penggagas Sekolah Budaya Jawa di lereng Gunung Merapi dan Merbabu 

TRIBUNNEWSDEPOK.COM, BEJI - Kecintaan akan budaya membawa Widhyasmaramurti terus berkarya dan mengembangkannya bahkan hingga ke lereng gunung Merapi dan Merbabu.

Dosen Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI) itu datang langsung di tengah masyarakat lereng gunung untuk mengembangkan Sekolah Budaya Jawa.

Mara telah berkecimpung dalam Tim Pengambilan Masyarakat (Pengmas) UI sejak 2017 hingga sekarang.

Momen Pengmas tersebut dimanfaatkan Mara untuk mengembangkan wisata minat khusus untuk belajar Budaya Jawa.

Baca juga: Diseruduk Babi Hutan, Dua Warga Sukamakmur Bogor Terluka, Satu Korban Dirujuk ke RDUD Cileunngsi

“Saya mengembangkan Sekolah Budaya Jawa di Lereng Merapi dan Merbabu, tepatnya di Desa Senden, Kecamatan Selo dan Boyolali,” kata Mara dalam kegiatan Festival Pengmas UI 2024, Jumat (4/10/2024).

“Saya mengembangkan wisata minat khusus agar mereka yang berminat untuk belajar bahasa Jawa, budaya Jawa, baik tari, gamelan, bertani, itu datang dan tinggal homestay di tengah masyarakat,” sambungnya.

Berkat kegigihan Mara, Sekolah Budaya Jawa di lereng Merapi dan Merbabu diminta oleh puluhan peserta mancanegara.

Baca juga: UI untuk Kali Kesembilan Juara Umum di Pagelaran Mahasiswa Nasional Bidang TIK 2024

“Kemarin kami berhasil mendatangkan 30 peserta dari Asia Tenggara dan juga dari Eropa Timur, bahkan juga ada dari Asia Selatan,” ungkapnya.

Bersama dosen UI lainnya, Mara juga andil mengembangkan seni kriya logam Tumang hingga kini menjadi warisan budaya tak benda Jawa Tengah pada 2022 lalu.

Tak berhenti di situ, Tim Pengmas UI melakukan penjajakan kepada penduduk Desa Tumang hingga Pemerintah Kabupaten Boyolali agar melestarikan seni kriya logam tersebut.

Alhasil, seni kriya logam Tumang sudah menjadi ekstrakurikuler di lingkungan pendidikan khusus pelajar Kabupaten Boyolali.

Baca juga: Kampanye di Ciseeng Bogor, Jaro Ade Janji Tingkatkan Insentif Guru Ngaji dan Pengurus Masjid

Yak membuat bangga, seni kriya logam Tumang kini sudah diekspor ke luar negeri.

Meskipun, sebagai Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) produksi seni kriya logam Tumang dimiliki oleh orang luar negeri.

“Tapi saya juga selalu bilang kalau mereka mau produksi sendiri, coba usahakan untuk membuat HAKI, karena mereka selama ini mengatakan, saya yang mengerjakan tapi HAKI-nya kok yang punya orang bule,” ujarnya.

“Tapi saya selalu katakan, karena mereka yang mendesain, kalian adalah pekerja. Jadi beda dengan kalau kalian yang mendesain, yang memproduksi, itu HAKI-nya bisa dari kalian,” sambungnya.

Baca juga: Tanggapan Gen Z Depok Soal Program Yatim Sejahtera Bikin Terharu, Ririn Farabi A Rafiq: Ini Aspirasi

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved