Kisah Inspiratif

Mantan Timer Kopaja Bang Salim Buka Warung Makan Betawi di Kembangan Selatan, Konsumennya Pejabat

Bang Salim Buka Warung Makan Betawi di Kembangan Selatan, Jakarta Barat. Harganya terjangkau, konsumennya para pejabat.

Editor: dodi hasanuddin
Wartakotalive.com/Nuri Yatul Hikmah
Mantan Timer Kopaja Bang Salim Buka Warung Makan Betawi di Kembangan Selatan, Konsumennya Pejabat 

Laporan Wartawan Wartakotalive.com, Nuri Yatul Hikmah

TRIBUNNEWSDEPOK.COM, KEMBANGAN - Semangat juang yang tinggi akan membuahkan hasil maksimal.

Tampaknya hal itulah yang dilakukan Sarmili Salim dalam menjalani kenyataan hidup.

Bang Salim sapaan akrab Sarmili Salim diberhentikan sebagai timer Kopaja (Koperasi Angkutan Jakarta).

Tak menyerah dengan keadaan, Salim pun mencoba membuka warung makan khas Betawi pada tahun 2016.

Baca juga: Kisah Inspiratif Hasan Nawangga, Petani Milenial Asal Bogor yang Sukses Bangun Wiguna Farm

Kerja kerasnya kini membuahkan hasil manis. Pelanggannya datang dari berbagai penjuru di Jakarta.

Akibatnya warung makannya tak pernah sepi dari pagi hingga sore hari.

Bagaimana kisahnya?

Warung makan khas Betawi milik Salim terletak di samping Masjid Al-Hurriyah, Kembangan Selatan, Jakarta Barat.

Meski terlihat warung makan Betawi yang sederhana, rupanya menjadi favorit sejumlah pejabat di berbagai wilayah di DKI Jakarta.

Hal itu karena menu-menu yang disajikan memiliki cita rasa khas nan otentik hingga membuat orang ingin datang lagi dan lagi.

Sarmili Salim Pemilik warung makan khas Betawi terletak di samping Masjid Al-Hurriyah, Kembangan Selatan, Jakarta Barat.
Sarmili Salim Pemilik warung makan khas Betawi terletak di samping Masjid Al-Hurriyah, Kembangan Selatan, Jakarta Barat. (Wartakotalive.com/Nuri Yatul Hikmah)

Wartakotalive.com berkesempatan bertemu dengan sang pemilik warung Betawi tersebut.

Pria berusia 63 tahun itu mengatakan, mulanya membuka warung pada 2016 karena sebuah keterpaksaan lantaran ia tak bisa lagi bekerja sebagai Timer Kopaja (Koperasi Angkutan Jakarta).

Sehingga mau tidak mau, Salim memutar otak agar tetap bisa mendapatkan penghasilan untuk menghidupi istri dan ketiga anaknya. 

"Saya dulu kerja di kantor Kopaja, di Jakarta Barat, Tanah Abang, Ciledug itu saya yang pegang," kata Salim saat ditemui Warta Kota di lokasi, Sabtu (6/1/2024).

"Setelah saya tahu setahun yang akan datang Kopaja bakal hilang, saya cari alternatif lain untuk usaha, ya alhamdulillah Allah kasih jalan lancar," imbuhnya. 

Baca juga: Kisah Inspiratif Depok, Sedekah Bank Sampah Kelurahan Tugu Memberikan Hasil Penjualan ke Anak Yatim

Kala itu, lanjut Salim, yang hanya tercetus di benak Salim hanyalah membuka warung yang menyediakan menu khas betawi.

Akan tetapi, menu yang dijualnya kala itu hanyalah empat jenis, yakni sop iga, soto daging, soto ayam, dan ayam goreng.

Lambat laun, banyak orang yang akhirnya mengerumuni lapaknya untuk sekadar sarapan atau makan siang. 

Kebanyakan dari mereka, meminta Salim untuk menghadirkan sejumlah menu agar warungnya tak sepi.

"Selanjutnya banyak orang makan sini, dia cari menu ini. Nah baru saya adain lagi besoknya, besok cari menu ini, kayak pindang bandeng gitu ya. Saya adain pindang bandeng. Nah orang bilang adain kakap, besok saya adain kakap," ujar Salim.

Siapa sangka, hingga saat ini menu ikan kakap di warung betawi Bang Salim menjadi favorit banyak orang. 

Sampai-sampai sejumlah tokoh hingga pejabat pemerintahan rela memesan dan datang jauh untuk mencoba kudapan tersebut.

"Camat Kembangan, Camat Kalideres, Camat Cengkareng, Walikota Jakarta Barat, Wakil Walikota Jakarta Timur, kalau pesan ke sini," ungkap Salim.

"Sampai Depag (Departemen Agama) Jakarta Selatan, dia kalau pesan ikan kakap ke sini," lanjutnya.

Termasuk, kiai-kiai dan habib yang kerap berkunjung ke Masjid Al-Hurriyah, selalu mencicipi kudapan di warung Bang Salim terlebih dahulu sebelum pulang.

Bahkan, mereka sampai menyimpan nomor Bang Salim agar bisa memesannya sewaktu-waktu dia ingin makan.

"Sekali dicobain, besok dipesan, alhamdulillah sih," ucap Bang Salim.

Menu Racikan Sendiri

Kini, puluhan menu sudah dijual oleh Bang Salim. Mulai dari ikan kakap, pindang bandeng, soto betawi, soto ayam, hingga aneka nasi campur. 

Uniknya, semua menu-menu tersebut dibuat sendiri oleh Bang Salim dan istrinya, sekalipun ia kini sudah mempunyai delapan karyawan.

Pasalnya, Bang Salim tidak ingin rasa yang disajikan kepada pembeli berubah-ubah karena tangan pemasaknya berbeda. 

"Jadi kalau bumbu, saya komitmen berdua istri, bumbunya apa saja, kami otodiak aja. Jadi saya cari di tempat lain, saya makan ini rasanya ini, kayaknya kurangnya ini, 'Oh yang saya jual harus saya tambahin ini'," jelas Salim.

"Jadi istri di rumah masak nasi campur, sisanya saya di sini, saya masak sendiri 6 kompor. Karena saya mau pertahankan rasa sama harga," lanjutnya. 

Baca juga: Kisah Inspiratif-Pandemi Covid-19 Jadi Momen Kebangkitan Endang Koswara Bangun Bisnis Roti

Salim sendiri mengaku belum mempercayai siapapun untuk memasak menu-menu jualannya. Hal itu pula yang membuat ia belum kepikiran untuk membuka cabang.

Alih-alih membuka cabang, Salim bahkan tidak memasarkan warung tersebut melalui ojek online lantaran ia sudah kewalahan melayani pembeli yang datang ke lapak.

Dalam sehari, Salim memperkirakan ada sekira 100-200 orang yang datang untuk makan di tempatnya.

Padahal, Salim membuka lapak itu sejak pukul 09.00 WIB dan tutup pada pukul 15.00 WIB. Mulai Senin sampai Jumat.

"Saya enggak pernah masarin, dari mulut ke mulut aja kayaknya. Jadi kalau ada pelanggan makan dia ngomong enak, dia ngomong sama orang lain," kata Salim.

"Nah rata-rata yang habis makan di sini minta nomor telepon saya, nanti dikasih ke orang lain, dia telepon beneran (pesan)," lanjutnya.

Salim mengatakan, harga makanan yang dijual di warungnya itu berkisar Rp 15.000 sampai Rp 70.000. 

Biasanya, harga Rp 15.000 itu untuk menu-menu nasi campur, sementara untuk sop iga dan soto betawi harganya berkisar Rp 20.000 - 30.000.

Adapun untuk kepala ikan kakap, dihargai Rp 40.000 - 70.000, tergantung ukuran besar kecilnya.

Tak ayal, Salim bisa meraup omzet puluhan juta rupiah dalam satu bulan dari berjualan di warung betawi tersebut.

"Saya enggak pernah ngitung jumlah gitu, saya dagang otodidak. Paling banyak Rp 7 juta sehari, tapi dulu-dulu saya pernah dapat Rp 200.000 - 250.000 waktu awal awal buka," jelasnya.

Diakui Salim, saat itu dirinya masih merintis dan meraba usaha di bidang kuliner.

Bahkan, lapak yang kini ditempatinya hanyalah berbentuk seperti bedeng-bedang yang terbuat dari kayu beratap asbes.

Sedikit demi sedikit ia kumpulkan pundi-pundi rupiah. Walhasil kini warung betawinya itu sudah cantik dan kokoh berdiri dengan tiang-tiang penyangga dan alumunium sebagai atapnya. 

"Sebenarnya jatuh bangun sih enggak, jadi merintisnya nanjak aja terus. Kalau umpamanya enggak ada banyak orang datang, alhamdulillah juga," jelasnya.

Wujud rasa syukur itulah yang kemudian membuat Salim makin berinovasi dan memberikan yang terbaik untuk pelanggannya selama tujuh tahun terakhir ini.  (m40)

 

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved