Penelitian UI

Tercatat Kasus Infeksi di Indonesia Tinggi, UI Ungkap Penerapan Ilmu Mikrobiologi Jadi Solusi

Universitas Indonesia ungkap penerapan Ilmu Mikrobiologi jadi solusi untuk menekan tingginya angka kasus infeksi di Indonesia.

Editor: dodi hasanuddin
Humas dan KIP UI
Tercatat Kasus Infeksi di Indonesia Tinggi, UI Ungkap Penerapan Ilmu Mikrobiologi Jadi Solusi 

Salah satu contoh kasus resistensi antimikroba terbukti melalui hasil penelitian Prof. Yeva yang
dilakukan sejak 1995 sampai 2022 pada Neisseria gonorrhoeae sebagai penyebab infeksi menular
seksual.

Dari penelitian tersebut, disimpulkan bahwa siprofloksasin sudah tidak direkomendasikan lagi
sebagai pengobatan karena tingginya angka resistensi yang ditemukan.

Panduan pengobatan infeksi gonore di Indonesia masih bisa mengikuti panduan World Health Organization (WHO), yaitu kombinasi seftriakson dan azitromisin atau sefiksim dan azitromisin untuk terapi empiris gonore genital dan anorektal.

Masalah resistensi pada populasi berisiko tinggi terkait infeksi menular seksual lain di Indonesia juga
ditemukan pada Treponema pallidum terhadap azitromisin.

Selain itu, masalah resistensi ditemukan pada jamur Candida albicans sebagai salah satu jamur patogen kritis yang menjadi prioritas WHO.

Contoh-contoh tersebut menunjukkan bahwa mekanisme resistensi masing-masing mikroorganisme
sangat ditentukan dengan cara kita dalam menggunakan suatu antimikroba.

Panduan penggunaan antimikroba sangat ditentukan dengan pola kuman dan kepekaan.

Maka dari itu, surveilans harus dilakukan secara teratur untuk mendapatkan panduan yang sesuai.

Menurut Prof. Yeva, penerapan ilmu Mikrobiologi Klinik dalam memahami patogenesis infeksi dan
mekanisme resistensi sangat diperlukan untuk menyusun strategi dalam pencegahan infeksi dan
penyebaran resistensi antimikroba.

Beberapa peran ilmu Mikrobiologi Klinik dalam pencegahan infeksi adalah untuk menunjang diagnosis, surveilans, deteksi dan manajemen wabah, panduan penggunaan antimikroba, pencegahan infeksi, kolaborasi dalam komite pengendalian infeksi, dan edukasi.

Pemilihan uji harus disesuaikan dengan diagnosis klinis, untuk mengurangi biaya pengobatan seorang
pasien.

Hasil pemeriksaan yang sesuai, akan menjadi panduan untuk memilih antimikroba yang rasional, yang mampu mencegah peningkatan lajunya resistensi sekaligus menghambat penyebaran resistensi antimikroba.

Sebelum melakukan kajian tentang pencegahan infeksi dan penyebaran resistensi antimikroba, Prof.
Yeva banyak melakukan penelitian serupa.

Beberapa di antaranya adalah Profile of multidrug-resistant bacteria causing urinary tract infections in inpatients and outpatients in Jakarta and Tangerang (2023), Resistance genes of Neisseria gonorrhoeae to cefixime and azithromycin (2023),  dan Detection of A2058G and A2059G on the 23S rRNA Gene by Multiplex Nested PCR to Identify Treponema pallidum Resistance to Azithromycin in Indonesia (2022).

Profil Dr Yeva Rosana

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved