Pengmas UI

Jepang Sedang Hadapi Masalah Genting, SKSG UI Turun Tangan Upayakan Keselamatan Pekerja Indonesia

Tak disangka Jepang sedang hadapi masalah Genting, SKSG UI turun tangan upayakan keselamatan pekerja Indonesia

Editor: dodi hasanuddin
Humas dan KIP UI
Jepang Sedang Hadapi Masalah Genting, SKSG UI Turun Tangan Upayakan Keselamatan Pekerja Indonesia 

TRIBUNNEWSDEPOK.COM, BEJI - Tak ada yang menyangka Jepang, negara super power dalam dunia teknologi, sedang menghadapi masalah genting.

Pemerintahan Jepang kini tengah berupaya keras untuk mengatasi krisis yang akan mereka alami di masa mendatang.

Perlu diketahui bahwa  Jepang saat ini tengah menghadapi masalah berkurangnya angkatan kerja usia produktif.

Baca juga: Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto Jadi Alasan BEM UI Undur Pelaksaan Debat Terbuka

Recruit Works Institute, lembaga pemikir independen asal Jepang menyampaikan bahwa  Jepang diprediksi mengalami kekurangan lebih dari 11 juta pekerja pada tahun 2040.

Populasi usia kerja diperkirakan akan turun drastis sebanyak 20 persen menjadi 59,8 juta pada 2040, dan pasokan pekerja akan menyusut sekitar 12 persen pada tahun 2040.

Pemerintah Jepang tengah berupaya menghentikan penurunan laju kelahiran di Jepang serta
mengalokasikan sekitar ¥1 triliun (Rp104 triliun) untuk pelatihan pekerja dalam lima tahun mendatang
sebagai solusi.

Jadi Sasaran Generasi Muda

Permasalahan ini juga membuka peluang bagi tenaga asing untuk masuk dan bekerja di Jepang, sehingga menarik generasi muda Indonesia yang berminat bekerja di Jepang.

Merekapun mengikuti berbagai pelatihan pada Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) yang tersedia di berbagai wilayah.

Baca juga: UI Hadir di World Education Expo 2023 di Denpasar, Bali, Sabtu Besok, Ini Penjelasan Amelita Lusia

Akan tetapi, masih terdapat beberapa hambatan yang ditemui para Pekerja Migran Indonesia (PMI) di
Jepang.

Di antaranya adalah ketidaksesuaian kontrak kerja, maraknya kekerasan yang terjadi karena kurangnya
penguasaan bahasa Jepang, kondisi kerja yang tidak sesuai harapan, hingga penyalur tenaga kerja yang
tidak bertanggung jawab.

Hal tersebut tentunya dapat berdampak kepada kemungkinan para pekerja menjadi pekerja
ilegal.

Adanya pekerja ilegal dinilai lantaran kurangnya kesadaran mengenai hak dan kewajibannya sebagai
PMI.

SKSG UI Turun Tangan

Kondisi yang dialami Pekerja Migran Indonesia membuat Klaster Riset Tenaga Kerja, Mobilitas Penduduk dan Pemberdayaan Masyarakat Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia turun tangan.

Bersama Himpunan Mahasiswa Kajian Wilayah Jepang (HIMA KWJ) SKSG UI menyelenggarakan sosialisasi kepada tiga lembaga pelatihan.

Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesadaran para calon PMI akan hak dan kewajiban mereka untuk mencegah pekerja ilegal.

Baca juga: Keren Emak-emak di Sunter Olah Minyak Jelantah Jadi Cuan, Vokasi UI Edukasi Pemanfaatan Teknologi

Diketuai oleh Dr. Kurniawaty Iskandar, S.Sos.,M.A., kegiatan sosialisasi yang merupakan bagian dari
kegiatan pengabdian masyarakat tahunan KWJ UI ini dilaksanakan di Aula KWJ, Pusat Studi Jepang UI,
Depok pada Sabtu, 2 September 2023.

Dr. Kurniawaty Iskandar, S.Sos., M.A. mengatakan, Pengmas mengenai sosialisasi sadar hak dan kewajiban bagi PMI ke Jepang dilaksanakan mahasiswa KWJ UI setiap tahunnya.

Hal ini dalam rangka memberikan kesempatan bagi mahasiswa program pascasarjana KWJ UI untuk mendapatkan pengalaman berinteraksi dengan para calon PMI.

Sekaligus juga memberikan informasi penting kepada para calon PMI itu sendiri mengenai hal-hal yang terkait dengan persiapan mereka sebelum memasuki dunia kerja di Jepang.

Para peserta sosialisasi dibekali dengan berbagai pengetahuan yang berguna sebelum memulai bekerja di Jepang.

Adapun narasumber yang diundang untuk memberikan materi adalah Sari Anggaini, S.S., M.Si.,
staf keimigrasian di Indonesia yang juga merupakan alumni KWJ UI, yang membahas mengenai aturan
masuk ke Jepang, pengajuan visa dan izin tinggal di Jepang.

Materi kedua dibawakan oleh salah seorang mahasiswa KWJ semester tiga, Sabrina Nur Raudha, S.S., yang membahas mengenai sistem transportasi dan kehidupan sehari-hari di Jepang yang perlu diketahui oleh para calon pekerja.

Sementara Muhammad Reza Rustam, Ph.D., seorang peneliti PMI dan alumni KWJ UI, membahas mengenai kasus-kasus yang terjadi pada PMI yang ada di Jepang.

Setiap sosialisasi diakhiri dengan kuis untuk memastikan bahwa para peserta memahami materi yang disampaikan.

Kegiatan sosialisasi ini diikuti oleh 36 peserta yang berasal dari tiga LPK yang berada di sekitar wilayah
Depok, yaitu LPK Seiko Gema Nusantara, LPK Canggih Brastel Indonesia, dan LPK Koba Mirai Japan
yang mengirimkan tenaga kerja dalam program Specified Skilled Worker (SSW) dan Technical Internship
Training Program (TITP).

Program ini adalah kebijakan imigrasi yang dibuat oleh pemerintah Jepang berupa status visa atau status residensi bagi tenaga kerja asing di Jepang.

Para perwakilan LPK mengikuti sosialisasi ini dengan antusias, karena mendapatkan pemahaman
bagaimana mudah beradaptasi dengan lingkungan sekitar dan juga menginginkan sosiallisasi ini berlanjut dengan tambahan beberapa penjelasan materi yang dianggap penting seperti aturan hukum bagi pekerja yang lebih detail, model kontrak kerja, aturan jika membawa keluarga, dan lain-lain.

HIMA KWJ yang diketuai oleh Amar Saktiawan, adalah gabungan mahasiswa KWJ semester tiga dan dua.
Amar didampingi oleh Jeremy Ivander selaku Wakil Ketua, Febia Rani sebagai Sekretaris dan Frichicilia
sebagai Bendahara.

Pada tahun 2021 dan 2022, kegiatan Pengmas KWJ UI yang sama juga dilakukan di beberapa LPK di Indramayu dan LPK di Banyuwangi.

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved