Polisi Tembak Polisi

Ahli Psikologi Forensik Minta Polri Jelaskan Bentuk Kelalaian di Kasus Polisi Tembak Polisi

Reza Indragiri Amriel memandang perlu institusi Polri untuk benar-benar transparan di kasus penembakan anggota polri di Rusun Polri Cikeas Bogor.

Penulis: murtopo | Editor: murtopo
@hotmanparisooficial
Hotman Paris Siap Cari Keadilan dan Ungkap Fakta Anggota Densus 88 Tewas Ditembak Seniornya 

TRIBUNNEWSDEPOK.COM -- Ahli Psikologi Forensik Reza Indragiri Amriel meminta institusi Polri membuka seterang-terangnya kelalaian yang dilakukan anggotanya di kasus tewasnya Bripda Ignatius Dwi Frisco Sirage.

Hal itu diungkapkan Reza Indragiri Amriel menanggapi pernyataan Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan yang menyebtukan bahwa persitiwa tersebut adalah akibat kelalaian.

"Telah terjadi peristiwa Tindak Pidana karena kelalaian mengakibatkan matinya orang, yaitu Bripda IDF," kata Ahmad Ramadhan terkait tewasnya Bripda Ignatius Dwi Frisco Sirage terkena tembak rekannya di Rusun Polri Cikeas, Gunung Putri, Kabupaten Bogor.

"Kata polisi, akibat kelalaian. Kelalaiannya seperti apa? Perlu dibuka. Pertanyaan ini muncul karena di organisasi kepolisian kerap dikenal Blue Curtain Code, Kode Tirai Biru. Ini kecenderungan untuk menutup-nutupi kesalahan korps. Temuan tentang 'kode senyap' ini kontras dengan pernyataan polisi yang akan selalu transparan dan objektif dalam pengungkapan kasus," ujarnya.

Baca juga: Fakta Baru Kasus Polisi Tembak Polisi Rusun Polri Cikeas, Seorang Tersangka Minum Alkohol

Reza Indragiri Amriel memandang perlu institusi Polri untuk benar-benar transparan di kasus penembakan ini, mengingat pernah terjadi kasus yag tak kalah hebatnya yang di lakukan Ferdy Sambo terhadap Brigarid Josua beberapa waktu lalu.

Persitiwa tersebut menjadi sebuah potret kekejaman senior terhadap yuniornya di institusi Polri.

Kasus ini menurut Reza Indragiri Amriel juga sempat ditutup-tutupi.

Baru setelah diserbu keluarga mendiang Josua dan warganet, barulah transparansi dan objektif dilakukan serius. Kode Tirai Biru disibak.

Baca juga: Polisi Tembak Polisi, CCTV Sekitar Lokasi Kejadian Diperiksa Guna Mengungkap Kronologi Kejadian

"Kalau prasangka keluarga korban sangat tinggi, ditambah lagi skeptisisme masif warganet, bentuklah tim investigasi yang melibatkan pihak eksternal Polri," ujarnya.

Kata Reza, POlri sebaiknya melakukan investigasi dengan melibatkan unsur eksternal dan jangan duu melibatkan Kompolnas.

Hal itu Berkaca pada kasus Sambo, dulu Kompolnas juga yang tersandung, latah, mengiyakan 'investigasi' Polres Jaksel bahwa Josua tewas dalam baku tembak.

Polri menurutnya harus membayar mahal akibat kasus penembakan ini untuk memperbaiki kembali cirta mereka di mata masyarakat.

Baca juga: Polisi Tembak Polisi di Bogor, Mabes Polri Membenarkan Kejadian Tersebut dan Tak Menolerir Pelaku

"Berarti bisa boros investigasinya karena melibatkan unsur eksternal? Ya, apa boleh buat. Ini contoh harga mahal yang terpaksa harus Polri bayar akibat krisis kepercayaan publik," ujarnya.

Kata Reza di Barat, sudah sering warga menggugat polisi atas police misconduct.

Kelalaian pun bisa menjadi materi gugatan. Demi menghindari proses hukum, polisi biasanya pilih memberikan kompensasi langsung ke keluarga korban.

"Siapa yang digugat? Oknum yang melakukan kelalaian ataukah institusi kepolisiannya? Tergantung bentuk kelalaiannya. Karena itulah saya tadi berpesan: jelaskan bagaimana bentuk kelalaiannya," ujarnya.

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved