Berita Universitas Indonesia
Kisah Yovania Asyifa Jami, Mantan Pasien RSJ yang Sukses Selesaikan Kuliah di UI
Meskipun memiliki masalah gangguan jiwa, Yova (panggilan akrabnya-Red) berhasil menyelesaikan kuliah di Universitas Indonesia pada 2023 ini.
Penulis: Hironimus Rama | Editor: murtopo
Laporan Wartawan TribunnewsDepok.com Hironimus Rama
TRIBUNNEWSDEPOK.COM, BEJI - Kondisi keterbatasan, baik fisik maupun mental, terkadang menghalangi kita untuk meraih impian dan cita-cita.
Namun hal ini tidak berlaku bagi Yovania Asyifa Jami, mahasiswi Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia (UI) Jurusan Hubungan Masyarakat (Humas).
Meskipun memiliki masalah gangguan jiwa, Yova (panggilan akrabnya-Red) berhasil menyelesaikan kuliah di Universitas Indonesia pada 2023 ini.
Yova mengaku mulai merasakan gangguan mental sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) di Bekasi.
Baca juga: Patahkan Stigma Negatif Terhadap ODGJ, Mahasiswi Vokasi UI Bangun Platform Pasti.Id
"Gejalanya bahkan sudah dari SD. Saya ini korban perceraian dan korban bullying (perundungan) dari teman-teman saat SMP," kata Yova dalam wawancara podcast dengan TribunnewsDepok.com pekan lalu.
Ketika hendak mulai Ujian Nasional saat SD, lanjut Yova, tiba-tiba dia merasa mual, sembelit dan tidak mau makan. Anehnya saat dicek medis oleh dokter, kondisi fisiknya sehat semua.
"Belakangan baru ketahuan ternyata itu gejala stres menjelang ujian. Saya merasakan ada tekanan untuk selalu meraih peringkat 1 atau 2 di kelas. Karena itu, ada ekspektasi dari lingkungan sekitar untuk mendapatkan nilai UN yang sempurna. Alhamdulillah nilai juga tetep bagus," jelasnya.
Baca juga: Arie Pangesti Ajie Lulus Sebagai Doktor ke-500 Fakultas Teknik Universitas Indonesia dengan IPK 4.0
Tekanan psikis yang dialami Yova terus berlanjut saat duduk di bangku SMP. Dia mengaku mendapat bullying verbal dari sejumlah temannya.
"Saya diejek karena waktu itu foto melet lidah. Lalu teman-teman eddit dan disandingin sama foto kuda," paparnya.
Tak hanya itu, Yova juga pernah mendapat cyber bullying saat jadi pagar ayu acara pernikahan.
"Saat itu makeup saya full. Foto saya di- share ke grup ‘genk’ oleh teman-teman dan diomongin di situ. Mereka posting di media sosial dan bilang mirip setan Jepang," imbuhnya.
Baca juga: Penerimaan Mahasiswa Baru 2023, Universitas Indonesia Tegaskan Tidak Ada Titipan
Perundungan ini membuat Yova jadi takut pergi ke sekolah. Bahkan dia sempat dibawa ke rumah sakit jiwa untuk berkonsultasi dengan psikiater.
"Sejak saat itu saya rutin minum obat. Hal ini secara tidak langsung membuat saya mempelajari terkait kesehatan mental," tuturnya.
Setelah tamat dari salah satu SMP swasta, Yova lalu masuk SMA Negeri di Bekasi.
"Saya butuh adaptasi masuk sekolah negeri. Gangguan mental ini sering kambuh. Bahkan saya pernah berada di tahap menjadi ODGJ seperti yang ditemui di pinggir-pinggir jalan," bebernya.
Beruntung dia memiliki seorang ibu yang belajar psikologi sehingga cepat membawa ke rumah sakit untuk proses penyembuhannya.
Baca juga: Patahkan Stigma Negatif Terhadap ODGJ, Mahasiswi Vokasi UI Bangun Platform Pasti.Id
"Alhamdulillahnya punya keluarga yang supportif. Saya pernah menjalani berbagai pengobatan seperti diruqyah. Pada akhirnya saya melakukan penyembuhan di Rumah Sakit Jiwa hingga bisa tamat SMA," kata Yova.
Gangguan mental yang dialaminya tidak membuat Yova takut mengejar impian kuliah di UI.
"Masuk ke UI memang udah cita dari kecil. Sejak kecil saya melihat UI sebagai kampus idaman. Saat duduk di SMA, sudah mulai seriusin masuk ke UI," ucapnya.
Yova masuk UI lewat jalur SIMAK (Seleksi Masuk UI) pada 2020. Dia memilih jurusan Humas di Program Pendidikan Vokasi.
Baca juga: FKM UI, ILUNI UI dan Damkar Kota Depok Beri Pelatihan Tanggap Darurat Bencana Pelajar SMAN 3 Depok
Selama kuliah di UI, dia tidak merasa diperlakukan berbeda oleh kampus karena kondisi gangguan jiwanya.
"Perlakuannya biasa saja kayak mahasiswa lain. Kuliah berjalan normal dan tidak ada kendala," ungkap Yova.
Dengan latar belakang gangguan mental ini, pada 2021 lalu Yova bersama beberapa teman membuat platform Pasti.id dan menggelar webinar tentang kesehatan mental.
Lalu di tahun 2022, tim Pasti.id membuat seminar dengan judul memanusiakan manusia. Dalam seminar ini ada talkshow dan konsultasi gratis dengan psikiater.
"Sekarang saya lagi magang di RSJ Duren Sawit," imbuhnya.
Tak hanya itu, Yova baru saja menyelesaikan kuliah dan kini tinggal menunggu wisuda.
"Saya berminat dan tertarik bekerja di sebagai konsultan dan peer counselor," tuturnya.
Yova berharap masyarakat yang mengalami gangguan mental untuk tidak takut pergi ke psikolog.
"Kita harus belajar memvalidasi emosi. Merasa sedih dan marah itu tidak apa-apa, dilepasin saja tetapi dengan cara yang tepat. Selain itu kita harus menerima diri sendiri, serta fokus pada masa kini untuk menatap masa depan," tandas Yova.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.