Mahasiswa UI
Mahasiswa Arsitektur FTUI Juara 2 Lomba Desain Permukiman Berbasis Dapat Memulihkan Gangguan Mental
Juara 2 lomba internasional desain permukiman berbasis dapat memulihkan gangguan mental. Hal itu diraih 3 mahasiswa Arsitektur FTUI.
Penulis: dodi hasanuddin | Editor: dodi hasanuddin
TRIBUNNEWSDEPOK.COM, JAKARTA - Mahasiswa Arsitektur FTUI juara 2 lomba desain permukiman berbasis dapat memulihkan gangguan mental.
Tiga mahasiswa Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Indonesia (DA FTUI) merancang Beeophile, struktur bangunan yang berfungsi sebagai hunian, ruang hijau, dan juga wadah interaksi.
Berkat rancangan tersebut, Alfira Kurniawati, Shafira Izzatunnisa, dan Yasyfina Aflah berhasil meraih Juara 2 dalam ajang Yearning to Breathe International Design Competition 2022, yang diselenggarakan oleh Archiol Competition yang diumumkan pada 11 Maret 2023 lalu melalui laman www.archiol.org/results/yearning_to_breathe_2022.
Baca juga: UI Kaji Pembangunan Infrastruktur Energi dan Percepatan Transisi Energi Menuju Net Zero Emission
Yearning to Breathe International Design Competition 2022 merupakan kompetisi desain internasional
yang diselenggarakan pertama kali dan terdapat 216 entri dari seluruh dunia.
Dalam kompetisi ini, para peserta harus menciptakan desain perumahan kota berbasis arsitektur dan interior biofilik.
Kompetisi ini menantang peserta bukan hanya sekadar memikirkan ide-ide desain yang dapat meningkatkan interaksi manusia dengan alam, namun juga dapat memulihkan gangguan permasalahan mental.
Tahun ini, Yearning to Breathe International Design Competition 2022 mengangkat tema "A Biophilic
Residence that Responds to the Dense Concrete Fabric of the City".
Para peserta diminta untuk merancang desain arsitektur untuk mengatasi masalah menurunnya tingkat konektivitas manusia dan alam yang berujung pada gangguan mental.
Pada kompetisi ini, ketiga mahasiswa berkompetisi di bawah bimbingan Guru Besar Departemen Arsitektur FTUI, Prof. Ir. Evawani Ellisa, M.Eng., Ph.D., Arsitek Profesional, Baiq Lisa Wahyulina, S.T., M.Ars., IAI., dan Asisten Dosen, Aulia Urrorhmah, S.Ars.
Studi kesehatan telah banyak mendokumentasikan peningkatan stres yang berakibat pada peningkatan
gangguan mental pada masyarakat perkotaan.
Salah satu penyebabnya adalah menurunnya interaksi antara manusia dan alam.
Baca juga: Universitas Indonesia Jadi Perguruan Tinggi Terbaik di Indonesia Versi SIR 3 Tahun Berturut-turut
Berangkat dari permasalahan tersebut, pada kompetisi ini para peserta diharapkan dapat merancang rumah perkotaan yang berkonsentrasi pada inovasi desain konseptual arsitektur dan interior yang didasarkan pada konsep biofilia sehingga dapat menciptakan konektivitas antara manusia dan alam.
“Kebanyakan masyarakat kota tinggal dalam area hunian yang padat dengan ruang hijau yang sangat
terbatas dan tingkat polusi udara dan suara yang tinggi. Hal ini berakibat pada tingginya tingkat stress
dan rasa terisolasi para penghuninya.
Tim kami tertarik untuk mencoba mengusulkan ide intervensi di wilayah kota-kota besar di Asia Tenggara termasuk Indonesia, yang banyak didominasi bangunan tipe ruko.
Beeophile merupakan konsep yang sederhana yang bukan hanya mengatasi tampilan kumpulan
ruko-ruko yang membosankan namun juga membuatnya menjadi lebih hidup sehingga penghuni dan
alam dapat saling terkoneksi dan membawa dampak positif pada kesehatan mental mereka,” ujar Prof.
Evawani Ellisa.
“Rancangan kami merupakan jawaban atas padatnya pembangunan ruko-ruko berstruktur beton di
perkotaan dengan memanfaatkan unsur modul-modul biofilia untuk mengadakan menghadirkan ruang
hijau pada bangunan. Ruang hijau ini dibangun pada ruang-ruang kosong yang selama ini kurang
dimanfaatkan oleh para penghuni, seperti pada façade (ruang vertikal) bangunan ruko dan area rooftop
(ruang horizontal),” kata Alfira.
Konsep Biofilik

Tim FTUI menggunakan konsep Biofilik yang digunakan untuk meningkatkan konektivitas manusia
dengan alam baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pada rancangan Beeophile, modul biofilia merupakan entitas tambahan di sisi bidang vertikal bangunan yang terhubung dengan unit hunian utama untuk menambah jumlah ruang hijau.
Akan tetapi, karena module saja tidak cukup. Maka desain Beeophile juga memanfaatkan negative space atau ruang-ruang yang tidak terpakai dengan ukuran besar seperti rooftop, atau ruang-ruang terbengkalai di area parkir.
Diharapkan dengan bertambahnya ruang-ruang hijau diantara barisan ruko yang mendominasi perkotaan maka tingkat stress para penghuninya bisa diredam.
Dekan FTUI, Prof. Dr. Heri Hermansyah, S.T., M.Eng., IPU., mengapresiasi prestasi tersebut.
Ia menyatakan bahwa konsep yang dibawa oleh mahasiswa Departemen Arsitektur FTUI dengan
menggunakan konsep biofilia adalah upaya solutif untuk meningkatkan koneksi visual serta nonvisual
antara manusia dan alam.
Interaksi manusia dan alam yang baik akan berdampak pada kesehatan mental.
"Selamat atas raihan prestasinya. Semoga konsep yang digagas dapat diimplementasikan dan
membawa dampak yang unggul bagi masyarakat," tuturnya.
Mahasiswa FKG UI Raih Berbagai Penghargaan di Ajang Bandung Perio Academy 2.0 |
![]() |
---|
Mahasiswa Internasional FIA UI Cerita Budaya Ramadan dan Lebaran di Tanzania |
![]() |
---|
14 Mahasiswa dari Kampus Ternama asal Jepang dan Thailand Belajar LIntas Budaya di UI |
![]() |
---|
Mahasiswa FTUI Juara 2 Ajang International Petroleum Technology Conference 2025 di Malaysia |
![]() |
---|
Hadirkan Inovasi Proyek GoKils Mahasiswa Vokasi UI International Youth Excursion |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.