Berita UI

Dosen dan Peneliti FEB UI Sumbang Pemikiran dalam Perkembangan Digitalisasi UKM di Indonesia

Hasilnya ditemukan sebanyak 61 persen pemilik UKM berumur lebih dari 40 tahun, 37 persen berumur 25-40 tahun, dan 2 persen berumur kurang dari 25 tahu

|
Editor: Umar Widodo
Dok.Universitas Indonesia
Lembaga Management Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LM FEB UI) menyelenggarakan forum diskusi terbatas terkait perkembangan digitalisasi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia 

TRIBUNNEWSDEPOK.COM, DEPOK - Untuk mendapatkan gambaran yang komprehensif atas perkembangan digitalisasi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia, Lembaga Management Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LM FEB UI) menyelenggarakan forum diskusi terbatas. 

Kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian acara HUT ke-60 LM FEB UI yang diadakan di Function Hall 9, Gedung Mohamad Sadli, Kampus UI Salemba, Rabu (8/2/2023).

Kepala UKM Center FEB UI, Zahra Kemala, Ph.D., memaparkan hasil survei yang dilakukan oleh UKM Center FEB UI.

Hasilnya ditemukan sebanyak 61 persen pemilik UKM berumur lebih dari 40 tahun, 37 persen berumur 25-40 tahun, dan 2 persen berumur kurang dari 25 tahun.

Sementara itu dari tingkat pendidikan, didominasi oleh lulusan SMA sebanyak 40 persen, lulusan SD sebanyak 22 persen.

Kemudian lulusan SMP sebanyak 21 persen, pemegang gelar Sarjana/Magister/Doktor sebanyak 11 persen, serta sebanyak 6 persen tidak memiliki latar belakang pendidikan.

“Salah satu hasil dari survei ini menunjukkan bahwa pelaku UKM sudah mulai aktif menggunakan aplikasi pesan instan dan media sosial, namun masih belum terlalu familier dengan e-commerce, baik itu dalam kegiatan membeli maupun menjual,” ujar Zahra,

Menyambung hal tersebut, Salah satu dosen FEB UI, Dr. Anna Amalyah menceritakan pengalamannya saat bekerja sama dengan Pemprov DKI Jakarta dalam program JakPreneur.

Program ini lebih banyak diikuti oleh peserta dengan usia 40 tahun keatas dan lebih difokuskan pada pendampingan, agar para pelaku UKM dapat meningkatkan kualitas usahanya tanpa harus mengorbankan waktunya untuk tetap melakukan aktivitas jual beli dengan pelanggan.

“Ada fenomena menarik di kalangan pelaku UKM yang masih muda, pada rentang kelompok umur 20-29 tahun. Kelompok ini lebih memilih untuk menjadi reseller produk dari salah satu platform e-commerce China, karena menghasilkan margin yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis usaha konvensional,” kata Dr. Anna.

Baca juga: Prof. Dr. dr. Agus Dwi Susanto, SpPK, Jadi Guru Besar Tetap FKUI Bidang Pulmonologi dan Respirasi

Sementara itu, untuk mendalami isu dan masalah yang berkaitan dengan UKM, Hapsari Setyowardhani, S.E., M.M., yang juga merupakan dosen FEB UI menyampaikan bahwa ada beberapa isu dari pemerintah. 

Seperti belum adanya database yang rapi, program yang tumpang tindih dan berulang, belum adanya koordinasi yang efektif, serta banyaknya pelaku UKM yang mengikuti pendidikan dan pelatihan (Diklat) dengan fokus hanya ke bantuan modal yang diberikan, belum ke substansi pelatihan.

Untuk itu, diperlukan adanya satu big data yang dikelola pemerintah sebagai database UKM seluruh Indonesia.

Database ini dapat digunakan oleh berbagai instansi pemerintahan maupun oleh pelaku UKM untuk keperluan pemetaan pasar dan mengelola persaingan.

Selain itu, perlu adanya dukungan dari pemerintah lokal, seperti pemerintah daerah atau pemerintah kota dalam hal pendampingan UKM naik kelas.

Zahra menambahkan bahwa pemerintah perlu membuat roadmap digitalisasi UKM, mengadakan pelatihan digital yang disesuaikan dengan segmentasi pasar, meningkatkan standar pelayanan ekosistem digital, dan perlu adanya suatu komunitas yang dapat saling mendukung praktik digitalisasi UKM.

Baca juga: Prof. dr. Ardi Findyartini, Ph.D. Dikukuhkan Menjadi Guru Besar Tetap di Fakultas Kedokteran UI

Berdasarkan pengalamannya, Zahra menyebutkan bahwa pelatihan digitalisasi perlu dilakukan kepada seluruh karyawan, tidak hanya pemilik usaha, karena sering kali materi tidak tersampaikan dengan efektif sampai level pelaksana sehingga menghambat proses transfer ilmu yang dilakukan oleh pemerintah.

Sebagai insight tambahan, Kepala Divisi Digital Economy ILUNI FEB UI, Imanul Hakim Camil memberikan alternatif lain untuk pengembangan UKM.

Ia menyarankan, akan jauh lebih efektif menggunakan skema super offtaker sehingga bentuk usaha yang dimitrakan dengan merek dan kualitas sudah terjamin agar omset lebih terjaga.

“Karena memang tidak bisa dipungkiri bahwa pelaku UKM selalu fokus ke omset penjualan sehingga sulit bagi mereka untuk mengikuti program pelatihan maupun pendampingan yang mengorbankan banyak waktu dan tenaga mereka yang bisa dialokasikan untuk berjualan. Tujuan dari skema ini adalah agar terciptanya sebuah ekosistem dengan omset UKM yang sehat,” ujar Imanul.

Forum yang diikuti oleh konsultan LM FEB UI dengan dosen dan peneliti dari FEB UI ini turut dihadiri Kepala LM FEB UI, Dr. Willem Makaliwe; Wakil Kepala Bidang Administrasi, Keuangan, dan SDM LM FEB UI, Dr. R. Nugroho Purwantoro; Kepala Divisi Pelatihan LM FEB UI, Mone Stepanus, Ph.D.; dan salah satu dosen FEB UI, Rah Yuliantoro.

Forum ini diharapkan dapat menghasilkan suatu pemikiran berisikan pandangan dan solusi yang dapat menambah wawasan seluruh elemen yang terlibat dalam ekosistem usaha kecil menengah di Indonesia, terutama regulator dan pemilik usaha.

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved