Berita UI

Pakar Geografi Fisik dan Lingkungan UI Sebut Modifikasi Cuaca Ekstrem Dilakukan Sejak Zaman Soeharto

Modifikasi cuaca ekstrem dilakukan sejak zaman Soeharto. Hal itu disampaikan Pakar Geografi Fisik dan Lingkungan UI Dr. Mangapul Parlindungan.

Penulis: dodi hasanuddin | Editor: dodi hasanuddin
Humas dan KIP UI
Pakar Geografi Fisik dan Lingkungan UI Sebut Modifikasi Cuaca Ekstrem Dilakukan Sejak Zaman Soeharto 

TRIBUNNEWSDEPOK.COM, JAKARTA - Pakar Geografi Fisik dan Lingkungan UI Dr. Mangapul Parlindungansebut modifikasi cuaca ekstrem dilakukan sejak zaman Soeharto.

Cuaca ekstrem yang terjadi akhir-akhir ini mendorong pemerintah melakukan beberapa langkah pencegahan dan penanggulangan, salah satunya adalah operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC).

Mengutip dari siaran pers resmi yang diterbitkan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), TMC bukan hal baru bagi Indonesia.

Baca juga: Terbaru 2023, Universitas Indonesia Masuk 10 Terbaik Perguruan Tinggi di Asia Tenggara

Sejak 1977, proyek yang dulu lebih dikenal dengan istilah hujan buatan itu sudah dimulai.

Ide itu muncul, saat Presiden Soeharto melihat pertanian di negara Thailand cukup maju.

Setelah diamati, majunya pertanian Thailand disebabkan karena supply kebutuhan air pertanian dibantu oleh modifikasi cuaca.  

Baca juga: Kolaborasi UI, Puluhan Mahasiswa University of Queensland Pelajari Industri Hijau di Tanah Air

Dosen Program Studi (prodi) Geografi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia (FMIPA UI) dan juga pakar geografi fisik dan lingkungan, Dr. Mangapul Parlindungan Tambunan M.Si., mengatakan, operasi TMC tidak jauh dari keterkaitannya dengan sebuah teknologi dari interpretasi manusia dalam memodifikasi cuaca yang sifatnya alami.

“Cuaca dalam sebuah kejadian dapat berupa suhu, angin, hujan yang pelingkupannya tidak luas. Contohnya seperti di Daerah Aliran Sungai (DAS) dan di sebuah wilayah sangat dinamis yang berkaitan dengan waktu. Jika kita membicarakan teknologi modifikasi cuaca, contohnya cuaca di jakarta dengan temporal waktu yang cenderung singkat,” ujarnya.  

Menurut Dr. Mangapul, berbicara mengenai modifikasi cuaca berarti berbicara mengenai siklus hidrologi yang ada di atmosfer.

“Pada saat pembetukan awan, disitulah ada interpretasi manusia. Di saat kondensasi terjadi, disitulah disemai atau ditabur awan-awannya sehingga hujan terjadi di ruang yang kita inginkan,” katanya.

Ia menilai kegunaan dan tujuan dilakukannya operasi TMC untuk mempercepat proses terjadinya hujan di ruang yang diinginkan.  

Ia juga mengungkapkan bahwa keberhasilan TMC dipengaruhi oleh arah dan besaran angin.

Namun, kegagalan operasi TMC dapat terjadi dengan perkiraan lebih dari 50 persen dengan melihat percepatan angin.

“Peluang rekayasa keberhasilannya fifty-fifty untuk mengendalikan TMC. Tinggal besarannya tergantung ruangnya,” ujarnya lagi.  

Cara Kerja Modifikasi Cuaca

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved