Universitas Indonesia
Mahasiswi Teknik Universitas Indonesia Ini yang Kemas Visualisasi PARASOL Agar Mudah Dimengerti Awam
Biar awam dapat mengerti konsep ini secara mudah dan tergambar alatnya, karena jika hanya sebatas ide di kepala saja tidak cukup
Penulis: Cahya Nugraha | Editor: Vini Rizki Amelia
TribunnewsDepok.com/Cahya Nugraha
Afra Moedya Abadi mahasiswi Universitas Indonesia yang turut dalam tim pembuat Panel Surya
TRIBUNNEESDEPOK.COM, DEPOK - Tak hanya Yosep Dhimas Sinaga yang berfokus pada teknologi dan sains dalam pembuatan gagasan panel surya roll dengan memanfaatkan limbah plastik yang diberi nama Printable Alternative Solar Roll (PARASOL).
Adalah Afra Moedya Abadi yang turut membantu Yosef dalam melahirkan karya yang membanggakan.
Hal itu Maudy ungkapkan ketika ditemui langsung di Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI).
"Membantu Yosef juga, dan membuat rancangan seperti apa alatnya," ungkapnya Maudy.
Baca juga: Dishub DKI Jakarta Pastikan Tidak Ada Penghentian Jalur Sepeda Tahun 2023, Hanya Evaluasi
Secara khusus, peran Maudy adalah menerjemahkan ide PARASOL menjadi bentuk nyata atau visualisasinya.
"Aku buat visualisasi 3D desain jika PARASOL digunakan di gedung tinggi itu seperti apa? Diatap rumah bagaimana? Biar yang awam dapat mengerti konsep ini secara mudah dan tergambar alatnya, karena jika hanya sebatas ide di kepala saja tidak cukup. Jadi kita buat visualisasi alatnya," jelas Maudy
Sebelum pada akhirnya mencapai rancangan final saat ini, entah sudah berapa kali kegagalan yang Maudy buat untuk bisa menerjemahkan gagasan ia dan kedua temannya.
"Sudah tidak terhitung berapa rancang yang sudah gagal dibuat. Tidak bisa dihitung berapa kali kegagalan agar bagaiman bisa masyarakat dapat mengerti visualisasi secara mudah dan dapat dimengerti," jelasnya.
Baca juga: Bikin 1.155 Inovasi Bukti UI Berperan Aktif dalam Memacu Kreativitas dan Inovasi Pemulihan Ekonomi
Maudy berharap agar PARASOL ini bisa terwujud untuk masyarakat Indonesia untuk dapat mengakses energi bersih dan terjangkau.
"Karena ada beberapa daerah yang masih belum bisa mengakses energi dan hadirnya PARASOL diharapkan bisa mengurangi emisi gas rumah kaca," ucap Mahasiswa semester 5 di FTUI.
Sementara itu, Tiffany Liuvinia yang berfokus pada studi kelayakan dan modal bisnis menemukan fakta, bahwa PARASOL memiliki banyak keunggulan dibandingkan panel surya biasa.
Manufakturnya yang lebih sederhana membuat PARASOL memiliki harga jauh lebih terjangkau dibandingkan panel surya konvensional.
Selain itu, PARASOL merupakan panel surya yang lebih ramah lingkungan karena memanfaatkan limbah plastik sebagai salah satu komponennya.
"Karena kan memang targetnya untuk kalangan menengah. Harga nya juga enam kali lebih murah dibandingkan panel surya biasa," jelasnya.
Baca juga: Politisi PKS Ingatkan Pemerintah Pusat Soal Wacana Penghapusan Walkot dan Bupati: Harus Pakai Kajian
"Untuk harga kami hitung Rp 2,3 juta," sambungnya.
Sama halnya dengan Maudy, dirinya berharap agar nantinya PARASOL bisa digunakan untuk khalayak umum sebagai sumber energi yang ramah lingkungan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
"Sebagai salah satu cara juga untuk mengurangi pemanasan global," tutupnya.
Rekomendasi untuk Anda