Berita UI
Dua Dosen Universitas Indonesia atau UI Diprediksi Jadi Pemimpin Masa Depan, Ini Profilnya
Diprediksi jadi pemimpin masa depan. Mereka itulah dua Universitas Indonesia atau UI. Dari FIA UI dan FTUI.
Penulis: dodi hasanuddin | Editor: dodi hasanuddin
“Saya rasa kemampuan untuk memimpin dan berkolaborasi adalah dua hal yang perlu kita bangun sejak awal karier kita sebagai peneliti. Semoga program ini bisa melahirkan pemimpin-pemimpin sains baru di Indonesia,” ujar Prof. Sangkot.
Selain harapan untuk melahirkan pemimpin sains di masa yang akan datang, Manajer Program SLC, Fito Rahdianto juga berharap program ini mampu memicu lahirnya lebih banyak lagi program kepemimpinan untuk peneliti di Indonesia.
Tak hanya dari bidang keilmuan yang beragam, 30 peneliti yang terpilih juga berasal berbagai daerah di Indonesia.
Baca juga: Perubahan Nama 22 Jalan Dinilai Sejarawan UI Berpotensi Menghilangkan Nilai Sejarah & Budaya Jakarta
Sebagian mereka terafiliasi dengan universitas dan lembaga pemerintah non-kementerian, sementara sebagian lainnya merupakan peneliti di lembaga swadaya masyarakat dan peneliti swasta.
Dosen di Kobe University yang juga merupakan konsultan program SLC, Dr. Mizan Bisri menilai keberagaman dalam partisipan program ini penting untuk turut membuka jalan bagi kolaborasi lintas disiplin dan lintas sektor dalam ekosistem riset Indonesia.
“Seleksi program ini telah menghasilkan sekelompok peneliti berkualitas, yang mewakili berbagai area penelitian, lembaga, serta wilayah,” ujarnya.
Editor Eksekutif The Conversation Indonesia, Prodita Sabarini mengatakan program SLC ini hadir sebagai pelengkap dan penguat program-program lain bagi ilmuwan yang sudah ada, yang dapat meningkatkan optimisme terhadap komunitas ilmiah Indonesia.
“Saya bangga dan bersyukur bahwa The Conversation dapat ikut berperan membangun komunitas pemimpin sains yang memahami pentingnya kolaborasi untuk memecahkan tantangan yang kompleks,” ungkapnya.
Baca juga: Psikologi dan Pendidikan Dokter UI Jadi Pilihan Favorit Pelajar di SBMPTN 2022
SLC secara spesifik dirancang menggunakan metode maupun pendekatan terdepan dan paling mutakhir seperti Leadership Development yang dikembangkan di Harvard University.
Kemudian kerangka pemikiran ahli disrupsi dan organisasi eksponensial dari India, Salim Ismail. Lalu, pelopor pemikiran sistem dari Amerika Serikat, Barry Oshry.
Selanjutnya, pengembang teori kompleksitas dari Swedia, Nora Bateson untuk mendukung perkembangan vertikal para peserta, khususnya dalam aspek kepemimpinan dan kolaborasi.
Profil Krisna Puji Rahmayanti

Krisna merupakan lektor bidang pemerintahan, kebijakan, dan layanan publik untuk isu kesehatan, bencana, dan manajemen publik di FIA UI.
Ia sedang menjalani studi doktoral di University of Birmingham, Inggris, dengan fokus riset di bidang tata kelola bencana.
Krisna juga merupakan salah seorang pendiri Pusat Kolaborasi & Resiliensi, sebuah komunitas yang mendorong forum kolaborasi lintas sektor, peningkatan literasi pendidikan tinggi, dan mitigasi risiko bencana.