Metropolitan
Tak Dilibatkan Dalam Proyek Revitalisasi, Seniman TIM Sebut Jakpro Tidak Konsisten FGD
Tak Dilibatkan Dalam Proyek Revitalisasi, Seniman TIM Sebut Jakpro Tidak Konsisten FGD. Berikut selengkapnya
TRIBUNNEWSDEPOK.COM, GAMBIR - Forum Seniman Peduli Taman Ismail Marzuki (TIM), Kecamatan Menteng, Jakarta Pusaat mengeluh dengan sikap PT Jakarta Propertindo (Jakpro) yang dinilai tidak konsisten dengan hasil diskusi kelompok atau focus group discussion (FGD).
Berdasarkan hasil FGD antar keduanya, para seniman dilibatkan dalam proyek revitalisasi TIM namun faktanya Jakpro mengingkari hal tersebut.
Anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD DKI Jakarta Jhony Simanjuntak mengatakan, mereka telah mengadukan hal itu kepada Fraksi PDI Perjuangan beberapa waktu lalu. Jhony menyayangkan, keputusan Jakpro yang mengabaikan keputusan dari FGD.
“Seniman mengeluhkan mereka tidak diikutsertakan dalam revitalisasi TIM. Menurut mereka, bangunan, tata pencahayaan, akustik gedung pertunjukan di TIM yang direvitalisasi itu, mereka nggak diikutsertakan,” ujar Jhony pada Rabu (23/3/2022).
“Memang sudah ada FGD, tapi hasil FGD itu tidak dilaksanakan oleh Jakpro,” lanjut Jhony yang juga menjadi Sekretatis Komisi E DPRD DKI Jakarta ini.
Jhony mengungkapkan, pembangunan fisik maupun fasilitas di dalamnya tidak sesuai dengan kemauan para seniman. Misalnya kapasitas tempat duduk di gedung pertunjukkan yang dianggap terlalu banyak, sehingga dianggap tidak efisien.
“Ada sampai seribuan tempat duduk itu untuk apa coba? Itu mah lebih ke kegiatan seni dan POP, kan sudah banyak kalau itu di Jakarta. Jadi seharusnya daya tampung cukup 600 orang saja, agar ada kedekatan antara penonton dengan pertunjukan teater itu sendiri,” katanya.
Baca juga: Terpilih Jadi Ketua Umum IPSI Jakarta Selatan Periode 2022-2026, Ini Harapan Munjirin
Baca juga: Antisipasi Cuaca Ekstrem, BPBD DKI Distribusikan Kendaraan Operasional ke Lima Wilayah Jakarta
Selain itu, kata dia, sistem pencahayaan, alat pengeras suara hingga tata letaknya tidak sesuai dengan peruntukkan seni teater. Persoalan itu sebetulnya bisa dihindari jika Jakpro melibatkan para seniman.
“Harusnya dikembalikanlah ke konsep awal karena penggunanya kan seniman, mereka yang paling tahu kebutuhan apa di sana,” imbuhnya.
Jhony menambahkan, para seniman juga berharap agar pengelolaan TIM sepenuhnya tidak diserahkan kepada Pemprov DKI Jakarta. Sebaiknya pemerintah daerah dapat membuat Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) dalam mengelola dan mengurus TIM.
“Usulan mereka ada BLUD, sehingga dapat memberikan pelayanan publik. Jadi, bukan hanya pembangunan fisik tok, dan bukan cuma provit oriented (orientasi pada keuntungan),” jelasnya.