Kriminalitas
Komnas PA Nilai Pelaku Pemerkosaan Anak Kandung di Depok Bisa Dibui Maksimal 20 Tahun dan Kebiri
Seperti diketahui, Agus alias Ateng (49), melakukan pemerkosaan terhadap anak kandungnya berinisial DN (11) sejak tahun 2021 silam.
Penulis: Alex Suban | Editor: murtopo
Laporan Tribun News Depok, Muhamad Fajar Riyandanu
TRIBUNNEWSDEPOK.COM, DEPOK – Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), Arist Merdeka Sirait, menyebut pelaku pemerkosaan yang dilakukan oleh ayah terhadap anak kandungnya di Sukmajaya, Kota Depok dapat dihukum maksimal selama 20 tahun dan hukuman kebiri.
Ia menjelaskan, di dalam Pasal 82 Undang-Undang (UU) 17 tahun 2016 Tentang Perlindungan Anak, pelaku dapat dijeratan maksimal 15 tahun penjara.
“Nah tetapi karena dia adalah orang tua kandung itu dapat ditambah sepertiga dari hukuman, berarti dia bisa diancam 20 tahun. Nah tergantung Jaksa Penuntut Umum untuk bisa menetapkan itu 20 tahun,” kata Arist pada Rabu (2/3/2022).
Seperti diketahui, Agus alias Ateng (49), melakukan pemerkosaan terhadap anak kandungnya berinisial DN (11) sejak tahun 2021 silam.
Baca juga: Menteri PPPA Pastikan Predikat Kota Ramah Anak Bagi Kota Depok akan Dievaluasi Kembali
Ia telah melakukan aksi bejat tersebut selama lebih dari 20 kali. Kini Agus telah ditahan dan ditetapkan sebagai tersangka oleh Polres Metro Depok pada Selasa (1/3/2022), kemarin.
Lebih lanjut, Arist menjelaskan, hukuman 20 tahun penjara bisa diterima oleh pelaku karena perbuatannya mengandung unsur kesengajaan dan berulang-ulang.
Selain ancaman hukuman selama dua dekade, Agus juga dimungkinkan menerima vonis hukuman kebiri.
“Bisa dikenakan kebiri juga karena itu dilakukan oleh orang tua sendiri, orang terdekat, dan dilakukan berulang-ulang. Itu kalau 20 kali bukan hanya sekedar pelampiasan kebutuhan biologis dari bapak kepada anaknya, tapi sudah ada unsur kesengajaan, artinya ada perencanaan. Karena syarat-syaratnya sudah terpenuhi. Pertama dilakukan 20 kali kepada puteri kandungnya sendiri, dan itu dilakukan secara berencana. Itu sudah bisa digunakan tambahan kebiri itu,” sambung Arist.
Baca juga: Pemkot Depok Minta Peran Serta RW di Kota Depok Lakukan Edukasi Perlindungan Anak ke Warga
Kasus serupa di Depok
Menurut Arist, peristiwa tersebut menambah catatan kelam kasus kekerasan seksual di Kota Depok.
Sebelum kasus ini, ada kasus pencabulan oleh guru ngaji di daerah Beji, Depok, berinisal MMS kepada sejumlah anak muridnya yang terjadi sejak Oktober hingga Desember 2021.
Jika menengok lebih ke belakang, ada kekerasan seksual yang dilakukan oleh Syahril Parlindungan Marbun, yang divonis 15 tahun penjara oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri (PN) Kota Depok pada Januari 2021 lalu.
Ia terbukti bersalah melakukan tindak pidana cabul terhadap anak bimbingannya di Gereja Santo Herkulanus, Depok.
Baca juga: Pelaku Pemerkosaan kepada Anak Kandung di Depok Mengaku Sadar dan Tak Menyesal
Lagi dan lagi, anak usia di bawah umur kembali menjadi korban kekerasan seksual.
Pada tahun 2019, Lukas Lucky Ngalngola atau kerap disapa Bruder Angelo, seorang biarawan katolik melakukan perundungan seksual kepada sejumlah anak di Panti Asuhan Kencana Bejana Rohani, Depok.
Pada Kamis 20 Januari 2022 lalu, ia terbukti bersalah dan divonis 14 tahun penjara dan denda Rp 100 juta oleh PN Depok.
“Ini bukti penanganan kasus kekerasan seksual pada anak di Kota Depok itu lemah, saya konfirmasi, ada 2000-an kekerasan anak yang didominasi oleh kekerasan seksual,” ungkap Arist.
Dengan rangkaian kasus kekerasan seksual yang terjadi, Arist berharap predikat Kota Depok sebagai Kota Layan Akan untuk dicabut.
Baca juga: Agus, Ayah Pemerkosa Anak Kandung di Depok Ditangkap Polisi Terancam 15 Tahun Penjara
Hal ini dimaksudkan menjadi pelecut agar penanganan dan antisipasi tindak kekerasan seksual terhadap anak bisa lebih serius.
“Saya kira pertama secara politis, dicabut dulu Kota Layak Anak di Depok, supaya dibenahi dari bawah, ketika itu dicabut maka harus ada penataan ulang bagaimana gerakan perlindungan anak,” kata Arist.
Sebelumnya diberitakan oleh tribunnewsdepok.com pada Selasa (1/3/2022) kemarin, kasus kekerasan seksual terhadap anak di Kota Depok meningkat dalam kurun dua tahun terakhir.
Menurut data dari Dinas Perlindungan Anak Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga (DAPMK) Kota Depok, di tahun 2020 ada 31 korban kekerasan anak yang melapor.
Angka ini meningkat di tahun berikutnya. Pada tahun 2021, ada 68 korban kasus kekerasan anak di Kota Depok yang mayoritas dilakukan oleh keluarga dekat.
Persitiwa tersebut membuat Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), I Gusti Ayu Bintang Darmawati, memastikan predikat Kota Depok sebagai kota ramah anak akan dievaluasi.
"Sudah pasti ya. Nanti kami akan melihat itu, tapi kita tidak hanya melihat satu kasus untuk mencabut predikat kota layak anak," kata Ayu kepada wartawan di Polres Metro Depok pada Selasa (1/3/2022), petang. (M29)