Metropolitan

Penuh Sampah dan Sangat Kumuh, Warga Keluhkan Kawasan Pancoran Buntu II Jadi Sarang Penyakit

Penuh Sampah dan Sangat Kumuh, Warga Keluhkan Kawasan Pancoran Buntu II Jadi Sarang Penyakit. Berikut selengkapnya

Editor: Dwi Rizki
Istimewa
Kondisi lahan milik Pertamina yang kini dikenal bernama Pancoran Buntu 2, Pancoran, Jakarta Selatan pada Kamis (17/2/2022).  

TRIBUNNEWSDEPOK.COM, PANCORAN - Kondisi kawasan Pancoran Buntu II, Pancoran, Jakarta Selatan tampak penuh sampah dan kumuh.

Diketahui, lahan yang tepatnya berada di Jalan Raya Pasar Minggu, Pancoran, Jakarta Selatan, itu kini jadi lapak pemulung.

Hal itu tampak dari adanya tumpukan barang bekas, mulai dari besi, plastik hingga perabotan rumah tangga.

Pemandangan tersebut membuat kumuh lingkungan yang berada di Pancoran Buntu II.

Misalnya, barang bekas yang ditumpuk sembarang itu tidak ditutup, sehingga kini menjadi wadah tergenangnya air.

Hal tersebut berpotensi sebagai sarang berkembang biaknya nyamuk demam berdarah.

Walau begitu, mereka tampak mengabaikan kebersihan lingkungan, padahal terlihat anak-anak tinggal bersama orangtuanya di sana.

Sayangnya, tak ada satu pun warga yang mau dimintai keterangan, baik soal kesehatan hingga permasalahan tanah yang diklaim milik negara.

Kondisi tersebut dikeluhkan Niman (43) warga RT 06/02 Kelurahan Pancoran, Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan.

Warga yang tinggal persis di sebelah lahan Pancoran Buntu II itu mengeluhkan soal kumuhnya kawasan yang dinilainya berpotensi menimbulkan penyakit bagi warga setempat.

Belum lagi bau hingga asap pembakaran barang bekas yang sering kali tertiup ke arah permukiman warga.

Baca juga: Puluhan Tahun Dikuasai Warga Pendatang, Lahan Pertamina di Pancoran Buntu Kini Jadi Lapak Pemulung

Baca juga: Disewakan kepada Anak di Bawah Umur untuk Ngamen, Lurah Beji Akhirnya Sita Dua Ondel-ondel

Barang bekas yang diduganya berupa kabel untuk diambil tembaganya itu diungkapkan Niman dapat menyebabkan infeksi pernafasan bagi warga.

"Kalau lagi bakar-bakaran (barang bekas) itu asapnya sampai ke sini (permukiman warga), itu ganggu banget-bisa bikin penyakit juga," ungkap Niman.

Tak hanya itu, lantaran kawasan dikuasai warga yang disebutnya ilegal itu, saluran penghubung (phb) yang berada di dalam kawasan tidak dapat dikuras.

Akibatnya saluran tidak lancar serta menggenang apabila musim kemarau.

Halaman
12
Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved