Mahasiswa UI
Sekjen PAN Eddy Soeparno Raih Gelar Doktor FISIP UI, Lulus dengan Predikat Cumlaude
Wakil Ketua MPR RI Eddy Soeparno Raih Gelar Doktor FISIP UI, Lulus dengan Predikat Cumlaude. Ada 3 Perubahan Penting PAN.
TRIBUNNEWSDEPOK.COM, BEJI- Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Republik Indonesia (RI), Mohammad Eddy Dwiyanto Soeparno, S.H., M.H., memperoleh gelar doktor dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia (UI).
Hal itu diperolehnya setelah mengikuti Ujian Terbuka Promosi Doktor yang diadakan di Auditorium Juwono Sudarsono FISIP UI, Kampus UI Depok, Kamis (12/12/2024).
Ia lulus dengan predikat cumlaude setelah mempresentasikan disertasi berjudul “Transformasi
Perubahan Partai di Indonesia: Studi Kasus Partai Amanat Nasional Periode 2016–2022”.
Baca juga: UI Raih Penghargaan Anugerah Keterbukaan Informasi Publik 2024, Ini kata Rektor Prof Heri Hermansyah
Dalam penelitiannya, Eddy mengkaji transformasi Partai Amanat Nasional (PAN) selama periode
2016–2022, dengan berfokus pada faktor-faktor penyebab perubahan, seperti strategi, isu, dan
karakteristik internal partai.
Ia menyoroti dua faktor utama yang mendorong perubahan partai, yakni faktor eksternal yang meliputi dinamika lingkungan politik, serta faktor internal yang mencakup perubahan kepemimpinan, persaingan faksi, dan karakteristik organisasi.
"Meskipun saya pernah menjabat sebagai Sekretaris Jenderal PAN pada periode 2015–2024, posisi saya dalam kajian ini adalah sebagai akademisi independen," kata Eddy.
"Hal ini memastikan objektivitas dan integritas akademik dalam penelitian, tanpa dipengaruhi oleh afiliasi politik pribadi,” tambahnya.
PAN Alami 3 Perubahan Penting
Eddy menjelaskan, PAN yang didirikan pada 1998 dengan platform demokrasi, pluralisme, dan
inklusivisme, mengalami tiga perubahan penting selama periode 2016–2022.
Pertama, dari segi strategi politik, PAN mengalami perubahan arah dukungan koalisi sepanjang Pemilihan Umum 2014– 2019.
Baca juga: UI Dorong Mahasiswa untuk Kembangkan Jiwa Kewirausahaan dan Pemerataan Akses Digital di Indonesia
Kedua, dari sisi isu, PAN kembali memainkan peran sentral dalam peta politik nasional melalui
isu-isu keagamaan dengan mendukung gerakan populisme Islam sejak 2017 dan menjadi pelopor
gerakan Islam konservatif.
Ketiga, dari aspek pengambilan keputusan organisasi, PAN beralih dari personalisasi kepemimpinan Amien Rais yang kuat menuju sistem yang formal dan terstruktur.
Hal ini dipertegas dalam Kongres PAN ke-5 tahun 2020, yang memperkenalkan mekanisme baru sesuai Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Partai.
Dengan adanya perubahan tersebut, Eddy menyimpulkan bahwa PAN telah bergeser dari partai
ideologis-konfrontatif yang berfokus pada kebijakan (policy-seeking) menjadi partai pragmatiskooperatif yang berorientasi pada perolehan suara dan jabatan (vote and office seeking).
Baca juga: ILUNI UI Dukung Rektor Baru Tuntaskan Investigasi Perkara Gelar Doktor Cumlaude Bahlil Lahadalia
Untuk itu, dengan menggunakan pendekatan Historical Institutionalism, ia mengeksplorasi faktor internal dan eksternal yang memengaruhi transformasi PAN, termasuk pengaruh sistem presidensial multipartai, kebangkitan populisme Islam, serta perubahan kepemimpinan internal.
Pendekatan Historical Institusionalism adalah pendekatan yang berfokus pada pertanyaan empiris
dengan realitas dunia, orientasi historis, serta perhatian terhadap bagaimana lembaga-lembaga
memengaruhi perilaku dan hasil.
Dalam penelitiannya, Eddy mengidentifikasi sejumlah critical junctures atau titik perubahan penting, seperti kekalahan PAN dalam Pemilihan Umum 2019 dan kemenangan Zulkifli Hasan dalam Kongres 2020.
Perubahan orientasi politik PAN, yang kembali mengusung platform inklusif dan pluralis, menunjukkan fleksibilitas partai dalam merespons dinamika eksternal, terutama melalui strategi koalisi yang berubah-ubah dan penyesuaian posisi isu.
Baca juga: UI Bentuk Pelajar SMP Depok Menjadi Agen Perubahan untuk Budaya Sehat di Lingkungan Sekitar
Eddy menegaskan bahwa transformasi partai politik tidak selalu dipicu oleh mekanisme kausalitas
sederhana, tetapi merupakan hasil interaksi dinamis antara faktor eksternal, seperti kebangkitan
populisme Islam, dan faktor internal dalam partai.
Lebih jauh, ia juga menyoroti pentingnya pola kelembagaan dalam partai, seperti mekanisme pengambilan keputusan dan struktur ideologi yang berperan dalam memfasilitasi atau membatasi perubahan.
Sidang Promosi Doktor Eddy diketuai oleh Prof. Adrianus Eliasta Meliala, Ph.D.
Tim penguji terdiri atas Dr. Sri Budi Eko Wardani, SIP, M.Si, Dr. Huriyyah, Meidi Kosandi, Ph.D, dan Dr. Mada Sukmajati.
Ujian terbuka ini turut dihadiri oleh Wakil Menteri Transmigrasi, Viva Yoga Mauladi.
Kemudian Wakil Menteri Perdagangan, Dyah Roro Esti, Wakil Ketua MPR RI, Dr. Lestari Moerdijat, S.S., M.M.
Selanjutnya, Ketua Komisi VII DPR RI, Dr. H. Saleh Partaonan Daulay, M.Ag., M.Hum., M.A, dan Wakil Ketua Komisi VI DPR RI, Eko Hendro Purnomo.
Mahasiswa FKG UI Raih Berbagai Penghargaan di Ajang Bandung Perio Academy 2.0 |
![]() |
---|
Mahasiswa Internasional FIA UI Cerita Budaya Ramadan dan Lebaran di Tanzania |
![]() |
---|
14 Mahasiswa dari Kampus Ternama asal Jepang dan Thailand Belajar LIntas Budaya di UI |
![]() |
---|
Mahasiswa FTUI Juara 2 Ajang International Petroleum Technology Conference 2025 di Malaysia |
![]() |
---|
Hadirkan Inovasi Proyek GoKils Mahasiswa Vokasi UI International Youth Excursion |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.