Wisuda UI

Kisah dan Harapan Syahbana Wisudawan FMIPA UI yang Lulus Cumlaude

Muhammad Fauzan Syahbana dari Program Pendidikan Sarjana, Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) lulus Cumlaude.

Editor: dodi hasanuddin
Humas dan KIP UI
Kisah dan Harapan Syahbana Wisudawan FMIPA UI yang Lulus Cumlaude 

TRIBUNNEWSDEPOK.COM, BEJI - Universitas Indonesia (UI) menggelar wisuda semester Genap 2022/2023 di Balairung, Kampus UI, Depok.

Acara wisuda tersebut digelar selama tiga hari, Kamis (21/9/2023) - Sabtu (23/9/2023).

Tercatat total wisudawan sebanyak 9.506 orang, berasal dari jenjang Vokasi hingga Doktor.

Baca juga: Pakar Ekonomi Digital FEB UI Akui Barang Impor dari China Bikin Sepi Pasar Tanah Abang

Dari 9.506 wisudawan tersebut terdapat wisudawan yang lulus Cumlaude atau meraih Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) tertinggi.

Salah satunya adalah  Muhammad Fauzan Syahbana dari Program Pendidikan Sarjana, Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA).

Sabana sapaan akrab Syhabana lulus dengan IPK 3,99.

Baca juga: Wapres Maruf Amin Hadiri Wisuda Putrinya di UI, 3.721 Mahasiswa Diwisuda Hari Ini

Ketika MC menyebutkan angka itu, ruangan tempat upacara wisuda yang berlangsung pada Jumat (22/09/2023), yakni Balairung UI, Kampus Depok, menggemuruh.

Sabana menuturkan bahwa meski tetap bersyukur, ia sendiri merasa gemas dengan hasil akhir IPK-nya tersebut.

"Bisa 4 nggak sih?" ujarnya sambil tertawa.

Bagaimana kisah Syahbana dapat lulus dengan predikat Cumlaude?

Sabana bercerita bahwa indeks prestasinya sempat turun saat pandemi Covid-19 merebak, ketika
proses pembelajaran yang awalnya luring berubah menjadi daring.

Di saat itulah, ia mengalami sedikit kesulitan untuk menyesuaikan diri. Namun, meski mengalami banyak hambatan, Sabana tak kehilangan tekad untuk terus menimba ilmu.

Baca juga: Dua Mahasiswa FMIPA UI Guncang Dunia, Raih Juara di Kompetisi Geofisika Eksplorasi 2023

Selama mengikuti pendidikan di UI, Sabana merasa sangat terbantu dengan adanya dosen-dosen di
Departemen Fisika yang sangat supportive.

Sebab, dosen-dosen tersebut berdedikasi dalam mengajarkan ilmu kepada para mahasiswa.

"Di Fisika ada beberapa peminatan, saya mengambil peminatan Fisika Nuklir dan Partikel Teoretis. Di bawah bimbingan Prof. Dr. Drs. Terry Mart, saya meneliti partikel meson, yaitu partikel kecil yang sangat berpengaruh bagi perkembangan teknologi, terutama untuk ratusan hingga ribuan tahun ke depan," kata Sabana.

Menurut Sabana, pengembangan nuklir diperlukan karena manusia tidak bisa terhindar dari penggunaan energi.

Untuk saat ini, 70–80 persen konsumsi energi dunia masih dikuasai oleh energi fosil batubara.

Di Indonesia sendiri penggunaan energi fosil mencapai 91persen yang terdiri atas minyak, gas alam, dan batubara.

Sementara itu, 9 persen lainnya dikuasai oleh energi baru terbarukan seperti PLTA, energi bayu, dan
sebagainya.

Keseriusan Sabana pada penelitian tersebut berawal dari kecintaan pada Fisika sejak ia duduk di
bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Motivasi terbesarnya saat itu adalah mengikuti Olimpiade Sains Nasional (OSN). Ia pun membuktikan ketertarikannya hingga memperoleh Medali Emas di OSN 2018.

Baca juga: Sampaikan Informasi Terkini UI Universitas Paling Populer di Media Sosial 2023 Versi RevoU

Pencapaian Sabana di OSN berhasil membawanya masuk menjadi mahasiswa UI melalui jalur prestasi.

Saat kuliah pun, ia tetap mengikuti berbagai perlombaan dan olimpiade.

Kali ini, ia mengikuti Olimpiade Nasional Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (ONMIPA) pada 2020
dan 2021 serta berhasil menyabet Medali Perak dan Medali Emas.

Sabana berharap ke depannya ia dapat melanjutkan pendidikan di bidang fisika plasma karena ilmu tersebut belum banyak dikaji di Indonesia.

Padahal, fisika plasma dapat digunakan untuk mengembangkan reaktor nuklir fusi yang menggabungkan atom seperti di matahari.

Reaktor fusi akan hadir sebagai salah satu sumber energi paling bersih, aman, dan murah karena
hanya membutuhkan air sebagai bahan utama.

Reaktor ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang besar dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.

"Saya berharap dapat menimba ilmu itu di luar negeri, lalu kembali ke Indonesia untuk mengembangkannya agar Indonesia bisa menciptakan reaktor nuklir fusi pertama," ujar Sabana.

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved