Berita UI

Pakar Ekonomi Digital FEB UI Akui Barang Impor dari China Bikin Sepi Pasar Tanah Abang

Ibrahim Kholilul Rohman, Ph.D Pakar Ekonomi Digital FEB UI akui barang impor dari China bikin sepi Pasar Tanah Abang.

Editor: dodi hasanuddin
Humas dan KIP UI
Pakar Ekonomi Digital FEB UI Akui Barang Impor dari China Bikin Sepi Pasar Tanah Abang 

TRIBUNNEWSDEPOK.COM, JAKARTA - Saat ini pedagang di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat menjerit akibat sepinya pembeli.

Tidak sedikit para pedagang tersebut bangkrut akibat tak adanya pemasukan.

Pakar Ekonomi Digital Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) Ibrahim Kholilul Rohman, Ph.D., menyampaikan bahwa kondisi ini tidak hanya dialami oleh Pasar Tanah Abang, tetapi juga dialami hampir di semua sentra perdagangan retail Jakarta.

Baca juga: Wapres Maruf Amin Hadiri Wisuda Putrinya di UI, 3.721 Mahasiswa Diwisuda Hari Ini

Di antaranya Glodok, Cipulir, Thamrin City, Ratu Plaza dan sebagainya.

Menurutnya, faktor yang berpengaruh pada menurunnya aktivitas jual beli ini disebabkan oleh aspek demand (permintaan) dan aspek supply (penawaran) yang bekerja secara bersama-sama.

Dari sisi demand, Ibrahim mengatakan, proporsi pengeluaran rumah tangga terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB) memang cenderung melemah.

Proporsi konsumsi rumah tangga terhadap PDB pada pertengahan tahun 2023 adalah proporsi terendah dalam sepuluh tahun terakhir.

“Konsumen cenderung mengalami penurunan kemampuan daya beli yang bisa disebabkan oleh beberapa aspek, misalnya dampak krisis akibat Covid-19 yang belum sepenuhnya pulih sehingga perekonomian pada grass root belum benarbenar rebounding. Masyarakat juga cenderung lebih berhati-hati (precaution), hal ini ditandai dengan peningkatan tabungan khususnya pada jumlah tabungan di bawah Rp 5 miliar,” ujar Ibrahim.

Baca juga: Banyak Flora dan Fauna Langka Punah, FMIPA UI Sampaikan Langkah Pemulihan Kawasan Gunung Bromo

Sementara itu, dari sisi supply masuknya barang-barang impor dari luar negeri terutama dari China yang jauh lebih murah diperjualbelikan melalui platform digital, turut menyebabkan barang-barang yang dijual secara langsung seperti di pasar atau offline menjadi kurang bersaing dari sisi harga.

Ibrahim mengatakan, secara umum masyarakat Indonesia memiliki pola permintaan yang price elastic.

Hal ini dapat diartikan bahwa sedikit perubahan pada harga akan menyebabkan perubahan yang lebih besar pada kuantitas barang yang diminta.

Platform penjualan online menjadi lebih menarik bagi konsumen karena mudah didapat dan harga lebih
murah.

Terlebih, dalam platform tersebut juga didukung dengan ekosistem keuangan yang memudahkan konsumen dalam bertransaksi, seperti digital wallet, digital banking, fintech, peer-to-peer (P2P) lending,
bahkan paylater yang memungkinkan orang membeli barang meskipun dalam kondisi tidak memiliki budget.

Baca juga: Dua Mahasiswa FMIPA UI Guncang Dunia, Raih Juara di Kompetisi Geofisika Eksplorasi 2023

Lebih lanjut Ibrahim menyampaikan bahwa digital platform umumnya memiliki network effect yang sangat besar.

Didukung dengan pengguna yang banyak, personalized product bisa dilakukan sehingga konsumen
mendapatkan apa yang diminta dengan harga yang sesuai dengan kemampuan.

Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved