Prestasi UI
Riset Pertama di Indonesia, FKUI Ungkap Faktor Prognostik Bikin Kematian Covid Indonesia Ke-3 Dunia
Faktor prognostik bikin kematian covid Indonesia ke-3 dunia. Hal terungkap dalam riset pertama di Indonesia yang dilakukan FKUI.
Penulis: dodi hasanuddin | Editor: dodi hasanuddin
Pasien Covid-19 yang meninggal lebih mungkin memiliki penyakit bawaan, seperti hipertensi, diabetes mellitus, dan obesitas.
Demikian juga pasien yang mengalami pengentalan darah. Situasi trombosis ini dapat meningkatkan risiko cedera jantung pada pasien Covid-19.
Selain itu, pasien dengan kebutuhan oksigen yang segera juga menunjukkan tingkat keparahan penyakit.
Kadar oksigen dalam darah yang sangat rendah menyebabkan terjadinya peradangan yang berlebihan dan kerusakan paru progresif.
Faktor prognostik lain pada penderita Covid-19 adalah variasi ukuran sel darah merah (RDW) yang lebih tinggi, kadar limfosit yang rendah, serta pengobatan dengan klorokuin.
Baca juga: Tak Hanya Cegah Penyebaran, Epidemiolog Universitas Indonesia Ungkap Vaksin Putus Mutasi Covid-19
Pemberian obat antimalaria ini dikhawatirkan dapat menimbulkan efek samping bagi pasien Covid-19, terutama pada sistem jantung dan pembuluh.
Studi tentang faktor prognostik kematian akibat Covid-19 ini diketuai oleh dr. Arvin Pramudita dan dibimbing oleh Prof. Dr. dr. Bambang Budi S, Sp.JP(K), FISHR, FAsCC, FAPSC dari Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FKUI-Pusat Jantung Nasional Harapan Kita.
Ini melibatkan sejumlah peneliti dari tim pelayanan Covid-19 RSUD Koja, Tanjung Priok, Jakarta. Ada enam peneliti yang terlibat dalam penelitian tersebut, yaitu dr. Siti Rosidah, dr. Novi Yudia, dr. Jeffri Simatupang, dr. Wulan Pingkan Sigit, dr. Rita Novariani, Sp.P., dan dr. Priscilia Myriarda, Sp.JP.
Baca juga: Dies Natalies ke-72 Universitas Indonesia, Tak Tergoyahkan Sebagai Kampus Nomor Satu di Indonesia
Meskipun data penelitian dihimpun dari satu rumah sakit, penelitian ini unik karena RSUD Koja Tanjung Priok, Jakarta, memiliki demografi pasien beragam yang menggambarkan populasi umum.
Diharapkan, penelitian ini dapat menjadi panduan bagi pemerintah untuk mencegah kolapsnya sistem kesehatan akibat pandemi. Hasil penelitian selengkapnya dapat dibaca dan diunduh di alamat https://globalheartjournal.com/articles/10.5334/gh.1019/.