Berita Depok

Harga Minyak Goreng di Agen Masih Mahal, Pedagang Kelontong Terpaksa Jual di Atas Harga Normal

Harga Minyak Goreng di Agen Masih Mahal, Pedagang Kelontong Terpaksa Jual di Atas Harga Normal. Berikut selengkapnya

Penulis: Alex Suban | Editor: Dwi Rizki
Warta Kota
Toko kelontong milik Afifah (25) di Pasar Kemiri Muka, Depok pada Selasa (8/2/2022), 

TRIBUNNEWSDEPOK.COM, DEPOK - Afifah (25) seorang pedagang di warung kelontong Pasar Kemiri Muka, Depok, mengatakan dirinya masih menjual minyak goreng kemasan seharga Rp 20.000 per liter dan Rp 35.000 per dua liter.

Sementara, untuk minyak goreng curah masih dilego dengan harga Rp. 18.500 per liter.

Jika merujuk pada laporan harian Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan (Kemendag), per tanggal 7 Februari, harga minyak curah di Kota Depok dipatok harga Rp. 17.700 per liter.

Sementara untuk minyak goreng kemasan dihargai Rp. 15.900 per liter.

Dengan melihat perbadingan harga pasar dan harga yang dipatok oleh Kemendag.

Ada selisih Rp 800 per liter untuk harga jual minyak curah, sementara untuk minyak goreng kemasan terdapat selisih Rp 4.100 per liter.

Lebih lanjut, kata Afifah, dirinya membeli minyak curah dari agen seharga Rp. 15.000 per liter.

Namun, di sisi lain, dirinya mengaku berat jika menjual minyak goreng dengan harga modal.

"Beli dari agen yang sudah dapat subsidi, dan kami kan gak mungkin juga jual dengan harga segitu. Misalnya kami ambil dari agen dapat Rp 15.000, terus kita tetap  jual di harga Rp 18.000 hingga Rp. 20.000," kata Afifah saat ditemui di lapaknya pada Selasa (8/2/2022), siang.

Baca juga: Kangkangi Kebijakan Pemerintah Soal PPKM, SECOND FLOOR Bar & Club di Kemang Disegel Polisi

Baca juga: Kocar-kacir Dikejar Polisi, Pelaku Curanmor Justru Kehilangan Motor-Kabur Masuk Hutan di Jasinga

Afifah mengatakan, walau dirinya belum menurunkan harga minyak goreng, masih ada sejumlah pelanggan tetap yang mendatangi lapaknya.

Mayoritas dari mereka adalah pedagang asongan yang membeli minyak curah.

"Kalau dibilang banyak (pembeli) sih banyak. Tapi orang lebih banyak pilihnya ke minyak curah, biasanya buat pedagang," jelasnya.

Saat ditanya perihal apakah terjadi kelangkaan minyak goreng, Afifah membenarkan hal tersebut.

Pasalnya, saat membeli minyak goreng di agen, acapkali ia sering mendapatkan minyak dengan jatah yang sedikit.

"Dibilang langka-langka banget si enggak ya, karna masih ada. Cuma barangnya susah," ucap Afifah.

Pada kesempatan tersebut, Afifah menilai, pemerintah menurunkan harga minyak terlalu mendadak.

Hal ini menyebabkan pedagang di pasar menjerit.

"Soalnya mereka menurunkan harga yang di supermarket dulu kan. Kita jual mahal konsumen gak mau, kami jual murah, kami yang rugi," paparnya.

Ia pun berharap, apabila pemerintah ingin menyalurkan minyak goreng bersubsidi, baiknya dapat disosialisasikan secara matang kepada seluruh pihak, termasuk agen dan pedagang di pasar tradisonal.

"Kalau tiba-tiba (harga minya) diturunin, kami jual mahal tetap laku, cuma ya lama. Tapi kalu kami jual murah ya gak dapat untung dan bisa rugi. Ya memang ada kabar minyak akan disubsidi tapi kan gk menyeluruh," jelas Afifah. 

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved